Dunia Fantasi
Sepanjang perjalanan, huru hara manusia memenuhi area wahana permainan.
Di setiap sisi kanan dan kiri mereka berdesak-desakan. Katanya mereka suka dengan wahana roller coaster  yang mengundang teriakan.
Aku bertanya-tanya.
Kau mengangguk-ngangguk kepala saja.
Seperti boneka beruang yang dipajang dekat stir mobil ayahku, mengangguk-ngangguk saja tanpa tahu apa yang sedang dibicarakan ataupun ditanyakan.
Kau tak suka,bertutur panjang lebar
Kau hanya suka mendengar aku bertutur tentang laporan deadline tugasku yang belum usai.
Berkelana itulah favoritmu, kakimu seakan tak lelah berlari-lari kesana kemari mengantri wahana permainan yang ingin kau tunggangi.
Aku hanya berkhayal menatapmu seakan kau punya sayap,agar kau tak lelah berlari.
Otot kakimu bisa saja membengkak, semenit lagi.
Kau mengejutkanku kala kepalaku sedang dipenuhi dengan khayalan imajinasi.
Namun, kau tak mengurungkan niat untuk memberi alasan mengapa kita berada di dunia fantasi seperti ini.
Kau bertutur, karena aku suka berimajinasi kau menambahkan kembali bumbu imajinasi pada otakku kala kita berada di dunia fantasi ini.