Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Deal! Elon Musk Caplok 100 Persen Saham Twitter, seperti Apa Twitter Setelahnya?

26 April 2022   06:59 Diperbarui: 27 April 2022   20:13 1338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Elon Musk dan Twitter. (Foto: Kompas.com/Wahyunanda Kusuma) 

Sebelum melakukan penawaran untuk mencaplok 100 persen saham Twitter, Elon Musk telah memiliki 9,2 persen saham media sosial yang didirikan oleh Jack Dorsey ini.

Hubungan Elon Musk dengan Twitter sebelum kesepakatan ini tercapai seperti love and hate relationship.

Elon Musk sempat melontarkan kritik pedas di Twitter, ia mempertanyakan komitmen Twitter atas kebebasan berbicara di platform media sosial tersebut.

Lantas keduanya, sempat berselisih dengan Otoritas Pengawas Pasar Modal Amerika Serikat (SEC) terkait cuitan Elon Musk di media sosial burung biru tersebut terkait laporan keuangan perusahaan miliknya, Tesla.

Swa.co.id
Swa.co.id

Selain itu, ia sempat mempertanyakan apakah diperlukan  membangun platform media sosial baru agar kebebasan berbicara di media sosial bisa dilakukan lebih terbuka lagi.

Terakhir sebelum kesepakatan ini tercapai Elon Musk sempat bersitegang dengan salah satu pemegang saham terbesar Twitter, Pangeran Arab Saudi  Al Waleed bin Talal Al Saud.

Al Waleed menolak mentah-mentah keinginan Elon Musk untuk membeli seluruh saham Twitter. Tetapi entah apa yang terjadi kemudian sehingga akhirnya Pangeran Arab Saudi itu akhirnya menyetujui transaksi tersebut.

Setelah menguasai seluruh saham Twitter, Elon Musk tentu saja memiliki kekuasaan nyaris absolut di media sosial tersebut. Ia bisa lebih leluasa  untuk mendorong terjadinya moderasi konten secara drastis atas nama kebebasan berbicara, sesuai harapannya.

Meskipun, hal tersebut sebenarnya dapat memicu perdebatan global lantaran dikhawatirkan akan membuka peluang penyebaran informasi palsu (hoax) dan konten yang memecah belah lebih masif lagi.

Selain alasan idealis, saya rasa Elon Musk sebagai pengusaha pun memiliki alasan komersial atas kesepakatan bisnis ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun