Peran Sekolah: Kolaborasi dengan Orangtua
Agar program MBG benar-benar berdampak positif, sekolah perlu ikut berperan dalam mengedukasi anak tentang penggunaan uang jajan.
Beberapa langkah konkret yang bisa dilakukan sekolah:
- Menyediakan kantin sehat dan transparan harga.
Anak belajar membedakan harga wajar dan kualitas makanan. - Membuat program "Hari Tanpa Jajan."
Sekali seminggu, anak diajak membawa bekal buah atau air putih dari rumah. - Membangun koperasi siswa.
Di sinilah anak bisa menabung sisa uang jajannya, belajar akuntansi sederhana, dan memahami prinsip ekonomi gotong royong.
Dengan pendekatan ini, uang jajan dan MBG menjadi dua sisi pendidikan yang saling melengkapi: satu untuk gizi, satu untuk karakter.
Dimensi Kultural: Antara "Jajan Itu Wajar" dan "Hidup Sederhana"
Budaya "jajan" sudah melekat kuat dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Dari sekolah dasar hingga kampus, dari pasar tradisional hingga mal, jajan adalah bentuk ekspresi sosial, bukan sekadar konsumsi.
Maka, menghapus uang jajan sepenuhnya bukan solusi realistis, karena akan berbenturan dengan aspek budaya dan sosial.
Namun, budaya ini perlu diarahkan.
Orangtua dan sekolah bisa menanamkan nilai baru:
- Jajan boleh, tapi harus sehat dan bernilai gizi.
- Jajan boleh, tapi tidak setiap hari.
- Jajan boleh, tapi sebagian uangnya harus ditabung.
Ketika jajan diatur dengan kesadaran baru, kita tidak sedang membatasi anak, tetapi mendidik mereka untuk hidup rasional di tengah budaya konsumtif.
Potret Masa Depan: Anak Cerdas Finansial, Keluarga Sehat Ekonomi
Bayangkan jika setiap anak Indonesia, mulai dari SD hingga SMA, belajar mengelola uang jajannya dengan bijak sejak program MBG berjalan.
Dalam 10-15 tahun ke depan, kita tidak hanya akan memiliki generasi sehat jasmani karena gizi seimbang, tetapi juga generasi sehat finansial karena literasi ekonomi.
Keduanya saling terkait.
Anak yang mampu menahan keinginan jajan berlebihan hari ini, kelak akan menjadi dewasa yang mampu menahan dorongan konsumtif dalam kehidupan nyata.
Dan inilah makna sejati dari pembangunan manusia: bukan hanya mencetak anak yang kenyang, tapi juga yang bijak dalam menggunakan sumber daya.
Rekomendasi Kebijakan dan Aksi Nyata