Bagi Tan Malaka, pendidikan bukan sekadar soal gelar atau sekolah---tetapi soal bagaimana kita dapat berpikir bebas dan merdeka.
Pendidikan seharusnya menyalakan mimpi, bukan mematikannya. Bukan membuat kita pasrah pada sistem, tapi mampu membaca realitas dan mau bergerak mengubah keadaaan.
Mimpi, Cita-Cita, dan Realitas: Tiga Titik yang Harus Disambungkan
- Mimpi adalah benih. Ia tumbuh dari keresahan dan imajinasi tentang hidup yang lebih bermakna.
- Cita-cita adalah arah. Ia lahir saat mimpi diberi nama, diberi rencana, dan mulai dijalani.
- Realitas adalah tanah tempat semuanya diuji. Kadang gersang, kadang subur. Tapi selalu nyata.
Mimpi seperti benih yang kita tanam di dalam hati. Cita-cita adalah perjalanan kita untuk merawat benih itu, dan realitas adalah cuaca yang tak selalu bersahabat. Terkadang cuaca itu kering, membuat kita ragu, tetapi jika kita bertahan, suatu saat kita akan menuai buah dari perjuangan itu.
Kita tak bisa memilih realitas yang nyaman, namun kita bisa memilih untuk bertahan .Â
Tan Malaka mungkin akan bilang: "Jangan buang mimpimu hanya karena realitas terasa menantang. Justru di situlah pendidikan harus hadir---sebagai bekal akal sehat dan daya juang."