Mohon tunggu...
Ferdi Indrawan
Ferdi Indrawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hello

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ketika Aku dan Kamu Menjadi Kita Karena Corona

27 Maret 2020   10:21 Diperbarui: 27 Maret 2020   11:57 1682
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Oleh Ferdi Indrawan.

Ketika mendengar atau melihat jargon "ketika aku dan kamu menjadi kita" maka yang terlintas dipikiran kita adalah cinta dan bersatu. Menyatu nya dua insan merupakan salah satu hasil yang penuh perjuangan, melalui berbagai macam rintangan dan jurang terjal yang dapat membuat kita tergelincir sewaktu-waktu, namun semua itu dapat dilalui jika kita dapat menghargai keberagaman dan menjunjung tinggi kemaslahatan bersama daripada ego semata.

Berbicara keberagaman membuat kita semakin cinta dan bangga akan negeri yang saat ini kita diami, Indonesia. Sebuah negara yang berisikan berbagai macam suku bangsa dan agama yang sangat rukun dan penuh toleransi. Mengenai masalah keberagaman, Indonesia pernah melalui masa-masa sulit dikala terjadi gesekan didalam keberagaman tersebut. Masih terekam dengan jelas di memori kita mengenai berbagai kerusuhan antar etnis dan agama, salah satunya seperti peristiwa Ambon pada tahun 1999.

BBC Indonesia melalui akun Youtube miliknya meng-upload sebuah video dokumentasi mengenai dua orang pemuda yang pada masa itu menjadi pejuang dari konflik antar umat beragama pada peristiwa Ambon. Dokumenter ini mengisahkan pengalaman dua orang tersebut ketika konflik terjadi, dua orang tersebut ialah Ronald Regang dan Iskandar Slameth.

Mereka menceritakan betapa kelamnya masa kecil mereka pada masa itu karena telah terbiasa melihat mayat dan darah, bahkan melihat teman dan keluarga mereka terbunuh didepan mata, sebuah pemandangan yang sangat mempengaruhi mereka untuk membalas balik apa yang sudah "lawan" mereka karena pilihannya hanya ada dua, membunuh atau dibunuh. Mereka tak segan untuk membunuh mereka yang berseberangan pada saat itu, karena konflik inilah mereka akhirnya mengalami trauma dan merasa selalu didatangi oleh orang yang mereka bunuh lewat mimpi.

Konflik inipun akhirnya berhasil dikendalikan melalu sebuah perjanjian yaitu perjanjian Malino yang berisikan perdamaian. Namun mereka masih belum bisa move on atau melupakan kejadian yang mereka alami setelah berbagai macam kejadian terjadi kepada mereka, dendam pun masih bersemayam pada diri mereka. Hingga pada tahun 2006 lewat sebuah acara perdamaian Young Ambassador For Peace mereka dipertemukan kembali, merasa masih adanya dendam yang tersimpan pada diri mereka Ronald dan Iskandar hampir saling bunuh membunuh yang untungnya dapat dipisahkan oleh panitia.

Tidak sebentar pada pertemuan itu untuk membuat mereka dapat memaafkan dan memahami satu sama lain, tepatnya memakan waktu sekitar satu minggu. Mereka disana saling menulis dendam mereka pada sebuah kertas yang selanjutnya mereka bakar sebagai luapan emosional yang selama ini mereka tahan dan merekapun saling memberikan penjelasan kenapa mereka begitu dendam dengan sudut pandang dari kelompok mereka pada saat itu.

Mereka akhirnya saling maaf memaafkan dan menjadi sahabat yang sangat dekat hingga sekarang. Keadaan setelah perjanjian membuat Ambon semakin berbenah dan membangun kembali nilai-nilai sosial masyarakat yang telah retak, sejarah kelam inilah yang semestinya menjadi pelajaran bagi kita untuk senantiasa bersatu dan maju bersama untuk mencapai tujuan yang lebih baik.

Belum lama ini masyarakat dunia dihebohkan dengan kemunculan virus baru yang sangat cepat penularannya yaitu virus Corona atau covid-19 yang konon katanya berasal dari suatu pasar hewan di Wuhan, Republik Rakyat Tiongkok. Karena tingkat penyebarannya yang sangat tinggi, virus Corona ini sudah menyebar hampir ke seluruh pelosok dunia, masyarakat dunia pun dibuat panik dan kewalahan dalam menghadapinya.

Data yang didapat dari situs John Hopkins University per 26 Maret 2020, virus Corona sudah menjangkiti sekitar 480 ribu orang dari 175 Negara dan menewaskan sekitar 20 ribu orang, syukurnya terdapat 117 ribu orang yang telah sembuh dari covid-19 ini.

Virus yang penyebarannya melalui media droplet dan menyerang paru-paru ini tidak pandang bulu dalam menginfeksi korbannya, berbagai lapisan masyarakat dan status sosial satu persatu dijangkiti oleh virus ini tanpa peduli kaya atau miskin, muda atau tua, masyarakat biasa atau pejabat, agama islam atau agama Kristen.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun