![[SimpulanSeptember]: Menulis sebagai Napas, Doa, dan Tanggung Jawab](https://assets-a2.kompasiana.com/items/album/2025/09/30/file275aab56-384d-4a3d-825a-2cd7c7738b6a-68db31b7c925c406eb18bee2.png?t=t&v=100&x=100&info=meta_related)
Mengandungmu tidaklah mudah
Sembilan bulan tidaklah waktu yang singkat
Derita ibu alami dalam memikulmu
Bagi ibu itu sebuah kebahagiaan
Setiap hari ibu menanti kehadiranmu
Ibu ingin mendengar tangisanmu
Ea..ea..ea...tanda kehadiranmu
Ibu bahagia, tersenyum dan terus menatapmu
Buah hati ibu yang dinantikan selama ini
Hadir menghiasi kehidupan ibu
Kehadiranmu memberi energi
Dalam hidup ibu
Di setiap waktu
Ibu selalu berdoa untukmu
Semoga engkau sehat, dan nantinya
Akan menjadi orang kebanggaan ibu
Doa ibu tidak ada yang tahu selain Tuhan
Doa-doa itu ibu ucapkan dalam hati ibu
Berharap suatu saat apa yang ibu harapkan terwujud
Usiamu sudah dua puluhan
Tak terasa
Ibu bangga padamu
Harapan dan doa ibu terwujud
Nak, tetaplah menjadi kebanggaa  ibu
Berjalanlah meraih mimpimu
Kejarlah cita-citamu
Agar kesuksesanmu tercapai seiring bertambahnya usiamu
Suatu saat kamu akan menjadi seperti ibu
Merasakan mengandung dan melahirkan
Seorang anak
Disaat itu kamu merasakan yang namanya penantian kebahagiaan
Jadilah ibu yang baik buat anakmu
Buat cucuku nanti
Caraku merawatmu dengan tulus
Lakukanlah itu pada anakmu
Nak janganlah engkau membuah rahimmu
Jangan nodakan dia
Itu benih kehidupanmu
Rawatlah buah rahimmu hingga menikmati hidup dan mencapai kedewasaan
Malang, 26 Agustus 2020
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI
