Jika ditarik lebih jauh di awal peradaban manusia di jaman Yunani kuno, ekspresi yang bersifat pornografi ditemukan pada masa itu lewat syair-syair lagu "cabul" yang dinyanyikan pada saat perayaan yang dipersembahkan untuk menghormati Dewa Dionyius.
Bukti-bukit kuat lainnya dapat ditemukan dalam
Kebudayaan Romawi di Pompeii, di sana terdapat lukisan-lukisan erotik yang berasal dari abad pertama masehi.
Selain yang diungkapkan The Fulcrum, yang menggambarkan pornografi dalam bentuk karya seni berbentuk gambar dan pahatan.
Format pornografie pada abad pertengahan di Eropa didominasi oleh teks dalam bentuk sajak, lelucon, dan syair-syair yang bersifat satiris.
Salah satu karya pornografi teks yang paling terkenal di jaman itu adalah tulisan Giovanni Boccacio yang berjudul Decameron yang berisi 100 cerita bernada cabul.
Pornografi tunbuh subur sejak alat cetak yang pertama kali ditemukan oleh Johannes Guthenberg, berkembang lebih modern.Â
Pada abad ke-18 karya-karya tulis erotis yang benar-benar bertujuan untuk membangkitkan syahwat berkembang sangat pesat, tulisan di dalamnya sama sekali mengabaikan norma-norma yang ada saat itu.
Di masa Victoria, di awal hingga pertengan tahun 1800-an. Sebuah penelitian yang dilakukan pada tahun 1834 menemukan bahwa 57 persen karya tulis yang dijual di Holywell Street London merupakan litelatur yang bersifat pornografik.
Karya pornografik yang terkenal dari masa Victoria adalah yang berjudul My  Secret Life (1890), dengan penulis anonim.Â
Isi buku itu secara detail menceritakan tentang pencarian seorang laki-laki Inggris akan  kepuasan seksualnya (sexual gratification).
Menurut buku  'Pornography' yang ditulis oleh Donald A. Downs, terdapat sejumlah litelatur erotik masyhur di berbagai negara di dunia.