Mohon tunggu...
Fery. W
Fery. W Mohon Tunggu... Administrasi - Berharap memberi manfaat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penikmat Aksara, Musik dan Tontonan. Politik, Ekonomi dan Budaya Emailnya Ferywidiamoko24@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Benarkah Sampul Tempo Hina Jokowi?

17 September 2019   08:09 Diperbarui: 17 September 2019   17:05 7865
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Polemik revisi RUU Komisi Pemberantasan Korupsi yang di inisiasi Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan kemudian 4 usulan revisinya dari 5 ajuan, disetujui oleh Presiden. Melalui Surat Presiden (Surpres) yang dikirimkan Istana hari Kamis (12/09/19) lalu.

Sontak pihak KPK dan para penggiat anti korupsi misuh-misuh, padahal harapan mereka Jokowi sebagai Presiden akan menolak usulan revisi RUU KPK, karena mereka beranggapan revisi itu akan melemahkan KPK.

Eskalasi kemudian memanas karena pendukung Jokowi, ikut memanaskan pro dan kontra  revisi UU KPK tersebut. Pembelaan dilakukan nyaris membabi buta tak mengarah ke substansi yang bisa membuka diskursus. Mereka lebih suka mencitrakan KPK sebagai sarang Islam radikal, persis seperti yang mereka lakukan dalam pilpres 2019 lalu.

Walaupun memang tak semua bertindak seperti itu, tapi yang terdengar keras ya pihak-pihak seperti itu. 

Riuh rendah polemik bertambah ramai tatkala sampul Majalah Tempo edisi 16-22 September 2019 gambar Jokowi dengan bayangan berhidung panjang seperti Pinokio. Hidung panjang Pinokio biasanya merupakan personifikasi seorang pembohong, seperti cerita Pinokio, setiap kebohongan di lakukan maka hidung  sang boneka kayu itu, akan bertambah panjang.

Gambaran ini merujuk pada janji kampanye dan Visi Jokowi yang akan memperkuat posisi KPK dalam sistem Indonesia, namun dengan langkah ia menyetujui revisi RUU KPK dianggap memperlemah KPK. Itulah yang kemudian dianggap Tempo sebagai "Janji Tinggal Janji" seperti Tag dalam sampul majalahnya.

Pendukung Jokowi langsung bereaksi, media sosial diramaikan dengan kritikan yang ditujukan kepada redaksi Majalah Tempo, sesaat setelah gambar itu di publikasikan. Mereka minta Tempo untuk membatalkan sampul majalah itu. Karena dianggap menghina Presiden sebagai Simbol Negara.

Hal ini dicuitkan oleh salah satu pendukung setia Jokowi Denny Siregar dalam akun Twitternya.

"Cover majalah @tempodotco ini sangat menghina @jokowi sbg Presiden RI.

Tempo boleh tidak suka dgn revisi UU @KPK_RI - meskipun sebenarnya media tdk boleh berpihak.

Tapi membuat sebuah gambar yang menghina simbol negara ini, saya rasa sudah sangat keterlaluan !

 Demikian cuitan pemilik akun Twitter @dennisiregar7 itu.

Cuitan ini seperti biasa langsung direspon oleh berbagai pendapat, salah satunya dari seorang netizen yang merasa bahwa apa yang dilakukan oleh redaksi Tempo adalah hal yang biasa saja dalam demokrasi, cuit akun Twitter bernama @wisnu_prasetya

1. Media boleh dan harus menunjukkan sikapnya, apalagi berkaitan dengan hal-hal yang mengancam demokrasi.
2. Tempo tidak menghina Jokowi. Ia mengingatkan Jokowi.  
3. Buzzer seperti anda merusak demokrasi.

Pro kontra sampul Majalah Tempo yang merupakan turunan dari pro kontra revisi RUU KPK ini kemudian bergulir lebih jauh, masalah ini dilaporkan oleh relawan Jokowi yang menamakan dirinya Jokowi Mania ke Dewan Pers.

"Kami ingin jelaskan perihal kedatangan kami adalah salah satunya ingin melaporkan Majalah Tempo ke Dewan Pers, kenapa kami laporkan ke Dewan Pers? Karena kami memahami persoalan-persoalan jurnalistik harus diatasi oleh Dewan Pers," kata Ketua Umum JoMan, Immanuel Ebenezer, di gedung Dewan Pers, Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Senin (16/9/2019). Seperti yang dikutip dari detik.com.

Jokowi mania beranggapan bahwa sampul Majalah Tempo edisi tersebut merupakan penghinaan terhadap simbol negara. "Gambar Pinokio itu penghinaan terhadap simbol negara," ujar Eben.

Menanggapi tuduhan para pendukung Jokowi, Redaksi Tempo menjelaskan, seperti yang diungkapkan oleh Redaktur Eksekutif Majalah Tempo Setri Yasra. 

"Tempo tidak pernah menghina kepala negara sebagaimana dituduhkan. Tempo tidak menggambarkan Presiden sebagai pinokio. Yang tergambar adalah bayangan pinokio," kata Setri dalam pesan tertulisnya, Senin,(16/09/19) seperti yang dilansir Tempo.co

Kemudian ia menjelaskan bahwa sampul Tempo dengan judul "Janji Tinggal Janji" tersebut merupakan metafora dari dinamika politik dan hukum terkait Revisi RUU KPK yang menjadi kontroversi. 

Presiden dituding oleh para penggiat anti korupsi telah ingkar janji tentang penguatan KPK. "Justru edisi akan memuat  wawancara Jokowi, terkait keputusannya itu"tambahnya.

Menurut Setri, Redaksi Tempo meyakini bahwa Jokowi memahami peran jurnalisme di dalam masyarakat, dan menganggap kritik sebagai bagian penting dalam pemerintahannya.

Majalah Tempo bukan sekali ini saja menuai kontroversi dalam menerbitkan sebuah berita, sejak jaman orde, bahkan salah satu beritanya tentang  kapal bekas eks Jerman menghantarkan Majalah Tempo dibredel dan distop operasikan oleh pemerintah Soeharto saat itu.

Menurut saya kritikan argumentatif sekaligus artistik seperti yang Majalah Tempo lakukan sangat diperlukan di jaman demokrasi seperti ini. Ada pesan yang kuat dari gambar bayangan berbentuk Pinokio tersebut. Jokowi harus lebih mampu menguatkan dirinya dari oligarki politikus yang mengelilinginya, yang bisa saja berlaku lancung.

Terdapat quote menarik dari sahabat Nabi Muhammad SAW sekaligus menantunya Ali bin Abi Thalib terkait masalah kritikan dan pujian bagi seseorang "Memuji seseorang lebih daripada yang ia berhak menerimanya sama saja menjilatnya. Tetapi melalaikan pujian bagi orang yang berhak menerimanya menunjukkan kebodohan dan kedengkian."

Jokowi  sebagai manusia yang kebetulan mendapat mandat jadi Presiden RI tentu saja memiliki keterbatasan, ia bukan insan yang tanpa salah. Tugas kita rakyat Indoneaia sekaligus pendukungnya untuk mengingatkan. 

Kritiklah ia dengan proporsional, jika ada menganggap kebijakannya kurang berpihak kepada kebenaran dan rakyat. Apresiasi ia jika kebijakannya bagus dan berguna bagi ke sejahteraan rakyat.

Jokowi tak mungkin benar terus karena ia bukan malaikat, Jokowi juga tak mungkin salah terus karena ia bukan setan. Jokowi cuma manusia biasa yang bisa salah juga bisa benar, kritiklah ia dengan proporsional. Pujilah ia juga dengan sewajarnya. Dukung lah Jokowi secara kritis, tak perlu memuja berlebihan.

Sumber: 1, 2, 3

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun