Mohon tunggu...
Fiqih Akhdiyatu Salam
Fiqih Akhdiyatu Salam Mohon Tunggu... Writer

Nama: Fiqih Akhdiyatu Salam. Latar Pendidikan. Sarjana Ilmu Komunikasi, Jurusan Public Relations, dan Magister Ilmu Komunikasi, Jurusan Corporate Communication. Sebagai penulis, saya memiliki minat yang kuat dalam berbagi ilmu pengetahuan melalui tulisan. Saya telah menulis berbagai tulisan diberbagai media, seputar Ilmu Parenting, Media Massa, Politik, Propaganda, dan Komunikasi yang efektif di kehidupan sehari-hari. Saya ingin berbagi ilmu pengetahuan yang saya miliki dengan masyarakat luas, dan menuliskan yang belum banyak ditulis di platform media lainnya, serta memberikan perspektif berbeda dari yang lain. Untuk informasi lebih lanjut, silakan menghubungi saya melalui fiqihucil24@gmail.com] atau IG Fiqihakhdiyatusalam

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Kenapa Orang Kampung Lebih Sering Iri Sama Tetangganya?

3 September 2025   22:46 Diperbarui: 3 September 2025   22:46 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gibah. Sumber foto Tirto.id

Jika kamu pernah tinggal di desa atau area yang masih perkampungan, pasti akrab dengan cerita-cerita kecil yang mengandung rasa cemburu. Ketika ada tetangga yang membeli motor baru, langsung jadi topik pembicaraan. Renovasi rumah tak luput dari omongan di pos ronda. Bahkan, saat ada keluarga yang sukses, pasti ada bisik-bisik sinis dari orang-orang sekitar.

Lalu, mengapa fenomena ini lebih sering muncul di perkampungan?

1. Kedekatan Sosial Jadi Pedang Bermata Dua

Hidup di desa biasanya ditandai dengan hubungan sosial yang sangat dekat. Orang-orang saling mengenal, mengetahui aktivitas satu sama lain, bahkan mengetahui isi rumah tetangga. Kedekatan ini memiliki sisi positif, rasa saling membantu yang tinggi-tetapi juga bisa menjadi sumber kecemburuan.

Menurut teori perbandingan sosial (Festinger, 1954), manusia cenderung membandingkan diri dengan orang-orang terdekat, bukan dengan orang yang jauh. Karenanya, karena warga desa mengetahui kondisi ekonomi tetangga, perbandingan tersebut tidak bisa dihindari.

2. Rasa Kompetisi Tersembunyi

Di desa, status sosial sering diukur dari apa yang terlihat: rumah, kendaraan, atau acara. Saat ada tetangga yang meningkat statusnya, misalnya membeli tanah atau mengadakan pesta besar, secara tidak sadar timbul rasa kompetisi.

Hal ini berkaitan dengan konsep kekurangan relatif (Stouffer, 1949), di mana seseorang merasa tidak puas bukan karena keadaan yang sebenarnya buruk, tetapi karena membandingkan diri dengan orang lain yang lebih baik.

3. Lingkaran Sosial yang Terbatas

Di kota besar, orang lebih bersikap individualis. Kita tidak terlalu memperhatikan apa yang dibeli tetangga karena pergaulan lebih luas. Sementara itu, di desa, lingkaran sosial terbatas hanya di kawasan RT/RW. Akibatnya, perkembangan atau perubahan dalam hidup seseorang cepat terlihat dan menjadi bahan diskusi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun