Di tengah keriuhan pemblokiran puluhan juta rekening bank milik masyarakat oleh Pusat Pelaporan dan Analisa Transaksi Keuangan (PPATK) dan pemberian Abolisi terhadap Tom Lembong serta Amnesti kepada Hasto Kristyanto oleh Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto.
Tiba-tiba saja, "coming from behind" menyeruak isu bendera One Piece memenuhi ruang-ruang di media sosial. Jujur saja, entah lantaran saya out of date atau karena bukan penggemar Serial Manga "One Piece," saya awalnya tak begitu paham isu ini.
Usut punya usut, ternyata di berbagai platform medsos muncul seruan entah darimana untuk mengibarkan bendera bajak laut dari anime dan manga One Piece saat perayaan HUT RI ke-80 pada 17 Agustus nanti, sebagai bentuk protes terhadap Pemerintah saat ini.
Pemerintah dan sejumlah anggota parlemen mengecam seruan mengibarkan bendera tersebut, menyebutnya sebagai tindakan provokatif dan bisa memecah belah bangsa, bahkan menudingnya sebagai perbuatan makar.Â
Bendera fiktif itu berlatar hitam dengan tengkorak dan dua tulang yang menyilang di belakangnya. Tengkorak berwarna putih dengan ekspresi tersenyum itu berhias topi jerami kuning khas tokoh utama One Piece, Monkey D. Luffy.Â
Saya sendiri, dalam beraktivitas harian tak pernah melihat bendera yang dikenal dengan nama Jolly Roger dan sejatinya memiliki banyak jenis dan varian lantaran dunia fiksi One Piece memiliki banyak kelompok bajak laut, berkibar di sepanjang jalan yang saya lalui setiap hari.
Ketika Simbol Budaya Populer Menjadi Alat Kritik
Mengutip onepiece.fandom.com, Bendera Jelly Roger tak hanya menjadi simbol kekuatan, tapi juga disebut menyuarakan kebebasan, keyakinan pribadi, dan persahabatan.
Penggunaan simbol atau idiom budaya populer, atau bahkan simbol yang sejatinya netral seperti Jelly Rogers sebagai ekspresi kekecewaan dan protes sosial telah berlangsung sejak lama, baik di Indonesia maupun di luar negeri.Â
Di Thailand misalnya, kala itu mereboot makna salam tiga jari dalam film The Hunger Games. Para aktivis Thailand berhasil mengadaptasi dan mengisi ulang makna simbol tersebut menjadi representasi dari kebebasan, persamaan, dan persaudaraan.Â
Tiga jari ini menjadi semacam manifestasi visual dari tuntutan mereka yang lebih luas terhadap monarki dan militer.Â