Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Arsitek - Pensiunan Dosen

Ayurveda Hypnotherapist

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Benarkah Kita Bebas?

17 Mei 2024   06:30 Diperbarui: 17 Mei 2024   06:38 388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/

Setelah saya belajar meditasi di Anand Ashram di bawah Bimbingan Bapak Anand Krishna serta banyak membaca Buku Yoga dan Meditasi tulisan beliau, saya baru sadar bahwa hidup yang saya pernah jalani dulu sebelum belajar meditasi sesungguhnya di bawah kendali perbudakan. Dari sudut pandang  Yoga dikenal adanya 3 (tiga) cakra dasar: Pertama disebut Muladhara dikaitkan dengan kebutuhan dasar manusia, makan dan minum. Adalah cakra ke dua Svadhisthana pusat energi atau cakra ini pada umumnya dikaitkan dengan seks, namun Bapak Anand Krishna memaknai sebagai energi kreativitas; dan kreativitas tertinggi adalah memiliki keturunan. Lapisan kesadaran cakra  ke 3 (tiga) Manipura, berkaitan dengan kenyamanan diri.

Sudan pandangan Yoga menyebutkan bahwa bila kita masih berada pada tiga cakra bawah, data dipastikan senantiasa menghadapi masalah. Karena memang selama hidup di dunia benda/materi kita hidup dengan keinginan untuk selalu mengejar kenyamanan indrawi. 

Perhatikan bahwa hidup kita sehari-hari masih pada tiga cakra dasar ini. Sangat mudah terlihat dengan banyaknya lokasi foodcourt pada setiap mall. Kuliner senantiasa menjadi buruan semua orang. Ragam kuliner akan menjadi buruan, siapa yang tidak kenal Bandung sebagai kota kuliner? Bahkan bila satu makanan yang dikenal enak, banyak orang rela mengantri sampai beberapa jam. Bukan kah ini namanya perbudakan?

Seakan kita hidup hanya untuk makan. Inilah kondisi masyarakat kita saat ini. Jadi budak makanan. Kita masih berada pada cakra satu (1). Bukan lagi menjadi rahasia bahwa banyak orang mencari obat yang bisa memberikan kepuasan seksual. Banyak toko bertebaran secara online maupun offline secara tersembunyi menjajakan obat berkaitan dengan kenyamanan seks.

Suatu pemahaman yang kurang tepat  bahwa dengan traveling dianggap sebagai healing. Sehingga banyak resort tempat untuk berwisata terkenal dibuat oleh orang yang melihat peluang untuk mencari keuntungan semata. Namun kembali, ada sekelompok manusia atau pedagang yang memanfaatkan ketidaktahuan ini sebagai peluang bisnis; cuan dan cuan. Inilah hipnosis massal tentang pemahaman healing.

Healing kuliner dan berwisata bentuk pemahaman tidak tepat.....


Anganggapan bahwa makanan atau berburu kuliner serta perjalanan berwisata sebagai healing hanya membuktikan bahwa kita masih menjadi budak kenyamanan duniawi/indrawi. Inilah yang kita anggap hidup secara bebas. Lingkungan kita juga selalu membahas tentang tempat-tempat yang dianggap bagus untuk healing. Tanpa sadar kita habiskan uang hasil kerja keras kita untuk sesuatu yang sama sekali bukan healing. Uang habis, kita tetap juga tidak sehat?

Jangan mengartikan kebebasan dengan hidup semaunya. Inilah yang disebut keliaran. Bebas berarti kita tidak bergantung pada sesuatu. Tetapi sadar bahwa hidup merupakan saling bergantung atau interdependency Hal Ini bisa diwujudkan bila kita bisa mengubah atau melakukan transformasi diri. Evolusi kesadaran berarti melakukan transformasi dari intelektual atau pikiran materi menjadi intelejensia atau buddhi tentang sesuatu yang mulia bagi hidup kita.

Selama hidup saya atau dalam pikiran saya bahwa ketika sakit kita pergi ke dokter dan sembuh setelah minum obat. Namun sesungguhnya yang diatasi hanyalah rasa sakitnya, bukan sakitnya. Ini terbukti bahwa tanpa sadar kita mengkonsumsi makanan yang kita anggap enak, namun sesungguhnya kita sedang menyakiti diri sendiri. Banyak makanan yang merut umum enak dijual di toko atau mart-mart yang benyak bertebaran di sekitar kita mengandung kadar gula yang tinggi. Dari hasil survei, terbukti bahwa Indonesia menduduki ranking pertama penderita diabetes tipe 1 di ASEAN (lihat grafik di bawah):

Fakta terakhir yang amat mengejutkan adalah bahwa ada beberapa produsen camilan yang mengandung banyak gula juga memiliki pabrik insulin!!! Sepertinya kita dianggap sapi perah atau ternak (sapi) yang siap disembelih uangnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun