Mohon tunggu...
Fini RosyidatunNisa
Fini RosyidatunNisa Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Hobby saya adalah membaca, menulis, dan belajar.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sebening Embun

11 Januari 2023   12:35 Diperbarui: 11 Januari 2023   12:50 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image caption: Baledana.ID

Sejak tiga hari lalu beliau mengeluhkan sakit bengkak di gusi. Sehingga aku mengantarnya ke Rumah Sakit jam 21.00 WIB pada malam Rabu, di pagi hari aku pergi dulu kesana untuk mengambil nomor antrian. 

Nama beliau "Ny. Astutik" terdaftar sebagai pasien dokter spesial gigi dengan urutan ke-12. Dokter yang beliau pilih memang sudah famous ahli dikalangan kami, sehingga beliau rela jika nanti harus menunggu dalam waktu yang tidak sebentar. Dan aku masih mengingat moment itu, kami berdua keluar dari ruang pemeriksaan tepat jam 23.30 WIB. Ketika perjalanan pulang beliau berkata, "Ana sudah berusaha untuk menjaga kesehatan mulut dengan baik. Tapi ya tetap namanya penyakit, satu dari sekian banyak ketetapan Allah Ta'ala bagi hamba-hambaNya."

Biasanya ba'da shubuh di hari Jum'at, aku mengantar beliau ke pasar untuk belanja mingguan. Kalau di malam kamisnya, notif via whatsapp beliau selalu menyapaku dengan pesan "Nduk, besok pagi anterin ana ke pasar bisa?". Padahal tanpa tanda tanya, dengan tanda seru seolah memerintah pun aku tidak akan pernah menolak. Betapa dengan senang hati aku menemani beliau keliling pasar sambil membawakan belanjaan dengan tangan kanan dan kiriku. 

Obrolan ringan kami saat menelusuri gang-gang kecil pasar yang masih ku ingat, "Nduk, lihat betapa semangatnya pejuang rupiah di pagi buta ini. Dan kita sebagai pejuang ilmu harusnya bisa lebih bersemangat dari mereka" tutur beliau.

##

Segala puji bagi Allah Ta'ala. Akhir tahun 2019 kemarin aku bisa mendapatkan secuil pengalaman menarik bersama beliau di Kota Seribu Masjid. Safar seminggu itu, bagiku seperti bepergian selama satu bulan. Bagaimana tidak, seluruh wilayah Lombok sudah kami pijaki, dari Lombok Timur, Barat, Tengah, dan Selatan. 

Bukan sekedar safar yang sifatnya funny, tapi perjalanan yang memberi nilai berharga. Sedikit aku tuliskan, ketika mengunjungi murobbi beliau dulu saat menjadi mahasiswa, aku tertampar dengan realita yang mataku sendiri bisa melihatnya. Sosok murabbi tua renta duduk dengan tenang, wajahnya berseri dan teduh, di depan murabbi duduk bersila ibu-ibu dengan membawa buku tulis dan pena. Para ibu sibuk menulis apa yang murabbi sampaikan. Walau usia kian menua, tapi semangat murabbi dalam menimba dan mengajar tak ada bedanya dengan semangat anak muda. 

Beliau mengenalkanku kepada murabbi, "Ini anak dari jawa ustadzah". "Oo MasyaAllah, siapa namamu nak?" tanya murobbi padaku. "Nama ana Fini Ustadzah" jawabku. Dan di penutup kajian beliau berpesan, "Didiklah dirimu wahai perempuan, didiklah adik dan kakak perempuanmu, didiklah teman-teman perempuan, dan didiklah seluruh kerabat perempuanmu! Sebab satu perempuan baik akan melahirkan satu generasi yang jauh lebih baik" 

##

Alhamdulillahi Rabbil 'Alamin. Tahun 2020 lalu, Allah Ta'la mengizinkanku untuk belajar Kitab Ta'limul Muta'allim Karya Syekh Az-Zarnuji dengan Ustadz Zaim Hanafi. Kesanku saat menerima pelajaran adalah berlembar-lembar kertas jika harus dituliskan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun