Mohon tunggu...
Ferdinandus feriurpon
Ferdinandus feriurpon Mohon Tunggu... Mahasiswa - Menjadi pribadi yang berguna

mencari pengetahuan layaknya mencari air di padang gurun.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Melihat Konflik Internasional dan Kontribusi untuk Perdamaian

8 Maret 2022   00:20 Diperbarui: 8 Maret 2022   00:24 506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keamanan. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Pixelcreatures

                                                                    

 Menurut pandangan saya terkait pernyataan di atas, terlebih khusus pada frasa "kontribusi yang kemudian bisa ditawarkan", menurut saya bukanlah hal yang mudah untuk dilaksanakan. Apalagi kontribusi yang diberikan ini ditujukan untuk keamanan dunia. Saya rasa hal ini merupakan hal yang kompleks. jika tidak didasari oleh sumber-sumber yang kuat, maka kontribusi ini pun akan berujung sia-sia. Tentu saja, jika tidak ada konsep-konsep serta fakta yang kuat dan paradigma yang dinamis, kontribusi untuk keamanan dunia yang dimaksud akan menjadi sulit untuk dicapai. Sebuah sumbangsi untuk perdamaian dunia perlu dilakukan dengan  dasar pikiran yang terstruktur dan sistematis serta logis agar apa yang kita kontribusikan dapat relevan, dipercaya, dan juga menjadi sebuah pegangan untuk sebuah perubahan, meskipun perubahan yang terjadi tidak  terlalu signifikan.

Oleh sebab itu, perlu adanya penggunaan sudut pandang atau teori agar memperkuat argumen serta saran yang kita berikan bagi keamanan dunia. Namun sebelum itu saya ingin menjelaskan sedikit dari sudut pandang antropologi, karena sudut pandang ini juga mempunyai pengaruh yang kuat dalam menggambarkan situasi kebudayaan atau tradisi dari suatu negara. Kita ingin mempelajari hubungan bilateral maupun multilateral melalui sistem internasional pun juga perlu mengenal dan mengetahui seperti apa budaya dari suatu negara tertentu. Tujuannya agar kita dapat menjelaskan teori internasional berdasarkan basis antropologi yang kuat dan terperinci. Apalagi negara adidaya dan negara maju yang mempunyai pengaruh besar di dalam interaksi hubungan internasional. Selain itu, kita juga bisa mengetahuo apa saja minat atau hal yang disenangi masyarakat di suatu negara yang kompleks.

Antropologi Kebudayaan sebagai Langkah Menciptakan Keamanan Dunia  

Pada tahap ini saya ingin menjelaskan secara singkat kelogisan dalam hubungan antropologi dan keamanan dunia, agar nantinya pembaca tidak merasa terganggu pemahamannya tentang dunia internasional akibat kehadiran antropologi budaya.

Banyak ilmu yang mengkaji tentang manusia, masing-masing dengan sudut pandang dan analisisnya. Salah satu ilmu yang mempelajari manusia dari sudut cara berpikir dan pola perilaku adalah antropologi yang sering juga disebut antropologi sosial dan budaya (wiranata, 2002: 1). Berdasarkan kutipan ini saya ingin menjelaskan sedikit mengenai dua kata yang menurut saya penting, yaitu "mempelajari manusia". Mempelajari manusia dalam hal ini saya tidak akan mengulik banyak hal. namun, mempelajari manusia di sini saya hanya ingin menjelaskan dari sudut pandang alat komunikasi yang digunanakan manusia itu sendiri, yaitu bahasa. Bahasa merupakan sebuah alat komunikasi yang digunakan antar sesama manusia untuk dapat menjalin hubungan dengan baik tanpa adanya kesalahpahaman. Sehingga, mempelajari manusia di dunia (negara-negara), kita bisa lebih dahulu mengenal bahasa yang digunakan oleh manusia (masyarakat) di suatu negara tertentu. dengan mempelajari bahasa dari manusia lain (dalam hal ini negara lain), maka kita akan dengan mudah mempelajari kebudayaan serta aspek sosio-kultural yang ada di negara tersebut.

Iaman santoso dalam jurnalnya menjelaskan bahwa "Latar belakang yang menjadi dasar bagi pelaksanaan pembelajaran bahasa asing di berbagai tingkatan pendidikan dapat dipaparkan sebagai berikut. Pertama, sebagian besar ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang apapun ditulis dalam bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya, sehingga penguasaan bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya akan memberikan jalan bagi bangsa Indonesia untuk menyerap perkembangan ilmu pengetahuan, atau menyebarkan ilmu pengetahuan yang berkembang di Indonesia. Kedua, masyarakat modern saat ini telah menjadi masyarakat dunia yang tak lagi tersekat sekat oleh jarak ataupun waktu berkat adanya kemajuan di bidang teknologi informasi dan transportasi. Masyarakat dunia berkembang menjadi masyarakat global yang nir-batas. Penguasaan bahasa asing akan menjadi pintu agar bangsa Indonesia bisa berinteraksi dalam masyarakat global. Aspek globalisasi ini menjadi salah satu pertimbangan mengapa bahasa Inggris dan bahasa asing lainnya perlu diajarkan di sekolah" (santoso, 2014: 3).

Saya kira cukup jelas bahwa dengan mempelajari bahasa asing, maka kita juga bisa mengetahui kondisi suatu negara tertentu ketika kita berinteraksi dengan pemimpin atau utusan dari negara yang bersangkutan.  dengan begitu kita bisa tawarkan solusi untuk mendamaikan dunia dalam diskusi di tarap internasional. Dengan demikian, kita sebaga calon akademisi perlu melihat suatu keadaan atau situasi secara holistik dari berbagai sudut pandang dan mengintegrasikannya dalam suatu dasar pemikiran yang beruntun serta logis agar dapat diterimah.

Globalisasi sebagai Tanda Kemajuan Dunia

Di dalam globalisasi kita bisa berinteraksi satu dengan yang lain dari satu tempat ke tempat yang lain, baik tempat yang jauh maupun dekat. Itulah realita yang terjadi sekarang dengan kemajuan teknologi dalam era perkembangan globalisasi. globalisasi mengharuskan manusia di dunia mempelajari dan menciptakan hal-hal yang baru (berkreasi dan berinovasi).

Setiap negara berlomba-lomba menciptakan teknologi dan produksi baru yang dapat ditawarkan di pasar internasional. Kemajuan teknologi mempermudah setiap negara menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan berat. Persaingan pun semakin kuat, terutama negara-negara besar memproduksi dan menawarkan produksinya dengan kualitas terbaik. Hal ini dianggap ancaman bagi negara lain  yang menjadi saingannya. Globalisasi juga tidak hanya terjadi di negara-negara besar saja, melainkan negara kecil yang baru berkembang pun menjadi objek perkembangan globalisasi yang tidak dapat luput. Bahkan, globalisasi terus menjalar hingga pelosok-pelosok negeri di setiap negara kareka hal ini tidak bisa dihindarkan dan sudah seperti takdir dari setiap negara untuk menerima globalisasi tersebut tanpa terkecuali.

Dinamika Sosio-Kultural Negara-Negara sebagai Kajian Internasional

Perubahan sosial yang disebabkan oleh perkembangan teknologi di era globalisasi membawa masyarakat pada tatanan kehidupan yang lebih kompleks. Karena terjadinya perubahan sosial masyarakat di dunia, maka dunia internasional mencoba mengkaji perubahan tersebut dari berbagai macam sudut pandang. Kajian tersebut bisa di lakukan dari sudut pandang ekonomi, pertahanan, aktor negara dan aktor non-negara, hingga pada kaitan antara manusia dan lingkungan menjadi issu penting untuk dibahas.

Dalam kesempatan ini, mahasiswa sebagai calon akademisi juga dituntut untuk melakukan kajian terhadapa pentinya siklus kehidupan yang dinamis dalam kehidupan masyarakat. Saya sendiri sebagai calon akademisi melihat siklus kehidupan masyarakat dalam  konteks bernegara dan kaitannya dengan environment (lingkungan sebagai tempat mahkluk hidup jalani) sebagai suatu issu yang dinamis dan berkelanjutan. sehingga kajian kita sebagai calon akademisi harus faktual, berbasis data, serta memiliki independensi terhadap issu yang kita kaji. Saya kira dalam konteks ini (sosio-kultural dunia) perlu adanya pendekatan yang holistik dan integratif, karena tidak cukup jika kita membahas sesuatu yang kompleks hanya dari beberapa sudut pandang, dan juga karena akan cenderung kakuh dan tidak akan ada progress, seperti mencari solusi apa yang harus langsung berkenaan yang sosio-cultural yang ada di negara tersebut agar problematika yang ditemukan, bisa dituntaskan hingga akar-akarnya. 

 

Melihat Perang Ukraina-Rusia dari Sudut Pandang Realisme dan Liberalisme

Dea davina dalam artikelnya menjelaskan bahwa Presiden Rusia, Vladimir Putin, menggerakkan pasukan ke wilayah timur Ukraina. Gerakan pasukan diumumkan Putin pada pukul 06.00 waktu Moskow, atau 10.00 WIB. Pidato pergerakan pasukan secara khusus, ke wilayah timur Ukraina, disiarkan di stasiun televisi. Putin menyebutnya sebagai operasi militer khusus. Putin menyatakan pergerakan pasukan ke wilayah timur Ukraina untuk membebaskan warga yang tertindas oleh pemerintah Ukraina. Rusia tak berniat untuk menduduki Ukraina, kata Putin. Diplomasi diharapkan masih menjadi jalan keluar dalam konflik Rusia dan Ukraina. Namun langkah Rusia yang secara resmi mengakui kemerdekaan Donetsk, dan Luhansk, yang menjadi wilayah separatis pro Rusia, di Ukraina Timur, membuat Uni Eropa dan Amerika Serikat memberikan sanksi terhadap Rusia (davina, kompasTV.com).

Sebagai seorang calon akademisi, saya akan sedikit menjelaskan situasi ini berdasarkan dua perspektif internasional, yaitu realisme dan liberalisme. Pertama, jika kita melihat konflik antara ukraina dan rusia dari perspektif realisme, maka kita bisa mengetahui bahwa kedua negara berusaha meningkatkan security terhadap negaranya masing-masing,  karena konflik ini sudah berubah menjadi perang. Dari rusia, vladimir putin (presiden rusia) mengutus pasukan khusus untuk menginvasi donetsk dan luhansk dengan tujuan untuk menyelamatkan masyarakat di sana dari kebrutalan presiden ukraina yang melakukan genosida. Namun dari sisi ukraina, Volodymyr Zelensky (presiden ukraina) menanggapi keputusan presiden rusia yang untuk melakukan invasi militer di wilayah timur ukraina sebagai suatu ancaman penyerangan, sehingga tanggapan kedua negara pun bermanifestasi pada terjadinya saling serang-menyerang. Selain itu di wilayah  dentsk dan luhansk terdapat beberapa kelompok yang pro terhadap rusia yang mana ditanggapi oleh presiden uraina sebagai suatu pemberontakan (separatisme).

Menghadapi situasi ini, aktor negara dari kedua negara (dalam hal ini pemerintah) mempunyai tanggung jawab penuh, sehingga tanggapan dari masing-masing negara adalah kedua negara berusaha meningkatkan hard power (alat perang, militer, dan strategi serta pertahanan) untuk melindungi masyarakatnya dari ancaman penyerangan oleh negara satu terhadap negara lain. Situasi ini sangat berbahaya karena berpotensi menimbulkan perang dunia ke-3, sebab negara yang berseteru merupakan bukan negara kecil dan juga karena ideologi dari kedua negara yang sangat kontradiktif satu dengan yang lain membuat kondisi semakin memanas.

Kedua, jika kita melihat situasi ini dari sudut pandang liberalisme, maka sejauh ini belum ada progres dari masing-masing negara yang berseteru untuk melakukan diplomasi serta dialog. Komitmen dan independensi dari masing-masing negara (dalam konteks ini kepala negara) menghilangkan celah atau titik temu untuk melakukan dialog antar negara. Namun, di sisi lain negara-negara lain yang sering melakukan kerjasama (cooperation) seperti amerika serikat memihak ukraina, tetapi hanya sebatas argumentasi belum sampai pada pemasokan alat perang untuk ukraina. Begitu juga cina yang mendorong agar kedua negara dapat menyelesaikan konflik ini secara damai lewat dialog di tingkat internasional.

Akibat konflik ini, kerjasama antar rusia dan ukraina pun memudar, walaupun kedua negara berada pada satu daratan tetapi tetap saja perbedaan persepsi (ideologi), komitmen, dan  independensi, serta tekad yang tidak dapat dibendung sehingga perang pun menjadi jalan utama. Namun, harapannya agar kelak kedua negara dapat menyelesaikan peperangan yang bisa memakan banya korban jiwa terutama masyarakat sipil.

Solusi yang Dapat Ditawarkan sebagai Seorang Calon Akademisi

Dari saya sebagai seorang calon akademisi, saya melihat situasi ini dari sudut pandang kemanusiaan (human right). Mulai dari perang dunia kesatu sampai perang dunia kedua hingga perang dingin, yang paling banyak menjadi korban perang adalah masyarakat sipil. Cara kepemimpinan dari masing-masing kepala negara yang egois dan ambisi, mengakibatkan banyak harta dan nyata yang melayang sia-sia. Banyak juga tentara yang meninggal, tetapi itulah tugas mereka, yaitu mempertahankan kedaulatan negara masing-masing dengan mempertaruhkan nyawa mereka sendiri. Dalam humanitarian of law (hukum kemanusiaan), yang hanya diperbolehkan dalam berperang adalah bagi tentara dengan keadaan baik, sehat secara fisik dan psikis. dalam peperangan jika yang dibunuh adalah tentara yang cacat, sakit, atau pun tahanan perang, maka tindakan tersebut dianggap sebagai kejahatan perang.

Untuk situasi sekarang, konflik yang terjadi antara ukraina dan rusia, sangat wajib sekali menurut saya untuk selalu tunduk terhadap hukum kemanusiaan tersebut sehingga tidak ada masyarakat yang menjadi korban. Kebangkrutan perekonomian suatu negara bisa diatasi, infrastruktur yang rusak dan hancur bisa dibangun kembali, tetapi manusia yang meningga tidak dapat dihidupkan kembali. Oleh sebab itu, selalu mengutamakan masyarakat sipil yang menjadi SDM dari masing-masing negara.

Referensi :

Wiranata, I Gede. 2002. Antropologi Budaya. Bandung : Citra Aditya Bakti.

Santoso, Iman. Pembelajaran Bahasa Asing Di Indonesia: Antara Globalisasi Dan Hegemoni. Jurnal Bahasa & Sastra, Vol. 14, No.1, April 2014. Di Akses Pada 25 Februari 2022.

Davina, D. (22 C.E., February). Menarik Akar Masalah Konflik Rusia Dan Ukraina, Bisa Jadi Pemicu Perang Dunia Ketiga (Kompas, Ed.) Kompastv; Kompastv. Tersedia Di https://www.kompas.tv/article/264697/menarik-akar-masalah-konflik-rusia-dan-ukraina-bisa-jadi-pemicu-perang-dunia-ketiga. Diakses Pada 25 Februari 2022.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun