Gus Dur sebagai Presiden Republik Indonesia pada 17 Juni 2000, memperbolehkan kembali perayaan Imlek dilakukan secara terbuka di hadapan khalayak umum dan hal tersebut menjadi tonggak sejarah baru bagi kehidupan etnis Tionghoa di Indonesia.
Lantas, Imlek resmi ditetapkan sebagai hari libur nasional, hal itu menegaskan pengakuan terhadap keberadaan etnis Tionghoa di Indonesia.
Gus Dur pun kemudian menekankan bahwa Pemerintah Indonesia tak mempermasalahkan lagi mana bumiputra mana non bumiputra.Â
Indonesia ini menurutnya tak memiliki keturunan yang tunggal dan bisa mengklaim bahwa dialah masyarakat Indonesia asli. Pasalnya menurut Gus Dur, Indonesia itu dibentuk dari perpaduan tiga ras, yakni Melayu, Astro-Melanesia, dan China.
Sejak saat itu hubungan aneh antara penguasa dan masyarakat etnis Tionghoa tak lagi aneh. Meskipun belakangan ada sejumlah pihak yang mencoba ingin mengembalikan "keanehan" tersebut.
Tapi saya yakin masyarakat Indonesia saat ini sudah cukup cerdas untuk tak mengulang kejadian masa lalu dan sepertinya sudah sepenuhnya mengakui bahwa istilah pribumi dan non-pribumi itu dihilangkan.
Hal tersebut akan lebih mudah dilaksanakan, apabila pihak etnis Tionghoa-nya pun bisa lebih egaliter dan menghindari eksklusifitas yang memang faktanya hingga saat ini pun masih terlihat.
Namun demikian, seiring waktu berjalan proses pembauran akan terus berlangsung yang pada akhirnya Indonesia ya Indonesia tanpa harus tersekat-sekat unsur SARA.
Selamat Merayakan Imlek 2573 Kongzli saudaraku yang merayakannya, Semoga kesejahteraan dan kemakmuran menaungi kita semua.