Dan seringkali, satu-satunya hal yang bisa menyambungkan takdir itu dengan data adalah catatan perawatan gigi. Maka setiap dokter gigi yang mencatat dengan teliti sedang ikut menenun takdir orang-orang yang belum dikenalnya.
Dari Klinik ke Meja Otopsi
Kadang saya termenung di ruang praktik. Saat mahasiswa sedang sibuk menambal gigi pasien, saya membayangkan: bagaimana jika gigi ini suatu hari harus jadi pembuka identitas? Apakah tambalannya cukup khas? Apakah dokumentasinya cukup jelas?
Maka saya terus mengingatkan: profesi ini tidak hanya menyembuhkan rasa sakit, tetapi juga menjaga martabat orang bahkan setelah ia tak lagi bisa bicara.
Membangun Kesadaran, Menyebar Edukasi
Artikel-artikel seperti ini adalah bagian kecil dari misi besar: menyebarkan kesadaran. Bahwa gigi bukan cuma urusan estetika atau kunyahan. Ia adalah alat identifikasi, saksi sejarah, dan penjaga nama.
Kita butuh media yang mau mengangkat isu ini. Kita butuh edukasi lintas profesi. Kita butuh pasien yang tahu pentingnya menyimpan rekam medis gigi. Dan kita butuh kebijakan nasional yang mengintegrasikan data gigi secara digital dan aman.
Penutup: Antara Gigi dan Kehidupan Setelah Kematian
Gigi memang diam, tapi mereka menyimpan kisah. Mereka mungkin tak masuk berita, tapi mereka masuk sejarah. Dan di tengah hiruk-pikuk dunia medis dan media massa, saya percaya: pekerjaan kami---meski sunyi---akan terus jadi jembatan antara tubuh tak dikenal dan nama yang dirindukan.
Karena pada akhirnya, manusia tidak hanya ingin mati dalam damai. Ia ingin mati dengan tetap memiliki nama.
Tentang Penulis: