Teluh angin dan teluh bayu, mengirim benda-benda seperti jarum, paku, silet, atau pecahan kaca/beling lewat angin dan air.Â
Biasanya kedua teluh ini sampai ke si penerima teluh agak lambat dengan tingkat infeksi rendah.
Teluh geni, akan memberi hasil lebih cepat dengan memasukan pisau kecil ke dalam sebuah gelas lantas ditutup kain putih, dan dirapalkan mantra-mantra.
Jika pisau yang ada dalam gelas tadi hilang dan airmya berubah warna menjadi merah darah, artinya si korban telah mengalami bencana seperti yang diharapkan.
Sementara teluh pangjarahan dilakukan dengan meminta bantuan roh halus yang menjadi semacam katalisator atau media untuk mencelakan korban yang dituju, dengan tingkat kerusakan sesuai pesanan si empunya niat tersebut.
Jika ditinjau  secara geografis ada sedikit perbedaan antara teluh yang dilakukan di Banten Selatan dengan Banten Utara.
Para ahli teluh di wilayah Banten Utara  rata-rata tak pernah membuat si korban meregang nyawa, hanya sekedar sakit dan tersiksa saja.
Ssmentara para ahli teluh di Banten Selatan termasuk Wilayah Kabupaten Lebak  tempat Iti Jayabaya menjadi Bupati , mereka biasa melakukan teluh hingga si korban meregang nyawa dalam keadaan tersiksa.
Tapi sebenarnya ancaman Iti Jayabaya, ini tak usah membuat gentar Moeldoko  lantaran bisa saja Ketua umum PD versi KLB ini meminta bantuan para ahli teluh dari Jampang Sukabumi, konon katanya Teluh Banten itu bisa ditaklukan oleh teluh dari wilayah Selatan Sukabumi.
Dalam dunia klenik ditataran sunda kedua daerah tersebut bersaing ketat untuk urusan hal-hal metafisik terutama yang berkaitan dengan teluh dan pelet.
Banyak cerita terkait masalah teluh dan pelet di wilayah Sukabumi ini, ada ratusan atau bahkan ribuan catatan  ihwal dunia hitam yang mengaitkannya dengan wilayah Selatan Sukabumi, yang disebut Pajampangan ini seperti Surade, Jampang Kulon, Ciracap, Ciemas, Sagaranten, Palabuhan Ratu, hingga Warung Kiara.