Semua ibu-ibu di komplek kami telah sepakat, bahwa satu-satunya lelaki inspiratif di komplek ini yang patut diidolakan adalah Roni. Ibu-ibu memanggilnya, Mang Roni.
Lalu, siapakah gerangan Mang Roni? Dia adalah tukang sayur yang rutin tiap hari berjualan di komplek. Dengan gerobaknya, Mang Roni rajin menawarkan dagangan sayurnya, dengan rute mulai dari RT 01 hingga RT 07.
Pembawaannya lucu. Kalau ngomong, cerewetnya minta ampun. Perawakannya kecil tapi volume suaranya tinggi, memekakkan telinga saat berteriak menjajakan dagangannya.
Mang Roni sudah jadi legend bagi ibu-ibu di komplek kami. Ibu-ibu yang anaknya sudah jadi ibu-ibu mengenal baik Mang Roni ini. Dan ibu-ibu yang tadinya anak-anak dan sekarang sudah punya anak, juga sangat mengenal Mang Roni.
Ibu-Ibu RT 06 dan RT 07 adalah ibu-ibu garis keras yang mengidolakan Mang Roni. Karena dua RT ini paling ujung, gerobak dagangan Mang Roni sudah hampir separuhnya kosong dibeli ibu-bu RT lain.
Tentu saja ibu-ibu RT 06 dan 07 ini melayangkan nota keberatan sekeras-kerasnya kepada Mang Roni. Ibu-ibu usul agar Mang Roni mengubah rute jualannya. Pokoknya RT 06 dan 07 walau di ujung komplek, harus yang pertama dilalui Mang Roni.
Alhasil, ibu-ibu RT 01 dan RT 02 pun kelimpungan kehilangan Mang Roni. Biasanya datang pagi-pagi, kini Mang Roni datang ke RT 01 dan RT 02 dengan dagangan yang nyaris habis. Kini, Mang Roni digempur habis-habisan oleh ibu-ibu RT 01 dan RT 02.
Sedangkan ibu-ibu di RT 03, 04 dan 05, terbilang ibu-ibu adem. Mereka selalu dilewati Mang Roni karena posisinya berada di tengah komplek.
Karena tidak mau diberikan mosi tidak percaya oleh para ibu-ibu, akhirnya Mang Roni melakukan pergiliran kunjungan. Hari Senin dan Selasa, RT 01 dan RT 02 yang dikunjung pertama. Hari Rabu dan Kamis - RT 03, 04 dan 05. Hari Jumat dan Sabtu, RT 06 dan 07. Hari Minggu, bebas.
Para ibu-ibu sepakat secara bulat solusi Mang Roni tersebut. Ibu-ibu merasa keadilan sudah ditegakkan. Mang Roni pun merasa lega.