Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Apakah Tatanan Kenormalan Baru Bisa Menjadi "Bridge Over Troubled Water" Bagi Ekonomi Indonesia?

1 Juni 2020   16:24 Diperbarui: 1 Juni 2020   16:28 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Judul dan tulisan ini terinspirasi dari sebuah lagu legendaris yang kini telah berusia 50 tahun, yang diciptakan dan dinyanyikan oleh duo Simon and Garfunkel.

Bridge Over Troubled Waters itu judulnya, liriknya luar biasa indah penuh makna, dengan melodi yang sangat manis.

Jika kita maknai lirik lagunya, lagu ini tentang sebuah persahabatan. Sahabat yang selalu ada, siap menghibur dan membantu melewati masa sulit yang dialami temannya.

When you're weary, feeling small
When tears are in your eyes, I will dry them all, all
I'm on your side, oh, when times get rough
And friends just can't be found
Like a bridge over troubled water
I will lay me down
Like a bridge over troubled water
I will lay me down.

Namun bila dikorelasikan dengan situasi terkini terkait kehidupan ditengah pandemi Covid-19. Bridge over troubled water, bisa memiliki makna sebuah tindakan yang dilakukan oleh sebuah kelompok atau individu dalam meminimalisir efek buruk penanganan Covid-19 yang meluluhlantakan kehidupan manusia di bumi ini.

"Bridge" yang dimaksud dalam lagu tersebut bisa dipersonifikasikan pada sebuah tindakan individu atau kebijakan dari sebuah negara yang bertujuan untuk memfasilitasi kelompok masyarakat agar mampu melewati "Troubled  Water" berupa pandemi yang disebabkan oleh virus corona yang kini tengah mencengkram dunia, termasuk Indonesia.

Seperti kita ketahui dan rasakan bersama  efek penanganan pandemi ini teramat sangat dahsyat , bukan hanya dari sisi kesehatan, tetapi juga dari aspek sosial dan terutama ekonomi, yang bisa saja kemudian merembet pada masalah keamanan serta ujungnya masalah politik.

Ini nantinya menjadi sebuah circle, jika kita mencoba menangani virus dengan cara menutup mata terhadap aspek-aspek yang lain akan berujung pada ketidakmampuan kita menangani virus itu.

Hal ini bisa terjadi karena antivirus yang bisa membuat masyarakat terbebas dari Covid-19 secara pasti, belum akan ditemukan dalam hitungan hari, menurut Organisasi kesehatan dunia WHO, butuh waktu paling cepat 9 bulan hingga 3 tahun anti virus itu ditemukan untuk kemudian dipergunakan.

Tak mungkin juga kita terus berdiam diri dirumah sesuai dengan protokol penanganan pandemi seperti yang kita lakukan 2 bulan terakhir ini.

Roda ekonomi dan interaksi sosial tak bisa menunggu selama itu, hidup harus terus berlanjut. Kita tak memiliki kemewahan untuk mem-pause jalannya kehidupan seperti alat pemutar film.

Lantas apa yang harus dilakukan, hidup tetap berjalan namun penularan virus tersebut bisa dihentikan atau paling tidak diperlambat agar sistem kesehatan bisa berfungsi seperti biasa, dan pasien terpapar bisa ditangani dengan baik, hingga anti virus ditemukan.

Untuk menjembataninya, pemerintah berbagai negara melonggarkan aturan lockdown atau di Indonesia memberlakukan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), dengan menggunakan istilah "The New Normal".

Tatanan kenormalan baru, hidup berjalan dengan kenormalan yang dibatasi protokol kesehatan pencegahan  penularan Covid-19.

Kondisi ini bisa memungkinkan kehidupan ekonomi dan sosial berjalan kembali, artinya kesulitan ekonomi yang kini sedang terjadi akan segera bisa diatasi.

Walaupun untuk mengukur secara pasti pengaruh tatanan kenormalan baru dalam mengungkit perekonomian masyarakat butuh penelitian lebih mendalam, namun lewat hitung-hitumgan sederhana, kembalinya mobilitas masyarakat sudah dapat dipastikan akan mampu mendorong roda ekonomi bergulir kembali, sehingga kehidupan akan kembali menggeliat.

Apakah dengan demikian Tatanan Kenormalan Baru ini bisa menjadi sebuah kebijakan yang memenuhi kriteria "Bridge Over Troubled Water"?

Jawabannya bisa iya, bisa tidak. Untuk membangun sebuah jembatan yang kokoh dan mampu menahan beban yang melewatinya butuh baja yang kuat.

Baja yang kuat itu dalam konteks Tatanan Kenormalan baru menurut saya adalah sikap disiplin dan bijak dari seluruh masyarakat dalam menjalankan tatanan kenormalan baru, agar kebijakan ini berhasil dengan baik.

Mampukah kita semua untuk melakukan dua hal tersebut?.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun