Mohon tunggu...
Feddy Wanditya Setiawan
Feddy Wanditya Setiawan Mohon Tunggu... Lecturer

Science advances not by blind obedience to old answers, but by the courage to question

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Setelah Makan Bergizi Gratis, Masih Perlukah Uang Jajan? Menimbang Kembali Peran Orang Tua di Era MBG

17 Oktober 2025   11:49 Diperbarui: 17 Oktober 2025   13:29 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Future of Smart Saving: Empowering a Brighter Financial Generation [i. AI Curatorial Prompt by Feddy WS, 2025] 

Padahal, dengan sedikit perencanaan, uang sisa MBG bisa dialihkan untuk:

  • Tabungan pendidikan anak.
  • Dana darurat keluarga.
  • Biaya kegiatan ekstrakurikuler.
  • Program nutrisi tambahan di rumah.

Artinya, MBG seharusnya bukan hanya menyehatkan anak, tetapi juga menyehatkan keuangan keluarga.

Literasi Finansial Dini: Pelajaran yang Sering Terlupakan

Di banyak negara maju, pendidikan finansial dimulai dari rumah sejak usia dini.
Anak diajarkan konsep sederhana: "uang terbatas, pilihan harus bijak."
Indonesia masih tertinggal dalam hal ini.

Survei Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan bahwa literasi keuangan anak dan remaja Indonesia masih di bawah 40%-angka yang memprihatinkan mengingat mereka adalah calon pengambil keputusan ekonomi masa depan.

Program MBG bisa menjadi pintu masuk untuk memperbaikinya.
Ketika uang jajan tidak lagi menjadi kebutuhan pokok, orangtua bisa mulai mengubah fungsi uang jajan menjadi alat belajar finansial.

Contoh sederhana:

  • Anak SD diberi Rp5.000 per hari, tapi diarahkan untuk menyimpan Rp2.000 di "tabungan mingguan."
  • Anak SMP diajarkan mencatat pengeluaran jajan harian.
  • Anak SMA bisa mulai belajar investasi mikro (misalnya menabung di koperasi sekolah).

Dengan begitu, uang jajan berubah dari sekadar transaksi harian menjadi alat pendidikan karakter dan ekonomi.

Tantangan Sosial dan Tekanan Teman Sebaya

Kita juga perlu memahami faktor sosial yang sering diabaikan: tekanan teman sebaya (peer pressure).
Dalam lingkungan sekolah, memiliki uang jajan sering dianggap simbol status kecil. Anak yang tidak membawa uang kadang merasa minder, atau dikucilkan secara halus.

Orangtua perlu peka terhadap hal ini. Bukan dengan menuruti tekanan sosial, tapi dengan mendidik anak agar percaya diri dengan gaya hidup sederhana.
Jelaskan bahwa MBG bukan "makan gratis untuk orang miskin", tapi program nasional untuk semua.
Anak yang mampu menolak jajan tidak sehat atau ikut-ikutan justru menunjukkan kedewasaan.

Pendidikan karakter seperti ini jauh lebih berharga daripada sekadar memberi uang jajan lebih banyak agar anak "tidak malu".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun