Mohon tunggu...
Fetri yulindri
Fetri yulindri Mohon Tunggu... Mahasiswa - 2010731033

This me

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menelisik Budaya Malam Bainai

14 Juni 2021   10:25 Diperbarui: 14 Juni 2021   10:36 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Malam berinai adalah malam akhir bagi calon pengantin wanita minangkabau sebelum dia menaiki pelaminan dan sah menjadi seorang istri.berinai atau memakai inai, yaitu melekatkan tumbukan halus daun pacar kuku yang dalam istilah Minangkabau yang berarti daun inai ke kuku jari sang calon pengantin wanita. malam berinai dilaksanakan ketika sudah selesai solat isya. ini sebagai pertanda bahwa pengantin wanita sudah bukan gadis lajang lagi tetapi akan menjadi seorang istri yang akan sebentar lagi dinikahi oleh pria.Terkadang warga minang memakai adat ini hanya dihadiri oleh keluarga dan kerabat terdekat. orangtua dan kerabat terdekat yang paling tua akan memakai inai kepada pengantin wanita sendiri.

saat Malam Bainai, sang calon mempelai wanita akan memakai pakaian adat khusus yang sarat namun akan bermakna. Calon mempelai akan memakai baju berbentuk selendang yang disilangkan di depan dada dengan bagian lengan dan bahu yang terbuka. Sedangkan untuk kepala digunakan hiasankepala, calon pengantin harus mengenakan hiasan kepala khas Minang yang disebut dengan suntiang.Di mana tingkatan suntingnya harus lebih rendah dan hiasannya tidak serumit yang akan digunakan di acara pernikahan nanti.

Prosesi ini  calon pengantin hanya dicipratkan air bunga tujuh rupa menggunakan daun sitawa sidingin sebagai makna simbolis dan tak harus basah kuyup. jumlah keluarga dan kerabat yang memercikkan air bunga ini harus ganjil, mulai dari lima sampai sembilan. Alasannya adalah karena di dalam Islam, angka ganjil sering melambangkan hal-hal sakral atau suci karena ini akan menjadi simbol di mana orangtua akan memandikan anak perempuannya untuk terakhir kalinya sebelum melepas anak perempuannya kepada calon suami perempuannya.

 sang calon mempelai wanita di antar menuju ke pelaminan.Calon mempelai wanita akan dituntun oleh kedua orangtuanya berjalan di atas kain jajakan berwarna kuning terbentang menuju pelaminan.Ini melambangkan perjalanan calon mempelai dari semasa kecil sampai dewasa. Setiap kain yang dilewati akan digulung oleh dua orang saudara laki-laki yang bermakna sebagai harapan supaya pernikahan yang ditempuhnya cukup satu kali seumur hidup.

 Calon mempelai wanita akan dipakaikan inai di jari-jarinya oleh kerabat wanita yang lebih tua. Jumlah jari yang dipakaikan inai pun hanya sembilan, ditambah daun sirih yang digunakan untuk menutup ibu jari.
Setiap kuku yang dipakaikan inai memiliki makna yang berbeda-beda.Saat memakaikan inai di jari calon mempelai wanita, para keluarga dan saudara yang memakaikan akan membisikkan doa-doa dan nasihat kepada sang calon mempelai untuk bekal kehidupan rumah tangganya nanti.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun