Mohon tunggu...
Firman Rahman
Firman Rahman Mohon Tunggu... Lainnya - Blogger Kompasiana

| Tertarik pada finance, digital marketing dan investasi |

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

'Pamah', Sebuah Konsep Mindful Eating ala Budaya Masyarakat Jawa

17 April 2024   07:05 Diperbarui: 17 April 2024   07:05 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Gambar: hellomotion.com)

Dalam bahasa Jawa, mamah ini diartikan sebagai proses untuk mengunyah makanan yang masuk ke mulut sebelum ditelan.

Tentu saja, budaya Jawa dalam hal ini orang Jawa memiliki aturan sendiri saat menyantap makanan, contohnya adalah dalam konsep pamah, saat menikmati makanan, tidak boleh terlalu cepat dalam menelan makanan, tidak boleh makan di sembarang tempat, sampai larangan mengeluarkan suara berdecak. Bila aturan-aturan ini dilanggar selain tidak sopan, ternyata juga tidak baik untuk kesehatan.

Bahkan etika makan seperti mengunyah sampai halus dalam budaya Jawa sebanyak 33 kali (33 kali kunyahan), ternyata bisa meringankan kerja lambung, karena hanya partikel kecil saja yang bisa dengan mudah dicerna oleh enzim lambung. Bahkan sebaliknya, makanan yang sulit dicerna bisa menyebabkan naiknya asam lambung dan sisa makanan ke kerongkongan, yang menyebabkan memicu terjadinya GERD atau penyakit maag.

Ternyata hal ini senada dengan yang disampaikan Nabi Muhammad SAW, yang bersabda:

Kecilkan suapan dan baguskan mengunyahnya.

Di beberapa sumber, disebutkan bahwa Rasul mengunyah makanannya sebanyak 33 kali dan ada pula yang menyebutkan sebanyak 32 kali. Makna dari hal tersebut bukanlah seberapa banyak kunyahannya, melainkan anjuran untuk mengunyah dengan sempurna hingga makanan yang ditelan menjadi halus."

Tidak hanya dalam soal makan saja. Beberapa petuah tentang mamah juga memiliki nilai filosofi yang kuat dan juga munculnya petuah yang memiliki nilai tinggi, seperti ungkapan:

Mamahen kanthi ati-ati aja nganti ilatmu melu kecokot.

Yang berarti kunyahlah dengan hati-hati jangan sampai lidahmu ikut tergigit. Filosofi ini, selain memberikan sebuah cara dalam makan juga memberikan filosofi lain, yaitu nasihat luhur, bahwa bila bekerja harus cermat dan sungguh-sungguh, jangan sampai merugikan orang lain.

Itu dia sedikit informasi tentang 'Pamah', Sebuah Konsep Mindful Eating ala Budaya Masyarakat Jawa. Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun