"Ayah, bunda, kakak dan adik. Jangan dihilangin lagi Tupperwarenya ya, gak ada gantinya lagi loh sekarang."
Ungkapan perpisahan getir ini, tertulis di unggahan Instagram Tupperware Indonesia pada 11 April 2025, menandai berakhirnya 33 tahun kebersamaan sebuah merek yang pernah merajai "wadah-wadahan"di rumah tangga Tanah Air.Â
Awal Perjalanan yang Gemilang
Kisah Tupperware bermula pada tahun 1946, ketika Earl Tupper menciptakan wadah plastik kedap udara pertama. Inovasi ini merevolusi cara orang menyimpan makanan, menjaga kesegaran dan mencegah kontaminasi. Namun, Tupperware tidak langsung sukses.
Pada tahun 1950-an, Brownie Wise, seorang saleswoman brilian, memperkenalkan model penjualan langsung yang inovatif melalui kegiatan "Tupperware parties".
Dalam acara ini, para ibu rumah tangga berkumpul di rumah salah satu kawan mereka untuk melihat presentasi produk Tupperware dan membelinya.Â
Saat itu, model ini terbukti sangat sukses, mendorong pertumbuhan pesat perusahaan dan menjadikan Tupperware sebagai ikon peralatan rumah tangga.
Selama beberapa dekade berikutnya, Tupperware menikmati masa kejayaan. Model penjualan langsungnya yang unik, dikombinasikan dengan kualitas produk yang baik, membuat Tupperware menjadi merek yang sangat populer di seluruh dunia.Â
Perusahaan ini berekspansi ke berbagai negara, menjangkau jutaan konsumen dan menciptakan peluang bisnis bagi banyak orang.
Di masa jayanya, perusahaan memiliki kinerja yang moncer, ditandai dengan pertumbuhan penjualan cukup pesat, margin laba tinggi, arus kas sehat, neraca  keuangannya stabil, alhasil harga sahamnya pun masuk kategori top notch
Selain itu, sebagai sebuah merek, Tupperware semakin kuat, jaringan penjualan yang luas, dan reputasi yang baik juga menjadi faktor penting dalam kesuksesan Tupperware pada masa itu.
Tak hanya sekadar wadah plastik, bagi generasi milenial akhir, Gen X, hingga baby boomer dan sebelumnya, Tupperware adalah simbol kehangatan keluarga besar, penanda status sosial, dan saksi bisu riuhnya arisan ibu-ibu.Â