Kita bisa belajar dari Eropa. Bundesliga sempat dikritik karena dominasi Bayern Munich yang membuat persaingan terasa membosankan. Liga Prancis pun demikian dengan PSG. Ketika satu tim terlalu dominan, gairah kompetisi melemah, penonton bosan, dan daya tarik liga perlahan luntur - kecuali jika Anda fans fanatik sang juara.
Saudi Pro League harus berhati-hati. Meningkatkan kualitas bukan hanya soal membeli pemain bintang, tapi juga soal membangun kompetisi yang adil dan sehat. Kemenangan besar seperti 9-0 seharusnya menjadi peringatan, bukan perayaan semata.
Antara Ambisi dan Realita
Setelah musim panas 2023 yang gegap gempita - saat Cristiano Ronaldo, Karim Benzema, dan Sadio Man merapat ke Liga Saudi -dunia menyaksikan betapa seriusnya Arab Saudi dalam membangun sepak bola sebagai soft power nasional. Namun, hanya mengandalkan marquee signing tidak cukup.
Penguatan akademi lokal
Distribusi hak siar dan komersial yang lebih adil
Kebijakan kuota pemain asing yang berimbang
Pembinaan pelatih dan manajemen profesional
Langkah-langkah ini bukan pelengkap, tapi inti dari fondasi liga yang sehat. Jika tidak, skor 9-0 akan menjadi pemandangan yang makin sering kita lihat - bukan karena satu tim terlalu hebat, tapi karena yang lain dibiarkan tenggelam.
Kekalahan yang Membentuk
Dari sisi manusiawi, kekalahan seperti ini memilukan. Bayangkan menjadi pemain Al-Fateh yang harus bertahan 90 menit di tengah sorakan lawan, kamera media, dan tekanan sosial media yang tak kenal ampun. Namun, sepak bola bukan hanya tentang menang. Ia adalah cermin dari karakter: bagaimana Anda bangkit setelah jatuh, bagaimana pelatih merangkul tim yang hancur, dan bagaimana klub menata ulang langkahnya.