Mohon tunggu...
Fifi Dwi Pratiwi
Fifi Dwi Pratiwi Mohon Tunggu... Illustrator

Penikmat hidup | Penyuka kucing-kopi-jalan2-kuliner | Pelukis cahaya amatir| Blogger paruh waktu | jalan2-makan2-foto2-coratcoret | ekologi-Lingkungan Hidup-Sustainable Development -Manajemen SDA-Pengelolaan B3

Selanjutnya

Tutup

Nature

Ide Alternatif Penanganan Abu Vulkanik untuk Jangka Panjang

19 Februari 2014   05:12 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:41 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belakangan ini beberapa gunung berapi di Indonesia menunjukkan aktivitasnya. Salah satunya, Gunung Kelud yang meletus pada Kamis (13/2/2014) malam (1) . Saat pertama kali meletus pada Kamis malam lalu, Gunung Kelud memuntahkan material vulkanik hingga 80 juta ton (2). Salah satu material yang disemburkan adalah material abu vulkanik. Sebaran abu vulkanik dari gunung yang terletak di perbatasan Kabupaten Kediri, Kabupaten Blitar, dan Kabupaten Malang (3) diinformasikan sampai ke Bandung, Jawa Barat (4). Material abu vulkanik yang dikeluarkan oleh gunung berapi saat beraktivitas ternyata menimbulkan dampak yang tidak sedikit bagi beberapa sektor kehidupan. Beberapa sektor yang terkena dampak langsung maupun tidak langsung dari hujan abu vulkanik diantaranya kesehatan (5) , perekonomian (6), pariwisata (7), dan lingkungan - kualitas air sumur dan kualitas udara (8). Tak hanya itu, upaya membersihkan kota dari abu vulkanik pun ternyata menjadi permasalahan tersendiri (9). Meski abu vulkanik menimbulkan berbagai masalah, setidaknya untuk saat ini, kita tidak boleh menyerah dan berpangku pada solusi praktis menghadapi hal tersebut. Sebab upaya penanganan yang salah, berpotensi menimbulkan permasalahan baru di masa depan. Salah satu contoh permasalahan yang bisa muncul akibat penanganan abu vulkanik yang tidak tepat adalah bertambahnya beban drainase akibat pembersihan abu vulkanik dengan cara disemprot air dan didorong masuk ke saluran drainase (10). Ada sebuah pernyataan menarik dari Prof. Emil Salim, mantan Menteri Negara Lingkungan Hidup di era Orde Baru, terkait keberadaan abu vulkanik. Prof. Emil mengatakan: "Gunung Kelud meletus menyemburkan debu yg membahayakan manusia sekarang, tetapi menyebar kesuburan tanah bagi manusia generasi akan datang." Pernyataan itu disampaikan beliau dalam akun twitternya (@emilsalim2010) pada Jumat (14/02/2014) lalu (11). [caption id="attachment_312704" align="aligncenter" width="612" caption="Pernyataan Prof. Emil Salim dicapture dari akun twitter miliknya"][/caption] Pernyataan Prof. Emil Salim di atas, saya tangkap sebagai sebuah pesan agar upaya penanganan abu vulkanik baiknya juga memerhatikan "added value" dari keberadaan abu tersebut untuk jangka panjang. Oleh karenanya, upaya praktis yang mengedapankan penyelesaian jangka pendek, tidaklah cukup. Upaya penanganannya lebih lanjut, menurut saya, perlu memasukkan prinsip "kebermanfaatan" dari material tersebut. Pernyataan Prof. Emil Salim tersebut, menginspirasi saya untuk mencari ide alternatif penanganan abu vulkanik yang mungkin bisa dikembangkan. Sebagaimana kita ketahui, salah satu manfaat abu vulkanik adalah potensinya untuk menyuburkan tanah dan meningkatkan hasil pertanian (12). Potensi ini bisa menjadi satu nilai tambah (added value) kebermanfaatan dari keberadaan abu vulkanik. Terinspirasi dari mekanisme "virtual water import and export" dalam penghitungan water footprint di Cina (13) -yang menghitung 'perpindahan' air virtual* dari aktivitas ekspor-impor produk antar daerah di negeri tersebut - tercetus ide mengenai 'perpindahan' abu vulkanik dari daerah yang terkena dampak ke daerah pertanian yang membutuhkan. Abu vulkanik yang telah dikumpulkan dari berbagai daerah (khususnya perkotaan yang tidak memiliki area pertanian) dapat 'dikirimkan'  ke daerah-daerah lain yang menjadi sentra budidaya pertanian. Tujuan 'pengiriman' abu vulkanik ini tidak lain agar material tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal untuk peningkatan produksi pertanian di daerah penerima. Keuntungan yang nantinya didapat oleh daerah penerima 'kiriman', bisa dibagi (benefit sharing) dengan daerah pengirim. Bagaimana mekanisme benefit sharing antar kedua daerah tersebut, dapat ditentukan kemudian berdasarkan kesepakatan dari kedua belah pihak. Itulah satu ide alternatif penanganan abu vulkanik yang terpikirkan oleh saya. Perlu diketahui, manfaat yang bisa diperoleh dari penerapan ide ini berupa manfaat jangka panjang. Ide ini masih sangat mentah dan memerlukan kajian lebih mendalam untuk mengetahui feasibility dalam penerapannya. Semoga bermanfaat, Salam Kompasiana! Fifi Dwi Pratiwi (Alumnus Program Magister Ilmu Lingkungan, Program Pascasarjana, Universitas Padjadjaran) Keterangan: *"Air virtual" yang dimaksud dalam penghitungan water footprint adalah volume air yang digunakan dalam proses produksi produk pertanian dan/atau industri. Referensi: (1) http://news.liputan6.com/read/827178/kronologi-geliat-gunung-kelud-hingga-meletus?wp.news (2) http://www.republika.co.id/berita/nasional/jawa-timur/14/02/16/n12rev-sambut-sby-jalanan-kediri-dibersihkan-dari-pasir (3) http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Kelud (4) http://www.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabek-nasional/14/02/16/n138za-langit-jakarta-mendung-apakah-dampak-dari-abu-vulkanik-kelud (5) http://health.kompas.com/read/2014/02/14/0944252/Apa.Bahaya.Debu.Vulkanik.bagi.Kesehatan. (6) http://economy.okezone.com/read/2014/02/14/320/941129/abu-vulkanik-gunung-kelud-lumpuhkan-ekonomi-solo (7) http://travel.kompas.com/read/2014/02/17/1015066/Kerugian.Sektor.Pariwisata.Yogyakarta.Rp.2.Miliar.Per.Hari (8) http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/14/02/16/n12yzs-abu-vulkanik-kelud-berpotensi-cemari-sumur (9) http://surabaya.tribunnews.com/2014/02/18/warga-diharap-bantu-besihkan-abu-vulkanik (10) http://www.republika.co.id/berita/nasional/jawa-tengah-diy-nasional/14/02/16/n12d4d-abu-vulkanis-berpotensi-tambah-beban-drainase (11) Twitter Emil Salim: https://twitter.com/emilsalim2010 (12) http://www.padangpanjangkota.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=817:abu-vulkanik-suburkan-lahan-pertanian&catid=77:ekonomi&Itemid=476 (13)  Ma, Jing., et al. 2005. Virtual Versus Real Water Transfer Within China. Phil. Trans. R. Soc. B (2006) 361, 835–842. (http://www.waterfootprint.org/Reports/Ma_et_al_2006.pdf)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun