Pramuka Indonesia: Asuhan Seorang Raja
Jika pandu dunia lahir dari tangan seorang tentara, Lord Baden-Powell, maka Pramuka Indonesia adalah buah asuhan seorang raja: Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Inilah keistimewaan besar yang jarang disadari. Gerakan kepanduan dunia, ketika dirintis di Inggris, berakar pada disiplin militer, kerapihan, dan ketahanan fisik. Namun di Indonesia, ruh Pramuka diperdalam oleh kebijaksanaan seorang raja Jawa yang sekaligus maestro perjuangan kemerdekaan dan diplomat internasional ulung. Dengan demikian, anak-anak Pramuka Indonesia bisa disebut bukan sekadar scout atau pandu, melainkan pangeran dan putri bangsa—generasi muda yang dididik dengan warisan kerakyatan, kepemimpinan, dan kesatriaan seorang raja sejati.
---
Hamengkubuwono IX: Raja, Maestro, Diplomat
Sri Sultan HB IX bukan hanya pemimpin Yogyakarta, tetapi juga salah satu figur paling sentral dalam perjalanan bangsa. Ia berada di garis depan sejak pra-kemerdekaan, masa-masa genting mempertahankan proklamasi, hingga menata republik pada era Orde Lama dan Orde Baru. Perannya sulit dibantah:
Menjadi penyelamat rakyatnya dari romusha dengan proyek pembangunan irigasi, mengganti kerja paksa dengan kerja yang memberi manfaat nyata.
Mendukung Republik Indonesia di saat kritis, dengan memberi tempat bagi ibu kota negara saat Yogyakarta menjadi pusat pemerintahan sementara.
Mendirikan UGM, yang menjadi cikal bakal universitas rakyat dan juga awal birokrasi modern Indonesia.
Menginisiasi penyatuan pandu-pandu Indonesia ke dalam organisasi tunggal bernama Pramuka, sebagai langkah besar menegakkan ideologi persatuan bangsa.
Diplomat internasional ulung, karena sejak kecil dididik di Belanda dan kuliah di Leiden, ia mengenal karakter kolonial dari dekat. Kecerdikannya memungkinkannya memainkan diplomasi rumit dengan Belanda, sekutu-sekutunya, bahkan dunia Barat yang masih menaruh curiga terhadap Republik.
Dengan latar belakang seorang raja yang memahami kerakyatan sekaligus menguasai diplomasi internasional, HB IX menjadi figur “shadow monarch” Indonesia: tidak selalu di depan layar, tetapi selalu menentukan arah sejarah bangsa. Dan salah satu mahakarya “tak kasat mata” beliau adalah Pramuka Indonesia.