Mohon tunggu...
Fifin Nurdiyana
Fifin Nurdiyana Mohon Tunggu... Administrasi - PNS

PNS, Social Worker, Blogger and also a Mom

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Salahkah Punya Kepribadian Textrovert?

24 Maret 2022   16:41 Diperbarui: 27 Maret 2022   01:50 3232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pengguna media sosial (Sumber: DragonImages via Kompas.com)

Pernah nggak kita punya teman yang kelihatan ramah dan asik banget ketika komunikasi di chat tapi sangat pendiam dan "garing" ketika ngobrol langsung? Atau pernah nggak ketika kita menelepon teman jarang diangkat, tapi kalau chat WhatsApp langsung cepat respon membalasnya?

Seringkali kita punya teman dengan karakteristik demikian. Ramah di pesan teks tapi sangat pendiam ketika berbicara langsung. Atau jangan-jangan kita sendiri juga seperti itu?

Kalau teman kamu atau kamu sendiri merasa lebih nyaman saat berkomunikasi melalui pesan teks ketimbang berkomunikasi bicara langsung, bisa jadi kalian termasuk dalam orang-orang yang punya kepribadian textrovert.

Apa itu Textrovert?

Masih belum terlalu familiar memang di telinga. Kalau selama ini kita hanya mengenal ekstovert dan introvert, nah di era serba modern ini sudah ada istilah textrovert yang menggambarkan karakter seseorang yang lebih nyaman berkomunikasi melalui pesan teks daripada berbicara langsung.


Tidak ada yang tahu pasti kapan textrovert ini mulai muncul dan berkembang, namun beberapa sajian teoritisnya dapat dijumpai di novel Textrovert, karya penulis Lindsey Summers, yang banyak menceritakan fakta tentang seorang textrovert.

Meski bukan istilah baku dan formal dari kamus psikologi ataupun sosiologi, namun textrovert sudah menjadi istilah yang jamak di kalangan generasi saat ini.

Seseorang yang punya kepribadian textrovert cenderung malas dan enggan untuk berbicara langsung. Mereka lebih memilih pesan teks sebagai media komunikasi mereka. Dengan pesan teks, mereka bisa menuangkan apa saja yang ingin disampaikan dengan lancar ketimbang berbicara langsung.

Maka tak heran, si textrovert biasanya terlihat sangat ramah dan antusias ketika sedang chat, namun seketika berubah menjadi pendiam dan kaku saat bertemu langsung. Tentu saja ini akan menjadi polemik dan rentan kesalahpahaman jika kita tidak memahami kepribadian textrovert tersebut. 

Pasti yang ada di benak kita terlintas anggapan-anggapan bernada negatif, seperti "dia kenapa ya?" "apa dia lagi marah ya?" "kok dia gak seramah pas di chat wa ya?" "apa ada yang salah dengan ucapanku?" dll. Akibatnya, komunikasi akan menjadi kaku, hambar, dan serba canggung.

Jika didalami, si textrovert ini memiliki karakter diantara ekstrovert dan introvert. Ketika berkomunikasi melalui pesan teks ia akan sangat ramah laiknya seorang ekstrovert. Sebaliknya, jika berkomunikasi langsung ia seketika menjadi sangat pendiam dan tertutup seperti halnya seorang introvert.

Kemunculan fenomena textrovert ini pun tak luput dari zaman yang serba digital dan kondisi pandemi saat ini, dimana berkomunikasi melalui pesan teks dirasa merupakan cara komunikasi yang paling baik dan aman, sehingga kita seolah-olah dipaksa untuk "pandai bercakap" di chat.

Salahkah Punya Kepribadian Textrovert?

Pada dasarnya setiap manusia tidak ada yang sama. Semuanya punya karakteristik kepribadian yang unik dan istimewa. Jadi pada hakikatnya tidak ada yang salah juga dengan ekstrovert, introvert maupun textrovert. 

Namun, kita juga harus ingat, bahwa semua karakteristik tersebut, jika tidak dikelola dengan baik, bukan tidak mungkin akan menciptakan konflik yang berkepanjangan.

Seorang ekstrovert jika berlebihan juga bisa berbahaya, ia akan menjadi pribadi yang terlampau terbuka, tidak pandai menjaga privacy-nya serta kurang mampu mengontrol ucapannya. 

Bahkan, seorang ekstrovert juga dianggap memiliki kepercayaan diri yang terlalu tinggi sehingga terkesan angkuh. Menurut Suryabrata (1993), ekstrovert digambarkan sebagai orang-orang yang dipengaruhi dunia di luar dirinya. 

Itulah sebabnya seorang ekstrovert punya karakteristik sangat membutuhkan orang lain, ramah, mudah bergaul, dan terbuka kepada siapa saja. Jika tidak dikontrol, ekstrovert akan mudah terpengaruh dan kurang mampu menjaga privacy-nya.

Pun dengan seorang introvert. Jika tidak bisa mengelola kepribadiannya, si introvert lebih rentan mengalami depresi, mudah pesimis, kehilangan kepercayaan diri dan terkesan memiliki mental yang lemah.

Senada dengan ekstrovert maupun introvert, textrovert juga memiliki kelebihan dan kekurangan, yang apabila tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan konflik terutama konflik dalam komunikasi. 

Ya, seorang textrovert cenderung memiliki karakter yang sulit ditebak sehingga dapat menimbulkan berbagai persepsi dan anggapan bagi orang lain yang berkomunikasi dengannya.

Seorang textrovert dapat dinilai sebagai pribadi yang menjengkelkan karena enggan menerima telepon. Ia juga akan menjadi lawan bicara yang membosankan karena terlihat tidak nyaman ketika sedang mengobrol dengan orang lain.

Bagaimana Ciri-Ciri Textrovert?

Sebenarnya tidak ada ciri-ciri yang sangat khusus mengerucut pada seorang textrovert. Namun, secara garis besar dapat kita simpulkan beberapa ciri-ciri seorang textrovert yang biasa terjadi:

Pertama, seorang textrovert biasanya adalah orang yang tidak pernah lepas dari gawai. Ia akan merasa seperti "mati gaya" jika sebentar saja tidak memegang gawai. Ia merasa bahwa kehidupan sehari-harinya diawali dari gawai, diisi dengan gawai dan diakhiri juga dari gawai.

Kedua, gaya bahasa pesan chat seorang textrovert terkesan berlebihan (lebay). Ia akan selalu punya cara untuk menarik perhatian si penerima pesan sehingga terkadang terkesan lebay. Bahkan, tak jarang ia akan bermain "drama" atau berbohong demi mendapat respon positif dari lawan chatnya.

Ketiga, seorang textrovert adalah "storyteller" yang andal. Ia punya kemampuan untuk menuangkan segala kisah dan cerita dalam narasi pesan teks dengan cepat dan lengkap. Maka tak heran jika seorang textrovert dijuluki "cerewet" di chat.

Keempat, textrovert akan selalu up to date dalam hal gaya berkomunikasi melalui pesan teks. Ia tidak akan ketinggalan tren-tren meme atau simbol-simbol pesan teks yang terbaru.

Kelima, seorang textrovert akan enggan dan malas mengangkat telepon. Karena ia lebih nyaman menjawab melalui chat ketimbang berbicara langsung di telepon.

Bagaimana Jika Kita Tergolong Textrovert?

Sekali lagi, tidak ada yang salah dengan semua kepribadian, termasuk textrovert. Namun, ada kalanya kita juga harus bijak dengan belajar dan melatih diri untuk hal-hal positif lainnya agar tercipta keseimbangan di kepribadian kita.

Banyak hal yang dapat kita lakukan, seperti:

Pertama, ubah mindset kita bahwa berbicara secara langsung itu tidak nyaman menjadi berbicara adalah cara yang paling efektif untuk menyampaikan suatu hal dengan tingkat risiko konflik yang lebih rendah.

Kedua, tidak ada salahnya mengikuti kelas-kelas public speaking, baik secara langsung maupun online. Akan sangat banyak manfaat diperoleh jika kita mau belajar public speaking. 

Bukan hanya untuk melatih kecakapan berbicara di hadapan publik, tapi juga tentang bagaimana menumbuhkan kepercayaan diri dan menambah relasi.

Ketiga, mulai batasi penggunaan gawai. Sediakan waktu yang berkualitas untuk berinteraksi dengan orang-orang di sekitar kita. Selain membiasakan diri untuk mampu berbicara, kita juga melatih menumbuhkan rasa empati terhadap sesama.

Keempat, sadari bahwa kita tidak hidup sendiri. Kita adalah makhluk sosial yang hidup berdampingan dengan sesama. Kita membutuhkan kehadiran orang-orang di sekitar kita.

Kelima, biasakan selalu mengangkat telepon jika memungkinkan. Secara norma, mengangkat telepon adalah salah satu bentuk kita menghargai orang lain.

Nah, bagaimana Adakah teman kita yang textrovert? Atau justru aku, kamu, kita juga termasuk textrovert?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun