Pergi bekerja atau mengenyam pendidikan ke luar negeri bukanlah hal baru. Generasi boomer pada masa mudanya lebih dulu melakukannya. Tidak hanya di negara kita Indonesia, warga negara lain juga merantau hingga berpindah warga negara menjadi Warga Negara Indonesia dengan alasan yang kompleks.Â
Tidak semua orang berpindah negara atau bekerja di negara lain karena mencari penghidupan yang layak. Sebenarnya alasan utama dari hal ini bukanlah soal uang dan uang. Mereka yang pergi meninggalkan negaranya memiliki berbagai alasan pribadi yang tidak dapat digeneralisir. Maka dari itu, kurang tepat bila tagar fenomenal yang beredar pada saat ini merupakan buah dari kekecewaan generasi muda gen Z.Â
Bila dikulik lebih jauh, tagar yang beredar bagaikan pandemi virus flu ini hanyalah konten pemikat trafik monetisasi semata.Â
Mengapa demikian?Â
Bila kita melakukan penelitian sosial untuk mencari fakta sebenarnya, pasti jawaban kekecewaan hanyalah sekian persen dibandingkan jawaban membuka wawasan dan keterampilan yang lebih luas.Â
Tercapainya finansial yang lebih baik merupakan bonus dari kerja keras. Fakta dan opini yang kita temui di media sosial dan media masa harus dikritisi bukan ditelan dan disuntikan langsung pada pikiran.Â
Tidak semua orang memiliki visi dan misi bekerja dan tinggal di luar negeri. Seseorang yang merasa bermanfaat di negerinya tidak akan goyah dengan pandangan sosial. Walau pada permukaannya terlihat begitu memesona, hidup di negara orang memiliki kesusahannya sendiri, tidak melulu menunjukan sisi baiknya saja. Mereka yang sudah lama hidup di luar negeri telah terbiasa dengan kebudayaan di negara tersebut.Â
Selain itu, mereka menemukan kenyamanan di negara yang ditinggalinya. Momen kenyamanan inilah yang sering dibagikan di media sosial. Sebagai kaum muda, tentu kita akan tertarik untuk mengikuti jejak mereka. Dalam hal ini perlu dianalisis lebih mendalam, apa yang menjadi ketertarikan Anda untuk hidup di luar negeri?
Tuntutlah ilmu hingga ke negeri Cina. Peribahasa ini mengisi buku pelajaran sejak para boomer masih duduk di bangku sekolah dasar. Kala itu, orang yang berhasil bepergian ke luar negeri, bahkan bersekolah dan bekerja di luar negeri merupakan orang hebat, terpandang, dan pasti orang yang sangat kaya.Â
Pandangan sosial ini terus melekat hingga muncul teknologi dan digitalisasi. Banyak orang membagikan kisah perjalanannya ke luar negeri baik dalam hal berlibur, bekerja, atau bersekolah. Berbagai informasi yang membludak di media sosial ini telah menjadi hal yang biasa.Â