Diet rendah protein menjadi salah satu pilihan pola makan yang dianjurkan bagi individu dengan masalah fungsi ginjal atau kondisi medis tertentu. Pola makan ini bertujuan untuk mengurangi beban kerja ginjal sekaligus tetap memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh. Namun, apakah diet rendah protein cocok untuk semua orang? Bagaimana cara menjalankannya dengan benar? Artikel ini diberikan kepada penderita penurun fungsi ginjal yang menahun (Penyakit Ginjal Kronik/Menahun) dan akan membahas manfaat, prinsip, serta tips praktis dalam menerapkan diet rendah protein agar tetap sehat dan bertenaga.
Diet Rendah Lemak dan Kolesterol !
Manfaat
1. Mengurangi Beban Kerja Ginjal
Diet rendah protein membantu mengurangi produksi limbah nitrogen yang harus disaring oleh ginjal, sehingga memperlambat penurunan fungsi ginjal pada penderita penyakit ginjal kronis.
2. Menjaga Keseimbangan Nutrisi dalam Tubuh
Dengan asupan protein yang lebih terkontrol, tubuh tetap mendapatkan nutrisi yang cukup tanpa membebani organ yang bermasalah.
3. Mencegah Akumulasi Zat Beracun
Metabolisme protein menghasilkan zat sisa seperti urea dan kreatinin. Jika ginjal tidak berfungsi dengan baik, zat-zat ini dapat menumpuk dalam tubuh dan menyebabkan komplikasi kesehatan.
4. Mengurangi Risiko Komplikasi Penyakit Ginjal
Diet rendah protein dapat membantu mengurangi risiko komplikasi seperti asidosis metabolik, hipertensi, dan peradangan yang sering terjadi pada penderita penyakit ginjal kronis.
5. Membantu Mengontrol Kadar Fosfor dan Kalium
Banyak makanan tinggi protein juga tinggi fosfor dan kalium, yang bisa berbahaya bagi penderita gagal ginjal. Diet ini membantu menjaga keseimbangan elektrolit dalam tubuh.
6. Meningkatkan Kualitas Hidup
Dengan mengelola pola makan secara tepat, penderita penyakit ginjal bisa tetap menjalani kehidupan yang lebih sehat dan aktif tanpa mengalami gejala seperti kelelahan, mual, atau pembengkakan akibat penumpukan cairan.
Syarat Diet
- Bentuk makanan disesuaikan dengan kondisi.
- Energi 35 kkal/kg BB Ideal (BBIl.
- Protein 0.6 - 0.75 g/kg BBI, 50% protein hewani dan 50% protein nabati.
- Lemak 25 - 30 % dari energi total, diutamakan lemak tidak jenuh.
- Karbohidrat 60 - 65 dari energi total.
- Kebutuhan cairan sesuai dengan jumlah urine 24 jam + 500 ml (cairan yang keluar melalui keringat dan pernafasan)
- Kalium dibatasi jika terjadi Hioerkalemia.
- Garam dapur/ natrium dibatasi apabila mengalami edema/bengkak karena penumpukan cairan serta hipertensi.
DisarankanÂ
- Gula, selai, permen, madu untuk menambah energi (suplemen) dan agar-agar/jelly
- Semua jenis sayur-sayuran dan buah-buahan.
- Minyak jagung, minyak kacang tanah, minyak kelapa, minyak kedelai dan margarin rendah garamÂ
Dibatasi
Gambar ini dibuat menggunakan AI generatorÂ

- Sumber karbohidrat seperti nasi, jagung, kentang, macaroni atau pasta, havermut, ubi/talas.
- Sumber protein hewani seperti daging kambing, ayam, ikan, hati, keju, udang dan telurÂ
- Sumber protein nabati seperti tahu, tempe dan oncom.
- Sayuran tinggi kalium seperti peterseli, buncis, bayam, daun pepaya muda.
- Buah tinggi kalium seperti apel, alpukat, jeruk, pisang, pepaya.
- Minyak kelapa sawit, santan kental, mentega, lemak hewanÂ
- Kacang tanah, kacang tolo, kacang kedelai dan kacang hijau.
Hal-hal yang Perlu DiperhatikanÂ
- Makanan diberikan porsi kecil, padat kalori dan sering (misal 6 kali sehari)
- Pilihlah makanan sumber protein hewani dan nabati sesuai jumlah yang telah ditentukan.
- Jumlah cairan yang masuk harus seimbang dengan cairan yang keluar (urine) karena jika berlebihan akan membebani kerja ginjal
- Bila ada edema (bengkak di kaki) atau hipertensi perlu mengurangi garam dan hindari bahan makanan sumber natrium lainnya
- Sirup, madu, perman sangat baik sebagai penambah energi tetapi tidak diberikan dekat dengan waktu makan.
Referensi:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Direktorat Bina Gizi Subdit Bina Gizi Klinik, 2011
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI