Allah tidak selalu memanggil orang-orang hebat untuk melayani-Nya. Justru seringkali Allah memakai orang yang biasa-biasa saja untuk menjadi orang-orang yang luar biasa. Orang yang punya banyak talenta tidak mutlak menjadi jaminan bahwa orang tersebut akan dipakai Allah karena Allah bekerja melampaui pikiran kita.
Rasul Paulus berkata kepada jemaat di Korintus (1 Kor. 1:26-29),
"Saudara-saudara, ingatlah bagaimana keadaan kamu ketika kamu dipanggil: Menurut ukuran manusia tidak banyak orang yang bijak, tidak banyak orang yang berpengaruh, tidak banyak orang yang terpandang.
Tetapi, apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk mempermalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk mempermalukan apa yang kuat.
Apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, supaya jangan ada seorang manusia pun yang memegahkan diri di hadapan Allah."
Kalau kita dipanggil untuk melayani Allah, itu semua adalah karena anugerah-Nya saja, maka kita tidak boleh memegahkan diri. Dan seorang pelayan yang menyadari bahwa hanya oleh kemurahan dan anugerah Allah saja dia dapat melayani, akan melayani dengan prinsip sebagai berikut:
1. Setia kepada perkara-perkara yang kecil,
Tuhan menentukan hukum bahwa "hal-hal besar bermula dari hal-hal kecil" untuk berlaku secara universal di bawah kolong langit ini. Semua pohon besar  hanyalah sebuah tunas kecil pada awalnya. Anak-anak yang dilahirkan tidak langsung menjadi dewasa, mereka memulai kehidupannya sebagai bayi-bayi kecil yang tidak berdaya. Asal dirawat, diberi makan diurus dengan baik, ia akan bertumbuh menjadi besar dan dewasa. Perusahaan-perusahaan besar seperti google dulu dimulai dari sebuah garasi rumah, lalu menjadi perusahaan raksasa. Banyak contoh hamba Tuhan besar mengawali pelayanannya dari segelintir orang. Sebelum Tuhan Yesus menjangkau ribuan orang, pelayanannya dimulai dengan menjangkau beberapa orang saja.
Alkitab berkata, "Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar" (Lukas 16:10).
Banyak orang tidak tertarik untuk melakukan hal-hal yang tampaknya kecil. Padahal tanggung jawab-tanggung jawab yang tampaknya kecil seringkali dipakai Allah untuk mempersiapkan kita menerima tanggung jawab yang besar di kemudian hari. Karena itu, jangan abaikan tanggung jawab-tanggung jawab yang tampaknya kecil. Lakukan dengan segenap hati, dengan setia seperti untuk Tuhan sendiri. Tuhan tidak buta, Ia melihat kesetiaan kita, walaupun tidak ada orang  yang melihat kita. Bila Tuhan menganggap kita setia dalam perkara kecil, maka Ia akan memberi kepercayaan dalam tanggung jawab yang lebih besar kepada kita kita.
2. Tidak mencuri kemuliaan Allah.
Banyak orang rendah hati dan sungguh-sungguh mencari Tuhan pada waktu susah, sedang menderita dan ketika pelayanan mereka masih kecil. Tetapi ketika kelimpahan datang dan pelayanan menjadi besar, mereka kemudian melupakan Tuhan dan menganggap bahwa pelayanan tersebut berhasil karena kehebatan mereka.
Orang-orang yang menjadi sombong setelah berhasil seperti monyet yang berpegang erat pada dahan pohon pada saat angin kencang datang, tetapi tertidur dan melepaskan pegangannya pada saat angin sepoi-sepoi datang sehingga mereka jatuh.
Kesombongan adalah awal dari kehancuran. Allah ingin kita memiliki kerendahan hati. Tuhan Yesus sendiri telah memberi teladan kerendahan hati kepada kita. Ia rela mengosongkan diri-Nya, mengambil rupa seorang hamba dan menganggap bahwa kesetaraan dengan Allah itu bukan milik yang harus dipertahankan. Tuhan Yesus yang adalah guru dan Tuhan telah rela membungkuk dan membasuh kaki murid-murid-Nya. Â Itulah sebabnya, Ia sangat ditinggikan (Flp. 2:1-11).
3. Tidak melawan hamba Tuhan yang telah diurapi.
Banyak orang melawan dan memberontak kepada gembala mereka ketika pelayanan mulai berkembang. Orang-orang seperti itu tidak sadar bahwa ia bisa berkembang karena gembala telah memberi kesempatan kepada mereka untuk terlibat dalam pelayanan dan memberi kepercayaan kepada mereka. Mereka tidak sabar menunggu waktu Tuhan untuk mengangkat mereka. Mereka cepat-cepat memulai pelayanannya dengan menghasut beberapa jemaat dan pengerja lain untuk mengikuti mereka.
Setelah Daud diurapi menjadi raja dia tidak melawan Raja Saul. Dia beroleh kesempatan dua kali untuk membunuh Saul tapi dia tidak melakukannya. Dia menunggu waktu Tuhan untuk mengangkatnya. Akhirnya, Daud menjadi raja yang diberkati Tuhan. Allah menginginkan kita diberkati luar biasa di dalam pelayanan, tetapi kita harus menunggu waktu Tuhan sendiri untuk mengangkat kita. Â
Orang-orang yang mengangkat tangannya menentang pemimpin mereka, pada akhirnya akan hancur. Tidak ada pemberontakan yang diberkati oleh Tuhan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI