Sejumlah media barat, menyebutkan Afghanistan di bawah kendali Taliban kemungkinan besar akan tetap pada sistem politik Islam yang sangat ekstrem.
Sebenarnya tak hanya media barat yang beranggapan seperti itu, sebagian besar rakyat Afghanistan merasakan hal yang serupa.
Mereka seolah-olah merasa trauma terhadap kepemimpinan Taliban pada saat mereka berkuasa 20 tahun lalu.
Salah satu Jurnalis Perempuan Afghanistan  Anisa Shaheed contohnya, ia takut pada saat Taliban kembali berkuasa hidupnya sebagai perempuan akan menderita.
"Saya seperti  banyak perempuan lain Afghanistan takut kehilangan kesempatan untuk belajar dan bekerja, jika Taliban kembali berkuasa" ujarnya, seperti dilansir BBC.Com
Ketakutan ini dimanifestasikan oleh warga Afghnistan dengan mencoba sesegera mungkin keluar dari negara itu.
Bandar Udara Internasional Kabul penuh oleh rakyat dan warga negara asing yang ingin segera keluar dari negeri tersebut, lantaran mereka takut Taliban akan mengekang segala aktifitas mereka terutama bagi kaum perempuan.
Kelompok Taliban  berusaha menenangkan rakyat Afghanistan, dengan menunjukan bahwa Taliban saat ini akan berbeda dengan Taliban 20 tahun lalu, seperti yang pernah mereka janjikan pada AS saat bertemu di Doha Qatar tahun 2020 lalu.
Mereka sepertinya akan mulai melihat model pemerintahan dalam spektrum yang lebih luas. Meskipun memang sama sekali tak ada jaminan bahwa Taliban pada saat berkuasa kelak akan lebih terbuka juga.
Namun seharusnya mereka menyadari walaupun dipaksakan sedemikian rupa, model Islam seperti dimiliki Taliban tak akan dapat diterapkan secara konsisten  untuk masa-masa yang akan datang.
Jika tetap dipaksakan sudah hampir dapat dipastikan Pemerintahan Taliban di Afghanistan bakal dikucilkan oleh komunitas internasional.