Mohon tunggu...
Dzulfikar
Dzulfikar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Creator

Blogger dan Content Creator. Member Kompasiana sejak Juni 2010. Aktif menulis di blog bangdzul.com dan vlog https://www.youtube.com/@bangdzul/

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pembantuku Seorang Wisatawan

5 Maret 2011   20:52 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:02 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com


Ow Ow Ow akhirnya aku tahu ternyata pembantuku sedang plesir ke Taman Safari. Oke lah kalau begitu. Kumatikan saja mesin mobil dan menatap orang-orang yang sudah keluar mobil itu. Sudah kuduga linimasa Twitter penuh dengan penghuni Taman Safari. "Apakah twitter memelihara lemur terbang?" Seperti Avatar yang memiliki dua peliharaan yang dapat terbang. Jika aku memiliki Appa betapa beruntungnya aku. Appa adalah sejenis sapi atau bison berkaki enam yang dapat terbang. Yip-yip-yip begitulah anakku menirukan Aang sang Avatar.


Saat ini kami benar-benar membutuhkan Avatar. Lima jam telah berlalu mobil tak bergerak satu inchi pun. Akhirnya Avatar-Avatar itu datang, tapi mereka tak dapat terbang. Mereka berjalan kaki dengan kepala cepak dibalik topi nya. Aang pun pernah cepak. Avatar-avatar itu sedikit membuat mobilku masuk dalam antrian. Lega rasanya. Sementara si kecil sudah terlelap kembali dengan tumpukan mainannya. Mungkin dia sudah bosan memainkan hampir semua mainannya selama lima jam. Beruntung tak aku tahan ia membawa semua mainannya.


Aku ingat hape istriku bisa memutar televisi. Kunyalakan hape itu dan aku pilih channel berita, kami menonton pembantuku yang akhirnya keluar dari Taman Safari sambil melambai-lambai menyinggungkan semburat senyum yang terasa pahit dan sesak di dadaku. Seperti telenovela bukan? Seorang pembantu yang hanya lewat 15menit tapi efeknya bisa sampai 5jam lamanya.


Menunggu dan menunggu, pekerjaan paling menyebalkan. Akhirnya hari itu menjadi perjalanan terpanjang sepanjang sejarahku. Menyusuri satu kilometer jalan setiap satu jam. Itu yang kurasakan. Menurut istriku ada yag sudah terjebak hampir 8jam bahkan 14jam lamanya. Ngapaian aja mereka itu yah bisa sampai bertahan di mobil. Lagi-lagi lini masa twitterku menyalahkan kemacetan ini pada pembantuku itu.


Wajarlah seorang karyawan sepertiku saja butuh liburan apalagi pembantu. Jadi yah aku memaklumi saja, karena cuma itu yg biasanya ia harapkan. "Memaklumi atas segala hal yang terjadi".


Andai aku bisa bertemu pembantuku itu mungkin aku sarankan dia bertamasya ke keajaiban dunia di Sidoarjo, Jawa Timur. Disana ia bisa sepuasnya bertamasya tanpa menganggu majikan-majikannya yang stress menghadapi hidup di belantara Jakarta.


*Ingat ini hanya fiksi semata, jika ada kesamaan itu hanya kebetulan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun