Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Surya Anta dan Gambaran Rutan Salemba yang Menyesakkan Dada, Inikah Kondisi Lapas di Indonesia?

14 Juli 2020   12:05 Diperbarui: 14 Juli 2020   21:43 793
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jagat media sosial Twitter hari Senin (13/07/20) kemarin dihebohkan oleh unggahan sebuah utas panjang dari seorang aktivis HAM Surya Anta Ginting yang sempat ditahan di Rutan Salemba.

Surya bercerita cukup detil pengalamannya di Rutan yang pengawasan dan pengelolaannya berada di Kementerian Hukum dan HAM ini.

Lewat akun Twitter-nya @Suryaanta menggambarkan betapa bobrok kondisi Lembaga Pemasyarakat atau penjara yang  terletak di Jakarta Pusat ini.

Dalam utas pertamanya Surya bercerita saat dirinya pertama di pindahkan dari Rutan Brimob tempat ia sebelumnya ditahan setelah ditangkap dengan tuduhan makar.

Dirinya begitu masuk penampungan atau Mapenaling di Rutan Salemba ia sudah dimintai uang oleh para napi yang menjadi penguasa di penampungan tersebut.

Ia membeberkan bahwa di penampungan itu ada beberapa daerah kekuasaan berdasarkan Ke-Suku-an. Ada Lapak Palembang, Lapak Lampung, Lapak Batak atau dalam istilah penjara di sebut Lapak Korea.

Ia bersama rekannya sesama Aktivis sempat dimintai uang oleh para napi tersebut sebesar Rp. 1 juta, sementara temannya ada pula yang dimintai uang hingga Rp. 3 juta.

Setelah benegoisasi dan membeberkan siapa mereka kepada para napi penguasa  penampungan.

"Akhirnya kami berlima bayar Rp 500 ribu karena setelah para tahanan lain tahu kalau kami ini aktivis bukan anak pejabat," tulis Surya dalam foto yang ia unggah dalam tweet-nya. Seperti dilansir Kompas.com

Lantas bagaimana dengan para tahanan yang tak mampu membayar,  menurut Surya mereka akan ditempatkan di Lapak Buaya, tidur tak beralasan apapun kecuali ubin, dan letaknua persis di depan WC umum tempat 420 tahanan di Mapenaling membuang hajatnya.

Jadi jika mereka makan atau beraktivitas lain akan selalu melihat tahanan lain saat buang hajat besar maupun mandi.... ikh. Jijay kan.

Namun itulah memang derita orang di penjara dalam kondisi tak punya uang atau tak pernah dijenguk atau dalam istilah penjara disebut "orang ilang"

Sebenarnya kasta di penjara yang diukur dengan kemampuan secara finansial itu nyata adanya dan tegas sekali terlihat. 

Bagi yang berpunya atau keluarganya masih datang menjenguk apalagi napi-napi kelas koruptor yang masih banyak memiliki uang, hidup dipenjara bisa menjadi raja.

Bukan rahasia lagi seperti yang kita saksikan di TV bagaimana napi-napi koruptor bisa mendapat fasilitas mewah seperti kamar yang nyaman bak hotel, lengkap dengan fasiltas seperti Air Conditioner (AC), Water dispenser, kulkas, bahkan laptop dan alat komunikasi lainnya.

Berbeda dengan jelas seperti yang digambarkan Surya di Mapenaling, TV ada hanya satu dan ditonton beramai ramai, situasinya seperti barak tanpa sekat, kamar mandi bersama sangat tidak layak.

Makanan yang disebut cadung memiliki kualitas yang sangat buruk, terkadang setengah matang dan nyaris tanpa rasa. Jika menunya daging, maka kualitas daging yang diberikan, mungkin kualitas paling buruk yang dijual dipasaran.

Air putih yang diberikan pihak penjara harus ditampung sendiri oleh para tahanan di botol-botol yang biasa di pungut di sekitar penjara tersebut.

"Tapi rasanya.kaya lengket, para tahanan menjadi sakit tenggorokannya," tambah Surya.

Untuk mendapatkan air panas atau memasak mie instan para napi biasanya dengan "nembak air". Caranya ya botol plastik berbahan plastik fiber dibakar dengan menggunakan sampah -sampah plastik terutama kantong plastik.

Kebayangkan polusinya apalagi didalam ruangan tertutup seperti Mapenaling yang dihuni begitu banyak orang.

Tak heran banyak sekali napi yang sakit karenanya, malangnya ketika mau berobat ke Klinik di Rutan Salemba  pun prosedur yang harus ditempuh sangat rumit.

Surya kemudian melanjutkan utasnya di Twitter dengan pengalamannya setelah "turun blok". Di penjara biasanya seorang tahanan akan masuk ke blok yang berupa kamar-kamar setelah 1 bulan berada di Mapenaling.

Dan jangan salah untuk turun blok dan mendapatkan kamar itu juga butuh uang cukup besar, kamar-kamar seperti yang di tempati oleh para koruptor itu mungkin di penjara bisa dihargai ratusan juta.

Karena menurut utas Surya, butuh uang hingga jutaan untuk bisa menempati kamar, selain itu mereka juga harus membayar uang mingguan untuk makan mereka di kamar yang ditempatinya.

Memang ada ransum tapi yah makanannya sangat tak layak buat dimakan, makanya kemudian mereka memasak di dalam kamar tersebut.

Bagi mereka "orang ilang" tidurnya ya dilorong-lotong kamar dengan alas seadanya. Dalam utasnya tersebut Surya juga menyertakan foto-foto para napi yang tidur diloring tersebut.

Surya beserta kawan-kawannya dapat kamar yang dulu sempat ditempati oleh Freddy Budiman terpidana mati kasus narkoba.

Kamarnya tersebut merupakan "kamar apotik", kenapa disebut kamar apotik karena kamar itu merupakan tempat penjualan narkotika berjenis  sabu.

"Kami berlima di tempatkan di blok J sel kamar 18 (J18). Sel ini dijadikan 3 kamar. 1 kamar dibawah. 2 kamar di atas. Kamar atas belakang Dano itu adalah Kamar "Apotik", kamar penjualan Sabu. Petugas tahu soal ini. Heran kenapa kami ditempatkan di kamar J18 yg ada apotik sabu." Cuit Surya.

So, jadi penjara itu memang menjadi salah satu pasar besar bagi pengedaran Narkotika, dan hebatnya seperti diungkap Surya semua aktivitas tersebut atas sepengetahuan para sipir alias petugas penjara.

Ketika ada permasalahan pada infrastruktur kamar seperti listrik putus, atau ganti lampu para napi lah yang harus membayar itu semua.

Surya dan kawan-kawannya memang tak mengeluarkan uang mingguan karena ada tekanan dari kawan-kawan aktivisnya diluar, dan pihak pengelola penjara takut apa yang terjadi di dalam itu tersiar keluar walaupun akhirnya keluar juga kisah busuk kejadian di Rutan Salemba ini.

Apakah kondisi Rutan Salemba yang bobrok seperti itu menjadi gambaran  kondisi penjara di seluruh Indonesia?

Mungkin saja hal itu memang demikian, sudah bukan rahasia lagi jika para napi menjadi komoditas yang menggiurkan untuk dijadikan sebagai tambang emas bagi para pengelola penjara.

Saya sempat mendengar kisah yang serupa dari teman yang kebetulan karena suatu masalah ia harus mendekam selama 18 bulan di Lapas Cipinang.

Ia memberi istilah pengen jadi raja dipenjara ya harus ada uang banyak, jika tidak ya bakal.jadi keset dan menjadi residu dalam sebuah ekosistem penghuni penjara.

Dipenjara juga kita bisa mencari uang dengan cara menjadi "Corvee" atau jika di dunia bebas bisalah disamakan dengan asisten rumah tangga.

Atau jadi petugas pendamping (Tamping) yang membantu pekerjaan petugas, seperti tamping kunjungan yang tugasnya seperti kurir membawa surat kunjungan bagi para napi yang dikunjungi.

Dan masih banyak tamping-tamping lain seperti tamping dapur, tamping taman.

Menanggapi cuitan dari Surya Anta pihak Kemenkumham dan Kepala Rutan Salemba bungkam seribu bahasa ketika para awak media meminta konfirmasi terhadap cuita Surya Anta ini.

"Saat ini bapak belum bisa ditemui untuk wawancara. Nanti kita kabarin jika memang bapak bisa diwawancarai," kata  Humas Rutan Salemba, Nandar, Senin (13/07/20), seperti yang dilansir Medcom.id

Sementara Menkumham Yasonna Laoly menanggapi hal ini mengambang tak secara tegas membantah kondisi Rutan Salemba seperti yang dicuitkan Surya.

"Itu kan belum tahu bener atau tidak, saya sudah perintahkan untuk diperiksa " kata Yasonna saat ditemui di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (13/07/20). 

Saya pikir cuitan Surya Anta terkait kondisi Rutan Salemba di Jakarta Pusat itu, merupakan gambaran kondisi Lapas di seluruh wilayah Indonesia.

Kondisi ini sepertinya sangat sulit dibenahi, harus ada tekad kuat dari Pemerintah untuk mengubah kebobrokan yang terjadi di penjara-penjara Indonesia.

Jangan biarkan penjara menjadi seperti negara dalam negara, sehingga orang bisa berbuat apa saja. Hanya hukim rimba saja yang berlaku, siapa kuat dia yang jadi raja, kuat secara fisik, terutama kuat secara finansial

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun