Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Kala Dewas TVRI Memahami Jati Diri Bangsa Secara Sempit atau Pura-pura Paham

24 Januari 2020   08:14 Diperbarui: 24 Januari 2020   10:06 584
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisruh di TVRI yang memang kerap terjadi, kali ini Keributan terjadi karena Dewan Pengawas TVRI yang dterdiri dari 5 orang itu,  memberhentikan Direktur Utama yang mereka pilih, Helmy Yahya.

Padahal di bawah pengelolaan Helmy TVRI terbilang moncer, indikator yang kasat mata dimaknai masyarakat sih, ya dari kontennya yang sekarang menjadi layak tonton.

Liga Inggris yang selama ini hanya bisa dinikmati oleh pelanggan TV Kabel, kali ini bisa dinikmati oleh masyarakat di berbagai daerah remote area dengan tampilan gambar yang jernih.

Olahraga kebanggaan Indonesia yang masih menyisakan prestasi menggembirakan, badminton pun, nyaris seluruh Turnamen BWF kelas Super 300 hingga 1000 ditayangkan oleh TVRI, yang menasbihkan dirinya sebagai "Rumah Bulutangkis"

Discovery Channel (DC) tayangan edukatif yang penuh pengetahuan pun menjadi sajian menarik setiap orang yang memiliki perangkat televisi. 

Padahal DC selama ini hanya milik pelanggan TV berlangganan saja, sekarang semuanya bisa menonton.

Di luar konten program siaran, tata kelola keuangan TVRI sebelum Helmy masuk boleh dikatakan sangat buruk, 3 tahun berturut Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) memberi Predikat Disclaimer, ranking yang sangat rendah untuk hasil audit keuangan sebuah institusi.

Setelah Helmy masuk,  hasil audit BPK menyematkan Predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) terhadapan tata kelola keuangan TVRI, tang artinya sangat baik.

Lantas kenapa Helmy Yahya kok sampai diberhentikan dengan kondisi TVRI dibawah kepemimpinannya sedang naik daun?

Nah untuk mengetahui secara jelas, Selasa  21 Januari 2020 lalu, Komisi I DPR-RI yang membidangi urusan Komunikasi dan Informatika mengundang Dewas TVRI untuk Rapat Dengar Pendapat.

Dewas TVRI datang dengan komposisi lengkap, Arief Hidayat Thamrin Ketua, didampingi 4 anggotanya, Supra Wimbarti, Maryuni Kabul Budiono, Made Ayu Dwie  Mahenny, dan Pamungkas Trishadiatmoko.

Di cecar berbagai pertanyaan terkait keputusan memberhentikan Helmy, Dewas pada intinya menyatakan bahwa konten program siaran TVRI yang diusung Helmy tak menunjukan "Jati Diri Bangsa".

"Realisasinya sekarang kita nonton Liga Inggris mungkin banyak yang suka. Discovery Channel kita nonton buaya di Afrika, padahal buaya di Indonesia barang kali akan lebih baik," ujar Arief di DPR Senayan, seperti yang dilansir Kompas.com.

Akurat.co
Akurat.co
Hal ini menurut Arief bertentangan dengan Tupoksi TVRI  sebagai sebuah TV publik. Jati diri bangsa harus menjadi prioritas utama dalam mendasari setiap siaran TVRI.

Wow juga sih mendengar ucapan Dewas yang mantan pegawai Metro TV ini. Siaran yang mengusung jati diri bangsa itu macam mana?

Jati diri bangsa itu apa sih? Jati diri bangsa Indonesia terefleksikan dalam 5 sila dalam dasar negara kita, Indonesia.

Laku kata dan laku tindak  arah dan pedoman jati diri bangsa Indonesia ya Pancasila itu. Lantas apa yang di sebut Arief siaran yang berjati diri bangsa tersebut?

Jika mengacu pada ucapannya  yang menganalogikan "Buaya Afrika"  dan "Buaya Indonesia" ya lucu sih, itu namanya nasionalisme sempit seperti jaman diktator.

Buaya secara struktur diseluruh dunia ya sama saja, agresifitasnya, anatominya dan cara mereka hidup. 

Mungkin karena alamnya sedikit berbeda ada sifat-sifat yang sedikit berbeda antara Buaya Afrika dan Indonesia. Yang berbeda mungkin buaya darat, hehehe.

Artinya science atau iptek itu tak mengenal suku bangsa, agama, dan batas wilayah. Dimana-mana 10 x1 10 itu ya 100.

Sempit sekali cara berpikir Dewas beserta antek-antek nya tersebut mengartikan Jati diri bangsa sebagai segala sesuatu harus berasal dari Indonesia, oleh orang Indonesia, dan untuk orang Indonesia.

We are part of global people... Rief. Segala kebaikan dari dunia manapun sampai ke Indonesia juga ya kebaikan.

Kalian pikir acara-acara TV di indonesia sudah menunjukan jati diri bangsa?  Azab the series? Jika mengacu TVRI sebagai TV PUBLIK dengan membandingkan dengan TV publik milik negara lain seperti BBC Inggris, NHK Jepang atau KBS Korea Selatan.

Konten mereka menarik, dan mereka bisa menjaga kualitas programnya secara konsisiten sejak jaman baheula, enggak ribut melulu kaya TVRI.

Jika memang Dewas ini punya intepretasi sendiri terkait  program siaran jati diri bangsa, coba tuangkan dalam aturan internal TVRI,  kan kalian punya kewenangan untuk itu.

Memahami jati diri bangsa saja gagap, apalagi menuangkannya dalam program, mungkin ke depan kewenangan Dewas ini perlu dipangkas.

Undang-Undang nomor 13 tahun 2005 harus direvisi khususnya pasal 7 yang mengatur tugas dan kewenangan Dewas, supaya TVRI tak ribut melulu.

Sumber.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun