Mohon tunggu...
Cerpen Pilihan

Sepucuk Surat untuk Ayah

12 Oktober 2016   21:49 Diperbarui: 12 Oktober 2016   21:52 647
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kepada lelaki yang menjadi cinta pertamaku.

Teruntuk raja yang tak akan pernah turun tahta.

Ayah, semoga tetap baik-baik saja di sana. Semoga tetap sehat dan bahagia. Aku rindu dengan segala canda dan tawa yang pernah ada. Segala goresan kenangan dalam ingatan yang masih terlukis dengan indah dan nyata. Ingin sekali rasanya kembali kepada waktu dimana aku dan ayah bisa menghabiskan waktu bersama. Ketika jarak tak memberi jeda pada setiap pertemuan antara kita.

Ada segelintir kisah yang ingin kubagi denganmu. Dan sejumput asa yang ingin kuutarakan padamu. Sebab tak ada yang bisa menyaingi nyamannya berbagi segala suka dan duka kecuali dengan ayah saja. Aku benar-benar memohon pada semesta, semoga ia lekas bisa mengizinkan kita mencipta suatu temu. Pada waktu yang indah dan tepat. Ketika jarak telah dilipat.

Ayah, kelak pada waktunya kau akan memberikan tugasmu sepenuhnya pada seorang lelaki. Lelaki yang kelak sepenuhnya menjagaku. Namun, di dalam hatiku, ayah tetap menjadi raja. Tetap menjadi cinta pertama. Sebab aku menyiapkan ruang khusus dalam hatiku untukmu. Dan aku percaya bahwa ayah begitu pantas untuk kubahagiakan. Karena setiap tetes perjuangan ayah untuk mati-matian membahagiakanku mungkin tak seluruhnya bisa aku balas. Sekalipun aku berjuang dengan begitu keras. Asalkan aku bahagia, ayah pun akan ikut bahagia. Begitu katamu.

Sejujurnya aku benci, yah. Aku benci ketika aku semakin tumbuh dewasa. Semakin sibuk dengan segala urusanku sendiri, lalu terkadang lupa pada ayah yang juga tumbuh. Tumbuh menua. Pun, aku seakan-akan tak punya waktu lebih untuk ayah. Aku yang lebih memilih merayakan waktuku dengan mereka, teman-temanku. Meski ayah terlihat biasa saja, tapi aku tahu di dalam lubuk hati ayah yang terdalam sebenarnya ayah begitu rindu, kan? Rindu untuk bisa menjelajahi setiap detik waktu yang ada. Duduk bersama, saling berbagi tawa. Dan waktu ditakdirkan untuk berjalan maju tak bisa mundur, tak bisa diulang. Kali ini aku menyesal.

Maaf untuk segala bentuk kenakalanku yang pernah kubuat. Kesalahan-kesalahan yang terkadang membuat ayah sebenarnya tak ingin marah. Tapi, ayah tak mau aku menjadi seseorang yang manja dan penakut. Dan terimakasih untuk segala penjagaan ayah. Perlindungan yang ayah berikan dan rasa khawatir yang selalu bisa ayah sembunyikan. Setiap kali aku berada jauh darimu, aku percaya ada kecemasan yang sedang ayah coba sisihkan dan tak boleh untuk ayah tunjukkan. Dan aku tahu tidak akan ada ayah yang rela membiarkan anaknya terluka sedikitpun.

Semoga Allah tetap menjaga ayah dalam setiap langkah perjalanan ayah. Semoga kita tetap bersama tak hanya di dunia, tapi juga di surga-Nya. Semoga ayah tak bosan menuntunku menyelesaikan perjalananku. Memegang erat tanganku, dan meraihnya ketika aku terjatuh. Aku akan sesegera mungkin membahagiakan ayah. Mengganti segala gurat lelah dengan lengkungan indah di wajah ayah.

Salam peluk terhangat untuk raja yang kucinta.

Dari putrimu,

yang kerap didera rindu berkepanjangan di negeri perantauan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun