Mohon tunggu...
Heru Subagia
Heru Subagia Mohon Tunggu... Relawan - Aktivis Kegiatan UMKM ,Relawan Sosial dan Politik

Menulis adalah media ekspresi tampa batas,eksplorasi dan eksploitasi imajiner yang membahagiakan . Menulis harus tetap bertangung jawap secara individu dan di muka umum. . Hobi menulis disela -sela kesibukan menjaga toko ,mengurus bisnis ,berkegiatan di umkm dan politik dan bisnis. Lingkungan hidup juga menjadi topik utana bagi penulis untuk advokasi publik berkaitan isu isu penyelamatan dan pelestarian alam . Mari kita gemar menulis , mendobrok tradisi ,menambah literasi dan menggugat zona nyaman berbagai kehidupan .

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Lebaran 2024 Menjadi Petunjuk Terburuk Wajah Ekonomi Indonesia

5 April 2024   21:07 Diperbarui: 5 April 2024   21:15 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Banyak Ruko Disewakan , aktivitas ekonomi sepi. Dokumen pribadi 

"Lebaran 2024 Gambaran Utama Bobroknya Ekonomi Indonesia". Tema ini menurut penulis sangat cocok menggambar bencana ekonomi yang cukup ekstrim dan bisa dikatakan sebagai bagian paradoks ekonomi nasional. Kami menyebutkan jika  Indonesia sedang terjadi bencana ekonomi yang cukup dalam disaat puncak transaksi ekonomi nasional berada di zona pesta. 

Mengapa dikatakan pesta ? Lebaran menjadi icons pergerakan sosial dan juga ekomoni menyeluruh masyarakat Indonesia. Harusnya zona lebaran manjadi pesta bagi pelaku bisnis dan juga masyarakat. Bagi pelaku bisnis , lebaran dianggap sebagai momen paling ditunggu dan dianggap sebagai bagian kalender ekonomi yang menjanjikan "Cuan"Atua keuntungan . Demikian juga bagi masyarakat, lebaran dijadikan pesta belanja kebutuhan rumah tangga . Masyarakat di golongan pekerja formal atau informal akan menerima benefit tambahan berubah tambahan gaji yang disebutkan sebagai Tunjangan Hari Raya (THR).

 Namun demikian, menurut pandangan penulis jika apa yang disebutkan sebagai pesta bagi perusahaan atau masyarakat justru menjadi ladang pesta keprihatinan secara menyeluruh. Prosesi ini menjadi keprihatinan dan juga warning bagi pemegang kebijakan dan juga kendali menyeluruh aspek ekosistem ekonomi nasional.

Rumor mengerikan di sektor bisnis dan ekonomi tahun 2024 pada akhirnya membuat ambyaar harapan kemakmuran yang akan dicapai bangsa Indonesia. Harapan pertumbuhan ekonomi diangka 4-5 persen sepertinya hanya isapan jempol.

Pengantar awal ekonomi suram dimulai dari sisi gelap lebaran 2024. Lebaran yang dianggap sebagai titik puncak konsumsi masyarakat tetapi justru menjadi bagian puncak gunung es ketidakmampuan daya beli masyarakat untuk semua golongan . Padahal, perhitungan ekonomi mikro mengatakan jika konsumsi belanja masyarakat menjadi penyumbang terbesar GDP terbesar sekitar 53 persen . Pemicu utama pertumbuhan ekonomi nasional adalah konsumsi dalam negeri .

Dalam skala koorporasi terjadinya banyak isu mendebarkan. Isu santer dari berbagai sumber didapati jika banyak perusahaan cepat -cepat melakukan tindakan sepihak yakni melakukan pemutusan hubungan ( PHK) salah satu alasan kuat diduga karena pihak perusahaan sudah tidak mampu pembayaran THR ( Tunjangan Hari Raya ).

Bagiamana mungkin kejadian pilu tesebut terjadi ? Bisa saja dan akan menjadi tragedi bola salju yang terus menggulung menjadikan titik kritis para pelaku ekonomi semakin sekarat . Bukan hanya berkutik pada persoalan ketidakmampuan pembayaran THR, tetapi telah terjadi ketidakberdayaan membayar gaji bulanan . Bagiamana mungkin sekelas PT Dirgantara Indonesia Karyawan melakukan demo menuntut gaji yang sudah telat dan juga pembayaran segera THR bagi mereka .

Optimisme ekonomi 2024  tumbuh signifikan harus   terjun bebas ke jurang indikasi terjadinya resesi ekonomi . Dikutip dari berbagai sumber jika data penjualan mobil teranyar menunjukkan pada Bulan Maret 2024 terjadi penurunan tajam total penjualan mobil nasional sebesar 26,6 persen. Kejatuhan daya beli golongan menengah ke atas ini dipicu oleh banyak hal .

Masih banyak indikasi ekonomi yang bikin merinding dan akhirnya semua pihak menjadi panik luar biasa. Rejim saat ini harus menanggung beban hutan yang sangat jumbo kisaran Rp 8100 Triliun dan setiap tahunnya harus menghabiskan hampir seperempat APBN dihabiskan membuat pokok dan bunga hutang negara.

Kekuatiran semakin menjadi -jadi ketika Bank Sentral Indonesia (BI) telah melakukan intervensi pasar keuangan dikarenakan terjadinya penurunan rupiah terhadap dolar . Menurut informasi,BI telah mengucurkan dana sekitar $3 Milyar  untuk menahan dan menjaga Rupiah tidak semakin oleng dan terperosok mendalam. Angka rupiah pada saat ini terhadap dolar kisaran nilai moderat pada level Rp 16.000.

Rupanya banyak pihak saat ini masih percaya tangan besi dari Menkeu Sri Mulyani dalam mengelola kebijakan fiskal dan moneter hingga akhir Oktober 2024 nanti. Hanya saja kabar santer jika Prabowo Subianto sebagai pemenang Pilpres 2024 tidak merujuk kembali Sri Mulyani menjadi bagian tim kabinet kerja baru.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun