Mohon tunggu...
Fini RosyidatunNisa
Fini RosyidatunNisa Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Hobby saya adalah membaca, menulis, dan belajar.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dari Mereka Aku Belajar

24 Desember 2022   19:47 Diperbarui: 24 Desember 2022   19:49 3254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hujan malam ini baru saja reda, menyisakan udara dingin dan genangan air dimana-mana.Aku Kembali berkutat dengan alat tulisku, mencoba mengingat-ingat memori yang telah berlalu sambil terus mencoba Menyusun kata.

Menit berlalu, tetapi belum ada sesuatu yang berhasil ku tulis.Mataku menyapu ke sekeliling, orang-orang sedang sibuk dengan kegiatannya masing-masing.Pandanganku berhenti sebentar pada langit malam dan lagi, aku teringat dengan mereka.Ya, mereka yang pernah hadir mewarnai hari-hariku, yang mengajariku tentang banyak hal.

Flashback On

Yang pertama sebut saja Aya. Dia adik kelas 3 tingkat di bawahku. Sejak masih santri baru, Aya sudah dekat denganku. Ia sering menceritakan pengalamannya sebelum memutuskan pindah sekolah ke ma'had, sama sekali tak mempermasalahkan jika harus mengulang dari kelas 1. Aya adalah anak yang pendiam, perhatian, dan murah senyum, sampai-sampai adik sahabatnya sangat lengket dengannya, seperti saudara kandung. Tak ada yang bisa dibenci darinya.

Tahun-tahun berlalu, banyak kejadian yang harus Aya lewati. Sekalipun dipandangan mata kami (kakak kelasnya) ia termasuk kategori anak baik dan tak bermasalah, tetap saja ada mata-mata yang memandangnya rendah.Tentu bukan dari kalangan kakak dan adik kelas maupun asatidz, melainkan dari teman sekelasnya sendiri.Kami sendiri heran apa yang jadi masalah dari Aya.Padahal, dia bukan anak yang suka ikut campur urusan orang dan cenderung pendiam.

Pernah suatu malam Aya datang menghampiriku di pojok masjid, ia memintaku menuliskan sebuah kata-kata.Awalnya aku heran "Ada apa dengan anak ini?"pikirku.Ketika aku tanyakan alasannya meminta kata-kata, dia tersenyum dan hanya mengatakan jika sedang ingin saja.Aku diam sejenak menatap matanya, jelas disana ada hawa kesedihan yang disembunyikan.Aku mengalah untuk menuliskannya karena dia terus memaksa.


" Semua berawal dari sini..

Pertemuan antara aku, kau, dan kita semua..

Dan pastinya dalam sebuah pertemuan..terjadi suatu kesalahan..

Karena, kita diciptakan dengan sifat pelupa..

Jangan bersedih, jangan menangis..

Teruslah untuk tersenyum bahagia..

Lupakan segalanya..

Perpisahan hampir tiba..

Dan gerbangnya sudah mulai terbuka perlahan.."

Kira-kira itu yang ku tuliskan disticky note yang disodorkannya. Kata-kata yang ku tulis untuk menggambarkan suasana hatinya yang menyembunyikan tangis dengan pecah tawa.Kata-kata yang kata terakhirnya membuatku menyesal menuliskannya dikemudian hari. Mungkin sampai hari ini, akan muncul perasaan terluka yang menyayat hati.

Suatu sore di hari Jum'at, aku mendapatkan berita duka. Seorang yang ku kenal meninggal karena sakitnya. Spontan aku ber-istirja' antara terkejut dan tak percaya. Aya yang disampingku bertanya, tapi aku hanya menjawabnya sekilas karena masih terfokus dengan suara di seberang telepon.

Setelah hari itu, diriku selalu dibayang-bayangi dengan kematian. Kembali sadar bahwa maut tak bisa diketahui kapan tibanya, aku berinisiatif memperbaiki hubungan dengan orang-orang, sekedar meminta maaf dan menyelesaikan hutang piutang jika ada. Aya termasuk dari daftar orang yang awal-awal ku ajak bicara, ia tersenyum dan juga balas meminta maaf kepadaku. Kami berdua tertawa, tak ada perasaan lain yang muncul, selain hangat ukhwah. Saling mendo'akan karena Allah Ta'ala.

Tak terasa ujian semester 1 telah selesai. Anak-anak mulai sibuk mempersiapkan ujian tahfidz, tak terkecuali kami anak kelas akhir. Namun ujian tahfidz kali ini agak berbeda suasana karena pandemi masih mewabah. Bahkan , Sebagian anak-anak mulai terserang gejala-gejala flu disertai hilangnya fungsi indra penciuman dan perasa, beberapa anak lainnya pun ada terserang demam.

Aku sendiri terkena demam sampai harus mengundur jadwal ujian. Saat itu juga, aku sama sekali tidak tahu menahu kabar anak-anak kamar lain, sampai kabar sakitnya Aya pun baru aku tahu menjelang perpulangan. Aku sempat bertemu dengannya sebelum pulang, terlihat kondisinya yang masih lemah.Aku menyapanya tanpa ada pertanyaan lain selain pertanyaan khas menunggu jemputan. Aya hanya menjawab singkat, tetap dengan senyumnya.Tak lama kemudian dia dijemput. Aku hanya melambaikan tangan dari jendela kamar karena kondisiku sama belum pulihnya.Aya berlalu, tak tahu jika hari itu akan jadi pertemuan terakhir kami.

Hari itu adalah hari ketiga liburan.Kebiasaan dirumah adalah, tidak membuka hp di pagi hari. Aku berusaha keras untuk tidak tergoda dengan suara notifikasi yang terus masuk sebakda shubuh.Jam baru menunjukkan pukul 06.00, suara notifikasi masih belum berhenti.Aku bertanya-tanya, sebenarnya ada apa sepagi ini orang-orang sudah ramai.

Karena rasa penasaran yang semakin kuat, akhirnya aku memberanikan diri membuka chat. Alangkah terkejutnya Ketika membaca pesan-pesan yang masuk.Saking tak percayanya, aku mencoa menjapri teman-temanku.Menanyakan keaslian kabar yang sedang ramai dibicarakan digrup.Temanku menegaskan, jika kabar yang sedang dibicarakan nyata, bukan hoaks.

Aku terduduk lemas mengetahui bahwa Aya meninggal menjelang shubuh tadi. Diam-diam aku mulai terisak, teringat kenangan-kenangan kami.Aku tak bisa bertakziyah karena rumahku berbeda kabupaten dengannya dan tak ada yang bisa mengantarkan, hanya do'a yang bisa kulantunkan.

Tak lebih dari seminggu, liburan pun usai.Seluruh santri kembali berkumpul di ma'had.Masing-masing membawa cerita yang tak jauh beda, semuanya hanya tentang Aya. Aku baru tahu jika ternyata sakit yang diderita Aya cukup serius dan sudah berlangsung sejak lama. Sebelumnya, kondisi Aya memang sempat membaik saat melangsungkan ujian tahfidz. Namun sepulang dari ma'had ia kembali demam bahkan sampai tak sadarkan diri. Orang tuanya sudah membawanya berobat, namun seperti tak ada hasil.

Sehari sebelum meninggalnya Aya ada beberapa anak yang sempat menjenguknya. Mereka bercerita sore itu kondisi Aya seperti sudah tak sadarkan diri.Saat malam pun mereka sulit tidur karena terus terbayang dengan kondisi Aya.Dan benar saja, baru saja tertidur mereka langsung mendapat kabar yang menghantui mereka malam itu. Langsung saja mereka menyebar berita yang membuat shubuh waktu itu heboh.

Kejadian meninggalnya Aya membuat teman-temannya dihantui karena, saat Aya sakit mereka merasa kurang memperhatikan Aya dengan alasan sibuk dengan ujian. Mereka bahkan tidak berani masuk kamar karena ranjang Aya tepat berhadapan dengan pintu. Pasalnya beberapa dari mereka bercerita memimpikan Aya yang menggunakan baju kelas yang belum sempat dipakainya. Salah seorang temannya pun menumpang ke kamar lain saat sakit karena terbayang sosok Aya yang selalu pertama menanyakan kondisi mereka Ketika sedang sakit.

Berbeda dengan mereka, kejadian ini mengajariku untuk lebih peduli pada sesama, tak menunda dan menyiakan waktu dengan orang-orang yang disayangi.Dari Aya aku belajar, untuk lebih menjaga hati orang lain, bersikap yang terbaik seburuk apapun mereka memperlakukan kita, tetap peduli meski sebenarnya dirinya yang lebih butuh untuk diperhatikan, tetap berusaha meski harus kembali terjatuh, tak menyerah dan mengeluh. Dua setengah tahun aku mengenalnya, aku mendapat banyak pelajaran yang tentu tak bisa kutulis semuanya.

Flashback Off

Tanganku berhenti menulis kembali setelah sepotong memori selesai berkeliaran dikepalaku.Aku mencoba untuk mengingat kembali beberapa potong episode kehidupanku yang lain, namun kembali ia tak bisa mengingatnya dengan baik. Sekarang ini hanya bisa ku tulis sepotong memori yang belumlah lengkap.

Tapi ku harap,akan  ada episode-episode kenangan lain yang bisa ku torehkan di atas kertas.Dan mungkin, akan memakan waktu yang tidak sebentar.Karena memang bagiku, menuliskan bagian dari memori lebih sulit daripada mengarang suatu cerita, karena ia harus sesuai dengan apa yang pernah terjadi tanpa melebih-lebihkannya.

Yang jelas aku harapkan dari apa yang kita tulis, adalah memberi manfaat kepada yang membaca.Jadi ku pinta maaf jika apa yang ku tuliskan belumlah sesuai dengan tema yang diumumkan dimuka atau mungkin banyak mengandung kesalahan.Sejujurnya apa yang ku tulis memang apa yang muncul sekilas di kepala.Tak banyak pikir Panjang karena takut memori itu pergi sebelum tertuliskan. Salam sayang sedunia sesurga, semoga memberi manfaat. 

"Pertemuan memang kadang menghadirkan luka..

Tapi..perpisahanlah yang akan terasa lebih menyakitkan..

Maka saat kita ditakdirkan untuk bertemu..

Niatkanlah semua untuk Allah..

Dan disaat kita berpisah pun..

Jangan lalai, karna semua pun kembali hanya untuk Allah..

Semoga dengan ukhwah yang terjalin karna-Nya..

Kelak kita saling mamanggil untuk bersama memasuki Jannah-Nya..

Bukan saling dorong untuk menjerumuskan ke neraka.."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun