Mohon tunggu...
Ferdy Wahyu
Ferdy Wahyu Mohon Tunggu... Undergraduate Airlangga University

Undergraduate Program in Radiologic Technology (D4) at Airlangga University

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Pemeriksaan Ekstremitas Bawah Pada Kasus Dengan Indikasi Klinis Fraktur Pedis

2 Juni 2025   23:45 Diperbarui: 2 Juni 2025   23:45 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Fraktur Metatarsal 5 (Sumber: lifootcare.com)

Secara klinis, pemeriksaan ekstremitas bawah, khususnya pada area pedis, mencakup observasi terhadap deformitas, perubahan warna kulit, edema, dan adanya luka terbuka. Deformitas yang nyata seringkali menunjukkan dislokasi atau fraktur multipel. Edema dan hematom di sekitar kaki dapat menjadi indikator lokasi fraktur, sedangkan perubahan warna kulit bisa menandakan gangguan vaskular akibat fraktur. Selain itu, pemeriksaan palpasi dilakukan untuk menemukan titik nyeri tekan maksimal yang menjadi panduan utama dalam menentukan area yang mengalami cedera tulang.

Penilaian derajat keparahan fraktur dapat dilakukan dengan melihat. kestabilan tulang saat digerakkan secara pasif, adanya krepitasi, serta respon nyeri. Fraktur tertutup ringan biasanya menunjukkan nyeri tekan lokal dan sedikit pembengkakan, sedangkan fraktur berat atau terbuka ditandai dengan deformitas ekstrem, luka, dan potongan tulang yang menonjol. Uji gerak aktif dan pasif dilakukan secara hati-hati untuk menilai keterbatasan gerak akibat fraktur.

Selain itu, pemeriksaan neurovaskular wajib dilakukan untuk mengevaluasi kemungkinan komplikasi seperti kerusakan saraf dan pembuluh darah di sekitar area fraktur. Pemeriksaan ini meliputi pengecekan denyut nadi dorsalis pedis dan tibialis posterior, serta pemeriksaan sensorik dan motorik jari-jari kaki. Hasil dari pemeriksaan fisik ini akan menjadi dasar penting dalam menentukan prioritas tindakan medis serta jenis pemeriksaan penunjang seperti foto radiologi untuk memastikan diagnosis dan rencana tatalaksana lebih lanjut. Dengan demikian, pemeriksaan fisik memiliki peran esensial tidak hanya dalam memperkirakan lokasi fraktur podis tetapi juga dalam menentukan derajat keparahan cedera, risiko komplikasi, serta menentukan apakah pasien memerlukan penanganan segera atau bisa ditangani konservatif

Selain pemeriksaan nyeri tekan dan deformitas, pemeriksaan fungsi sendi di sekitar lokasi cedera juga penting dilakukan. Pada fraktur pedis, sendi yang perlu diperiksa antara lain sendi talocrural (pergelangan kaki) dan sendi metatarsophalangeal (jari-jari kaki). Pemeriksaan dilakukan dengan menggerakkan sendi secara pasif maupun aktif dan mengamati adanya keterbatasan atau nyeri saat pergerakan. Jika pergerakan sendi menimbulkan nyeri hebat atau tidak mungkin. dilakukan karena deformitas, maka hal ini mengindikasikan kemungkinan fraktur atau dislokasi di arca tersebut. Pemeriksaan ini turut membantu menentukan apakah fraktur bersifat intra-artikular (mengenai sendi) atau ekstra-artikular, yang berpengaruh terhadap rencana tatalaksana.

Selanjutnya, pemeriksaan vaskularisasi ekstremitas bawah harus dilakukan secara teliti pada kasus fraktur pedis untuk menilai kelancaran aliran darah ke distal kaki. Pemeriksaan ini melihatkan palpasi denyut nadi dorsalis pedis dan tibialis posterior. Denyut nadi yang lemah atau tidak teraba dapat mengindikasikan adanya kompresi pembuluh darah akibat hematom, edema, atau potongan tulang. Selain palpasi nadi, pemeriksaan kapiler refill time (CRT) juga dilakukan dengan menekan ujung kuku jari kaki selama beberapa detik dan melepasnya, kemudian memperhatikan waktu kembalinya warna merah muda. CRT lebih dari 2 detik menunjukkan kemungkinan gangguan sirkulasi. Pemeriksaan ini penting untuk mengantisipasi komplikasi iskemia ekstremitas yang dapat terjadi pada fraktur berat.

Selain aspek vaskular, pemeriksaan status neurologis pada kaki yang mengalami cedera juga tidak boleh diabaikan. Cedera tulang dapat menyebabkan tekanan atau kerusakan langsung pada saraf di sekitarnya. Pemeriksaan neurologis mencakup penilaian sensasi raba, nyeri, dan suhu di kulit kaki serta kemampuan pergerakan jari-jari kaki. Kehilangan sensasi atau kelemahan motorik dapat menjadi indikasi adanya komplikasi neurologis. Pemeriksaan ini harus dilakukan secura sistematis, dimulai dari bagian proksimal ke distal, serta dibandingkan dengan sisi kaki yang sehat sebagai kontrol.

Keseluruhan hasil pemeriksaan fisik yang terstruktur dan sistematis ini, sangat berperan dalam menentukan prioritas penanganan pasien serta perencanaan.

pemeriksaan penunjang lanjutan seperti foto rontgen atau CT scan. Pemeriksaan radiologi tetap diperlukan untuk konfirmasi diagnosis, namun data dari pemeriksaan fisik dapat membantu mempercepat pengambilan keputusan klinis, khususnya dalam situasi darurat. Selain itu, pemeriksaan fisik dapat membantu. memprediksi kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi, seperti compartment syndrome atau gangguan neurovaskular, sehingga tatalaksana yang tepat dapat segera diberikan untuk mencegah kecacatan permanen.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun