Mohon tunggu...
𝔽𝕖𝕟𝕕𝕣𝕒 ℝ𝕖𝕤𝕥𝕪𝕒𝕨𝕒𝕟
𝔽𝕖𝕟𝕕𝕣𝕒 ℝ𝕖𝕤𝕥𝕪𝕒𝕨𝕒𝕟 Mohon Tunggu... Guru - Ilmuwan

Suka nulis² yang ndak penting nyambi mulang siswa² yatim.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sampan Kayu Asmuji

21 Januari 2021   16:09 Diperbarui: 21 Januari 2021   16:15 1128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: wallpaperflare.com

Mas muji, hari ini tanggal berapa? Kemarin malam aku diberitahu yanto kalau besok l tepat umur bulan ke dua puluh tujuh. Bagaimana mas?

Sambil memegang papan kayu untuk menutup bagian yang sedikit retak. Maklum, usia hampir seperempat abad sampan Asmuji selalu menemani dia ketika melaut di laut selatan. Sampan yang sengaja dibuat dari kayu trembesi ini memang luar biasa. Kala itu dibulan Ramadhan. Peristiwa yang cukup terkenal dikalangan nelayan. 

Yah! Asmuji dan yanto memaksakan perahu mereka untuk tetap melaut disaat umur bulan tidak bisa dikompromi. Saat itu tepat umur bulan masih menginjak tujuh belas. Hari yang dikenal dengan laut nyanggong. Laut seakan mengawasi dan enggan disusupi. Seluruh benda asing termasuk manusia ia anggap musuh. Termasuk Asmuji. Berbekal sampan kecil yang terbuat dari mahoni bakar, nekat menuju ke tengah laut mencari spot ikan yang biasa Asmuji sambangi. Byoor..!

"Ada apa No?",saut Asmuji sambil megang palu yang terhenti setelah sempat melamun peristiwa saat itu bersama yanto.

"Yanto bilang mas, kalau sekarang bulan nya pas, buat ngelaut!",

"ini jala sudah apik juga mas , kemarin barusan saya jahit lagi, senarnya udah mulai putus"

Sambil memegang jala yang selebar tiga kali empat meter yang mulai digulung perlahan. Jala itu juga yang dulu digunakan oleh Asmuji menemani disaat peristiwa itu. Banyak orang yang menjuluki nyawa nya kayak kucing. Kalau orang biasa mungkin sudah mati.

"sini saya lihat, ealah apapun itu saya selalu tetap semangat No meskipun memang yang kamu lihat saat ini saya nyowo rangkep padahal endak juga," ucap muji seakan menjawab pertanyaan yang ada dikepala yoNo yang hampir selesai menggulung jala.

"oke mas , selesai, ini taruh mana?", Tanya yatNo kebingungan meletakkan jala milik Asmuji.

"taruh di ujung sampan No, dibawah kayu hitam, sudah kamu letakkan situ saja biar nanti yanto yang merapikan.

"loh mas, kok ada foto perempuan mas? Sopo iki mas?," senyum Yono lebar-lebar sambil nanting foto yang dibungkus plastik yang mulai menguning.

"Ooh, mbak rina mas. Kayak ndak ada tempat lagi mas, foto istri kok ditaruh disitu mbok ya dsini mas," sambil nduding dada seraya menunjukkan ke Asmuji bahwa wanita ditempatkan dihati.

"ini tadi istri ku purik, dia kemakan omongan sama mbak Yanti belakang rumah mu pas,"

"mas , kalau cari nafkah yang baik-baik saja, inget tole mas!"

Mas itu sudah kesuwur didesa kalau punya apa-apa dilaut, bahkan aku waktu beli sayur di pasar kemarin ketemu sama bik sima, juga sama cerita tentang mas kayak gitu. Asmuji cerita sambil nenteng foto itu ngalor ngidul didepan Yono.

"yang bikin saya nelongso itu, aku dibilang kawin sama nyi ratu"

"ayolah, aku cari nafkah sampai hampir mati di tengah laut bukan karena macem-macem tapi karena istri anak ku biar urip No", mata Asmuji berkelinang yang seakan  ditahan agar tidak menangis di depan Yono.

"iya mas, terus mas gimana sekarang?," sambil duduk di depan sampan Asmuji yang sudah disiapkan untuk melaut.

"ya sudah , biar kan saja. Aku tak diam aja No itu lebih baik daripada harus ngedumel didepan istri yang memang aku sendiri ndak melakukan itu"

Asmuji seakan pasrah dengan keadaan rumah tangganya. Memang pribadi Asmuji terkenal pendiam tidak suka banyak omong tapi jangan salah kalau dengan orang baru dia berusaha untuk meng akrab i dulu. Itu terjadi sama istrinya yang ceritanya kesengsem dengan Asmuji karena sikapya yang mudah bergaul dan ramah.

"Lo mas kemana? Masih sore ini mas.

"kamu jangan tanya melulu No, ayo bantu aku".

Asmuji dengan tangan kanan memegang tambang dan yang kiri dia menganggkat sedikit ujung dari sampannya. Saat itu hujan gemericik. Sampai-sampai Asmuji ngoyo mendorong sampannya supaya bias kea rah laut.

"mas kemana? Berangkat sekarang?"

"iya, No mau kapan ? besok? Yah telat lah, tenang aja besok kan sudah tanggalnya, jadi laut ndak bakal nyanggong.

"berangkat sendiri mas? Ndak nunggu mas yanto?, soalnya tadi aku ke rumahnya dia keluar, katanya ke pak udin", kata yoNo sambil mengusap wajah yang sudah mulai basah terkena hujan.

"ndak perlu, tadi pagi istriku ketemu istrinya katanya yanto sakit, jadi aku juga ndak maksa dia ikut aku, lagian ini juga sudah bulan keberapa yon, mungkin ikan-ikan sudah enggan keluar", sambil tersenyum menghadap laut yang tenang seakan siap untuk dikunjungi.

"Lah kalau sudah tau ikan enggan keluar , kenapa nekat berangkat mas ?",

"yah paling enggak aku bias ketemu nabi Kidir No, aku mau nitip pesen kalau nama istriku ini sama fotonya isriku ini bisa disimpen, biar tahu kalau Asmuji punya istri cantik , nyi ratu lewat!", candaan Asmuji ditutup dengan ia mendorong sampannya sambil berlari kencang ke laut dan ...

"Byuuur", 

Perlahan sampan Asmuji ke tengah laut semakin hilang di langit yang mulai temaram.

Memang mas Asmuji itu laki-laki luar biasa. Mbak rina itu juga apik orangnya. Tapi kasihan juga kalau ceritanya gitu. Yah memang hidup, terlihat tidak apa- apa ternyata apa-apa. Saling sinawang.

"Yon, Yono!" gedoran pintu yang dilakukan yanto terkesan gupuh mengagetkan yoNo yang baru saja merapikan bajunya yang basah terkena hujan. Ia segera ke depan rumah dan membuka pintu

"ada apa mas? Nyantai mas nyantai, mbok ya pelan-pelan salam dulu. Loh mbak Rin, kenapa mbak? Wajah rina yang terkena cahaya lampu teras Yono yang temaram menambah suasana menjadi lebih menengangkan apa lagi ia menangis menjadi-jadi karena ia beum kunjung ketemu suaminya atau bahkan tidak akan pernah bertemu kembali.

"gawat ini, aku salah ngitung No!. mana Asmuji No, Asmuji mana!," sambil memegang kedua pundak Yono dan memaksa Yono agar memberitahu keberadaan Asmuji.

"Loh, mas Muji ya berangkat mas , melaut mas, sudah dapat tiga jam an berangkat, kenapa mas?.

"Ya Allah No, sekarang ini Laut lagi nyanggong, nelayan ndak ada yang berani berangkat,"...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun