Serang, - Banten, Di antara gaduhnya kota, di antara riuhnya media sosial, ada satu sosok muda yang berusaha didengar, bukan sekadar karena suaranya, melainkan karena isi dan tujuan di balik setiap kontennya. Dia adalah Muhamad Fauwzi Ramadhan, atau singkatnya, Fauwzi Ramadhan. Seorang digital creator yang bermula dari keinginan sederhana: ingin berbeda, ingin diakui, dan ingin memberi dampak.
Latar Belakang: Asal, Nama, Serta Cinta Sejak Dini
Fauwzi lahir di Serang, Banten. Cerita namanya sudah mencerminkan karakter: Muhamad Fauwzi Ramadhan. "Fauwzi" bukan sekadar variasi dari nama "Fauzi". Ada huruf "w" di tengahnya yang sengaja ditempatkan agar berbeda, agar identitasnya tidak hilang dalam keramaian. Sejak sekolah dasar, kecintaan pada hewan, khususnya kucing, sudah tumbuh. Ia memelihara kucing yang kini sudah diwariskan ke generasi kedua hingga ketiga. Kucing baginya bukan sekadar hobi, melainkan pengingat bahwa perhatian, kasih, dan tanggung jawab tidak datang dari sorotan publik, melainkan dari perawatan kecil yang konsisten.
Selain itu, Fauwzi sudah memiliki impian besar: terbang ke Denmark dan membawa dampak yang menghubungkan Indonesia dengan Denmark. Ia menaruh perhatian khusus pada Copenhagen University, yang kurikulumnya sering ia jadikan referensi dan ia terapkan dalam setiap karya, baik saat mengajar, berbagi pengalaman, maupun menciptakan kreasi digital yang berdampak. Baginya, belajar tidak sekadar untuk diri sendiri, melainkan untuk membangun jembatan antara dua negara melalui komunikasi kreatif.
Masa Sulit: Bully, Perbedaan, Keraguan
Setiap kisah keberhasilan punya luka di belakangnya. Untuk Fauwzi, masa-masa awalnya (2016-2018) jauh dari heroik dalam pandangan banyak orang. Sejak kecil ia suka membuat konten: vlog, kegiatan sehari-hari, video tentang Minecraft. Namun, konten-konten itu sering dianggap aneh oleh teman-teman, bahkan guru-guru dan wali kelas pada masa Sekolah Dasar (SD). Ia merasa dijauhkan, dikucilkan, dianggap berbeda. Ada titik ketika dia ingin menyerah.
Lalu masa SMP. Di tengah kebosanan dan heningnya pandemi, libur panjang, sekolah tatap muka tidak ada, sebagian besar dunia terasa tertutup. Tapi di sanalah, dalam kekosongan rutinitas, muncul peluang. Ia mulai membuat konten kreatif lewat desain virtual dan platform Roblox. Brandingnya muncul: Fauwzytube. Semua platform sosial medianya, Twitter (sekarang X), Instagram, terutama YouTube, ia gunakan menjadi panggung kecil pertamanya.
Sekolah dan tugas kadang harus dikorbankan. Waktu belajar, waktu bersosialisasi, waktu bermain, semua tercicil karena ambisi yang tumbuh. Bahkan sempat mendapat masalah di SMP karena kenakalan, mungkin karena prioritas yang berbeda dengan teman-temannya. Tapi di ujung SMP, ada satu guru yang melihat: melihat yang lain tidak mau melihat. Guru itu bangga akan karya dan perjalanan Fauwzi. Salah satunya melalui lomba Ruangguru Social Challenge, di mana Fauwzi berhasil masuk Top 25 tingkat nasional. Ini membulatkan tekadnya bahwa kreativitas bisa jadi jalan keluar dari rasa tidak "normal" di mata orang lain.