Dalam Islam sendiri sebenarnya sudah jelas, hukumnya menyembah, memohon kepada selain Allah SWT itu dilarang keras.
Namun, harus ingat masyarakat Indonesia itu heterogen, tak satu agama, berbeda-beda etnis dan budaya.
Jadi ada kemungkinan orang lain di luar muslim beribadah sesuai dengan keyakinan, agama, dan budaya mereka masing-masing.
Dan kondisi ini sudah berlangsung ribuan tahun, kenapa sekarang kita harus usil dengan kepercayaan dan keyakinan orang lain.
Saya benar-benar tak habis pikir, kok yah  Umat Muslim Indonesia yang awalnya dikenal toleran penuh rasa hormat terhadap penganut agama dan kepercayaan agama lain, kini sebagian  menjadi kurang menghormati, bahkan berlaku intoleran terhadap pihak yang berbeda pandangan dengan mereka.
Urusan meletakan dan mempercayai keberadaan sesajen itu syirik, ya urusan yang bersangkutan ama Tuhan-nya.
Kenapa kita harus ribut-ribut menghakiminya, Kalau menurutnya sesajen, dupa, menyan, hio atau apapun itu bisa menghantar doa kepada Tuhannya ya biarin aja.
Siapa sih kita ini kok merasa berhak menghakimi keyakinan orang lain, urusan nantinya masuk surga atau neraka itu hak prerogatif Tuhan.
Setiap agama dan kepercayaan memiliki keyakinan masing-masing dan cara mencapai ketaqwaannya yang bisa membuatnya masuk "surga" juga berbeda-beda.
Jangan mengukur keyakinan orang yang berbeda kepercayaan, dengan keyakinan sesuai kepercayaan kita.
Kan sudah jelas dalam Al Quran Surah al Kafiruun, Agamamu untukmu, agamaku untukku. So be it.Â