Mohon tunggu...
Felix
Felix Mohon Tunggu... Konsultan - Learning to Write

-

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

6 Kebiasaan Sederhana untuk Menghemat BBM

24 Oktober 2021   21:15 Diperbarui: 24 Oktober 2021   21:22 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: Annie Spratt/Unsplash

Siapa yang tidak senang jika mendapatkan harta warisan? Saya kira hampir semua orang pasti akan senang.

Tapi bagaimana jika warisan harta tersebut dibarengi dengan warisan hutang juga? Nah di sini, saya kira kamu pasti sudah akan mulai waswas.

Kalau hutang lebih kecil dibandingkan dengan jumlah harta warisan, ya tidak masalah, karena harta warisan dapat digunakan untuk membayar warisan hutang. Masih ada yang akan tersisa.

Yang menjadi masalah adalah ketika hutang lebih besar daripada warisan hartanya. Sebagai ahli waris, maka kamu mempunyai kewajiban untuk melunasi hutang tersebut, meskipun kamu harus memakai uang atau aset kamu sendiri, alias merugi.

                                                              ***

Bumi ini juga dapat dikatakan sebagai suatu warisan, yaitu dari generasi yang lebih tua kepada generasi yang lebih muda. Suatu ketika, bumi dan segala isinya ini, ‘harta’ maupun ‘hutang’, akan diserahkan untuk dikelola oleh generasi yang lebih muda, bagi kelangsungan hidup mereka.

Bedanya dengan cerita warisan harta di atas, warisan ‘hutang’ ini tidak dapat dilunasi dengan cara mengurangi dari warisan ‘harta’.

Apakah warisan ‘hutang’ berupa bencana seperti hujan badai dan angin topan dahsyat akibat perubahan iklim, ataupun krisis seperti krisis air bersih, gagal panen, dan munculnya virus baru dapat dilunasi dengan cara menyerahkan 100 ton barel hasil tambang minyak misalnya? Atau mungkin dengan cara menyerahkan 10 ton hasil tambang emas?

Tentunya tidak bisa. Diperlukan langkah nyata dan praktis untuk melunasi ‘hutang’ tersebut.

Dan sebagai generasi yang lebih tua, sudah sepantasnya kita mulai peduli dan merencanakan hal apa yang perlu dilakukan untuk mengurangi beban ‘hutang’ bagi anak cucu kita.

Saya kira tidak ada orang tua yang akan senang jika melihat anak cucunya kesulitan kelak, seperti kesulitan memperoleh air bersih untuk minum dan mandi, atau kelaparan karena gagal panen akibat perubahan iklim.

                                                              ***

Pemanasan global akibat gas rumah kaca telah menyebabkan perubahan iklim yang dampaknya secara nyata dapat kita rasakan saat ini.

Di Indonesia misalnya. Terkadang hujan turun sangat intens selama beberapa minggu, padahal seharusnya sedang musim kemarau. Atau sebaliknya, saat sudah memasuki musim hujan, malah hujan jarang turun.

Aktivitas ekonomi manusia disebut sebagai penyumbang terbesar gas rumah kaca seperti NOx, gas metana, dan paling banyak CO2 (karbon dioksida), 150 tahun terakhir ini menurut US EPA.

Dan memang benar, peningkatan aktivitas ekonomi selalu diikuti dengan peningkatan kebutuhan akan energi, yang pemenuhannya masih bertumpu pada sektor ‘dirty’ energi, seperti minyak bumi dan batu bara.

Di Amerika misalnya. Sektor transportasi, pembangkit listrik, industri, dan komersial masih didominasi dengan penggunaan energi dari fosil, seperti minyak bumi, batu bara, gas alam, dan sebagainya.

Bukankah mobil atau sepeda motor yang kamu pakai saat ini juga masih menggunakan bensin hasil tambang?

Kebutuhan akan ‘dirty’ energi inilah yang mendorong pelepasan emisi gas rumah kaca dalam jumlah besar ke atmosfer kita. Proses industri manufaktur juga turut andil, tetapi pembakaran bahan bakar fosil tetap merupakan penyumbang yang terbesar.

                                                             ***

Meskipun ‘dirty’ energi memiliki dampak yang buruk bagi lingkungan, tetapi kita masih sangat membutuhkannya saat ini.

Sampai kapan? paling tidak sampai ditemukan ‘clean’ energi pengganti yang ramah lingkungan tetapi ekonomis alias murah, memadai, dan dapat berkelanjutan.

Dilema ini pula yang mungkin menyebabkan para pemangku jabatan dan petinggi negara untuk bertoleransi dengan mencanangkan istilah Net-Zero Emissions.

Tetapi mengapa tidak Zero-Emissions atau No Emissions at All?

Ya sebenarnya, Zero-Emissions atau No Emissions at All itu tidak mungkin, karena manusia bernafas sudah menghasilkan emisi CO2.

Dan ini pula yang menunjukkan kalau emisi itu sebenarnya tidak bermasalah.

Ketika kita bernafas membuang gas CO2, maka ada tanaman, air dan tanah yang membantu untuk mengurangi kadar gas di udara sehingga tidak sampai merusak lingkungan.

Masalahnya adalah ketika jumlah emisi tersebut lebih besar dibandingkan dengan jumlah yang dapat diproses oleh tanaman, air dan tanah.

Emisi yang berlebih tersebut akan bebas berkeliaran di udara atau atmosfer dan mengakibatkan pemanasan global. Ibarat efek rumah kaca yang membuat suhu dalam ruangan berkaca menjadi panas, CO2 di udara membuat suhu bumi menjadi panas dan semakin panas.

Lalu apa sebenarnya Net-Zero Emissions itu?

Net-Zero Emissions sebenarnya menghadirkan keseimbangan antara emisi yang dihasilkan, dengan emisi yang dapat diproses baik itu oleh alam maupun oleh alat ciptaan manusia.

Misalnya jika dalam sehari kamu makan sampai dengan 3.000 kalori tetapi hanya memakai 1.500 kalori, maka sisa kalori yang tidak terpakai akan tersimpan dalam tubuh dan meningkatkan berat badan kamu.

Tetapi jika kamu beraktivitas dan rajin berolahraga sampai memerlukan 3.000 kalori juga, maka semua akan ter-seimbangkan dan berat badan kamu pun tidak akan naik, meskipun tidak akan turun juga.

Inilah yang dikejar dari Net-Zero Emissions.

Prinsipnya cukup sederhana, yaitu mengurangi emisi atau menaikkan jumlah emisi karbon yang dapat diproses.

Untuk saat ini, meningkatkan jumlah emisi karbon yang dapat diproses membutuhkan waktu dan akan memakan banyak biaya. Menanam pohon misalnya membutuhkan waktu bertahun-tahun agar pohon tersebut dapat tumbuh besar dan memberikan kontribusi yang berarti.

Cara lainnya yang dapat dilakukan adalah dengan mengurangi emisi seperti melalui penghematan energi berbasis bahan bakar fosil.

                                                         ***

Berikut adalah 6 cara yang dapat kamu dan aku lakukan untuk menghemat konsumsi bahan bakar pada kendaraan bermotor.

1. Hindari berkendara di jalanan yang macet

Terjebak di dalam kemacetan jalan memang tidak menyenangkan. Apalagi kalau perut sudah lapar atau kebelet ke toilet, tetapi mobil di depan tidak bergerak sama sekali. Pasti sangat kesal rasanya.

Di sisi lain, terjebak di dalam kemacetan juga tidak ramah terhadap konsumsi bahan bakar kamu. Bayangkan mesin kamu yang terus menyala, memakai minyak, tetapi mobil tidak kunjung bergerak. Ada bahan bakar yang terbakar sia-sia.

Oleh karena itu, sebisa mungkin hindari jalanan yang macet. Misalnya pulang dari kantor lebih awal atau telat untuk menghindari peak hour atau jam-jam puncak arus balik kendaraan.

Kamu juga dapat menggunakan aplikasi seperti Waze atau peta digital lainnya untuk menghindari jalanan yang macet. Daripada mengantre lama di jalan, terkadang jalan memutar bisa mengantarkanmu ke tujuan lebih cepat.

2. Jangan membawa barang berat yang tidak perlu

Apakah di bagasi mobil kamu terdapat satu lusin air mineral 1,5 liter untuk jaga-jaga kalau kamu atau yang lain haus di jalan?

Apakah di bagasi mobil kamu ada tas golf yang mungkin jarang kamu pakai tetapi selalu tersedia di mobil untuk jaga-jaga ajakan teman?

Apakah ada barang yang akan kamu serahkan minggu depan tetapi dari sekarang sudah ada di bagasi mobil?

Membawa barang yang berat akan meningkatkan konsumsi bahan bakar kamu. Ibarat mengangkat beban 25 kg dengan 5 kg, pasti tenaga yang dipakai juga berbeda.

Kalau barang tersebut sebenarnya tidak begitu perlu atau belum akan dipakai hari ini atau dalam waktu dekat, sebaiknya barang berat tersebut diturunkan dari mobil dan hanya dinaikkan ketika sudah benar-benar akan dipakai.

3. Jangan abaikan ketika waktunya pengecekan mesin berkala tiba

Kendaraan bermotor membutuhkan pengecekan berkala untuk memastikan mesin kendaraan masih beroperasi dengan optimal. Mesin yang tidak optimal terkadang boros dalam mengonsumsi bahan bakar, bahkan dapat juga membahayakan keselamatan penggunanya.

Misalnya kalau oli mesin kamu sudah kotor, maka sebaiknya diganti. Kotoran yang ada dapat menimbulkan gesekan tambahan pada mesin kamu, sehingga pemakaian BBM bisa menjadi lebih boros.

Jadi, jangan lupa cek kondisi mesin kamu secara berkala ya.

4. Periksa tekanan ban

Tekanan ban harus dalam keadaan yang optimum. Jika tekanan ban terlalu tinggi, maka ada risiko ban akan kekurangan traksi atau gaya dorongnya. Jika tekanan ban terlalu rendah, maka gaya gesekan ban akan lebih besar dari seharusnya sehingga tidak baik untuk konsumsi bahan bakar.

Jadi, pastikan kamu selalu mengecek tekanan ban kamu sebelum berkendaraan ya. Dan besar tekanan ban yang optimum dapat kamu temukan di buku manual kendaraan kamu atau dari jenis ban yang kamu pakai.

5. Gunakan Engine Braking

Ketika kendaraan kamu melaju dengan kecepatan yang relatif tinggi, dengan putaran mesin misalnya 3.000 rpm, maka kamu dapat menurunkan kecepatan dengan cara melepas kaki dari tuas gas.

Kemudian setelah kecepatan mulai menurun, oper gigi atau tuas transmisi ke gigi yang lebih rendah. Misalnya dari gigi transmisi ketiga ke gigi transmisi kedua. Dan dari gigi transmisi kedua ke gigi transmisi pertama hingga kecepatan mobil sudah sangat pelan untuk kemudian menginjak rem.

Cara ini akan memperpanjang umur rem kendaraan kamu sekaligus menghemat konsumsi bahan bakar.

Untuk kendaraan dengan transmisi otomatis, Engine Braking dapat dilakukan dengan cara memindahkan tuas transmisi otomatis ke gigi yang lebih rendah juga. Misalnya dari D ke 3.

6. Jangan langsung menginjak pedal gas dalam-dalam saat ingin meningkatkan kecepatan

Menginjak pedal gas dalam-dalam hanya akan meningkatkan putaran mesin tetapi kecepatan kendaraan kamu tidak dapat langsung mengikutinya. Ada jeda yang harus dilalui alias lagging.

Daripada BBM terbuang sia-sia untuk meningkatkan kecepatan secara tiba-tiba, sebaiknya tingkatkan kecepatan kendaraan kamu secara perlahan. Be gentle with the pedal.

Selain itu, kecepatan kendaraan yang stabil atau tidak berubah-ubah akan lebih hemat BBM daripada kecepatan yang naik turun.

                                                           ***

Konsistensi dalam menerapkan pola kebiasaan berkendaraan di atas tidak hanya akan membantu menghemat biaya BBM bulanan kamu saja, tetapi juga dapat mendukung mengurangi emisi gas rumah kaca, terutama karbon. Semoga bermanfaat.

Cara apalagi yang dapat digunakan untuk menghemat pemakaian BBM? Tulis komentar dan saran kamu di bawah ya!

-F-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun