Mohon tunggu...
Felicia Meli Fonnenti
Felicia Meli Fonnenti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Bukan mencari yang sempurna, namun mencari yang tepat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Erupsi Gunung Semeru, Apakah Bisa Diantisipasi?

14 Desember 2021   18:11 Diperbarui: 5 Desember 2022   08:53 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Curah hujan yang berlebihan berinteraksi dengan akumulasi lava yang akhirnya meluber ke bagian kubah lava gunung berapi yang terkikis. 

Hal ini memicu ledakan aliran piroklastik dan puing-puing panas padat. Karena ledakan itu disebabkan oleh faktor sekunder dan bukan aktivitas internal gunung berapi, PVMBG telah mempertahankan Semeru dalam status Waspada atau Siaga Kuning pada 10 Desember 2021.

Kepala PVBMG Andiani mengatakan kepada media bahwa kondisi bahaya Semeru masih dalam status quo dan masih di bawah tingkat bahaya tiga gunung berapi dengan status Siaga (Awas): Merapi di Yogyakarta, Lewotolok di Nusa Tenggara Timur, dan Sinabung di Sumatera Utara.

Berbagai media menyebut apa yang terjadi di Semeru sebagai letusan, tetapi mantan Kepala PVBMG Surono mengatakan terminologi yang lebih tepat adalah ledakan yang disebabkan oleh curah hujan dan karenanya merupakan 'ancaman bahaya sekunder (secondary hazard)'. 

Seperti yang ditunjukkan oleh data PVMBG, tidak ada letusan dari aktivitas gunung berapi internal, tetapi peningkatan kerusuhan di atas tingkat latar belakang di kawah dan interaksi antara hujan dan material lava menyebabkan kubah lava melepaskan longsoran awan abu panas. Sementara di bagian hilir, seperti yang juga terjadi tahun lalu, curah hujan mempercepat transportasi cepat Lahar.

Ledakan Mata Rantai Yang Hilang Dan Celah Tata Kelola Risiko

Erupsi Gunung Semeru | Detik.com
Erupsi Gunung Semeru | Detik.com

Pemerintah harus menyadari bahwa kemungkinan besar (dan terbukti secara empiris di Semeru) 'ancaman bahaya sekunder' tidak kalah mematikan dan merugikan. 

Jenis risiko ini nyata dan harus diintegrasikan dalam rencana kesiapsiagaan gunung berapi secara keseluruhan dan sistem peringatan.

Ancaman bahaya sekunder harus dipantau sebagai bagian integral dari tata kelola risiko gunung berapi, dan harus diperlakukan sama seriusnya dengan ancaman bahaya primer (primary hazard). 

Pemerintah dan masyarakat dapat bersama-sama membangun sistem peringatan dini gunung berapi yang berpusat pada masyarakat. Krisis gunung berapi yang disebabkan oleh curah hujan telah didokumentasikan dalam konteks Gunung Berapi Montserrat dan KÄ«lauea, Hawai'i.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun