Mohon tunggu...
Fazil Abdullah
Fazil Abdullah Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis itu berat, Sayang. Kau harus sediakan waktu dan dunia, yang seringnya tidak bersahabat.

Cerpen Perempuan yang Meminta Rokokmu dan Mogok di Hutan mendapat penghargaan dari Kompasiana (2017 dan 2018). _____________________________________________ linktr.ee/fazilabdullah 👈 merupakan pintu masuk menuju dunia karya saya. silakan masuk dan jelajahi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pendekar Datar Negeri Cilukba

3 Maret 2017   05:22 Diperbarui: 4 Maret 2017   02:00 609
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

"Begitulah, Kura-kura tua. Kancil itu benar-benar cerdik; cerdas tapi licik." Pendekar Datar mengakhiri curhatannya soal Kancil.

Telah tumpah semua curhat Pendekar Datar kepada Kura-kura Tua tentang kancil yang lolos dari hukuman. Hukuman karena perbuatan Kancil memakai kerbau buat santapan buaya-buaya datar di sungai. Alih-alih mendapat hukuman, Kancil malah dielu-elu sebagai pahlawan Negeri Cilukba; pahlawan bagi yang merasa selama ini diabaikan, dicurangi, melarat, dan tertindas.

Pendekar Datar menceritakan dengan datar, tapi raut mukanya mengkerut bagai kertas sehabis dilipat-lipat.

"Lolosnya Kancil dari hukuman membuat reputasi kepemimpinanku jatuh. Harga diriku ikut terkoyak-koyak. Kepercayaan diriku pun merapuh. Perkara ini benar-benar menekan lahir batinku padahal saat-saat ini aku lagi butuh kekuatan karena situasi negeri sedang sulit.

"O, Kura-kura Tua, kau kan tau, negeri kita sedang diincar alien. Aku sebenarnya sedang mempersiapkan negeri menghadapi alien-alien bermata sipit itu yang hendak menyerbu datang ke negeri kita ini. Tapi aku malah menghadapi masalah dalam negeri. Menghadapi dengan penduduk negeri yang kontra atas keputusanku menghukum Kupu-kupu menjadi tak berwarna dan tak bersayap. Lalu kini, gara-gara Kancil, aku dituduh tak peduli pada penduduk negeri dan sibuk dengan kepentingan sendiri.

"O, Kura-kura Tua, pusing aku. Tambah pusing lagi, kalau-kalau penduduk negeri tahu berita soal Putri Khayangan yang kusita selendangnya. Bakal ramai lagi negeri!"

"Eh, sebentar, Pendekar!" Kura-kura Tua menyela. Kura-kura tua yang sebenarnya sudah pusing mendengar banyak sekali curhat Pendekar Datar, menyala matanya ketika mendengar soal Putri Khayangan. Belum pernah dia dengar kabar itu. Itu berita menarik.

Menarik bagi Kura-kura Tua merena dan nelangsa itu, bukan soal perkara selendang Putri Khayangan disita, melainkan menarik karena ia akan bisa melihat putri cantik yang selama ini hanya cerita-cerita saja terdengar. Sangat sulit melihat apalagi bertemu Putri Khayangan. Putri khayangan yang cantiknya tak bisa digambarkan dengan kata dan lukisan. Begitu bergairah Kura-kura Tua membayangkan akan bertemu Putri Khayangan.

"Kenapa, Kura-kura Tua?" Tanya Pendekar datar.

"Belum pernah saya dengar soal Putri Khayangan yang disita selendangnya, Tuan."

"Ah, itu rupanya kau respon. Sudahlah, itu rahasia negeri. Semoga tak bocor ke penduduk negeri. Bakal gaduh lagi negeri jika berita itu tersebar. Masalah itu beberapa orang sekelilingku saja yang tahu dan Negeri Khayangan. Kau jangan bocorkan ke siapapun!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun