Mohon tunggu...
Firda Fatimah
Firda Fatimah Mohon Tunggu... Tutor - Belajar

IG : @fatim_firda

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Belajar Menebar Kasih dari Opa dan Oma di Kompasiana

5 Januari 2021   04:55 Diperbarui: 5 Januari 2021   05:19 550
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto diolah dari akun Kompasianer Tjiptadinata Effendi

Kartomihardjo (1988) menyatakan bahwa sapaan dapat berfungsi sebagai tanda bahwa penyapa memperhatikan orang yang disapa. Suatu tanda bahwa masih adanya sebuah hubungan, bagaimanapun dekat dan jauhnya antara penyapa dan tersapa.

Disebutkan pula oleh beliau bahwa salah satu fungsi sapaan adalah sebagai penanda hubungan sayang. Hal ini ditandai dengan pemakaian sapaan Dinde dan Nune sebagai penanda hubungan sayang antara orang tua dengan anak. Sapaan "Dik/Dek" sebagai penanda hubungan sayang antara kakak dengan adik atau yang lebih tua kepada yang lebih muda. Sapaan "Sayang" atau bentuk lain sebagai penanda hubungan kekasih. Dengan demikian, fungsi ini menunjukkan rasa sayang, dekat, dan perhatian yang diberikan senior kepada junior.

Kalau kata Uda Zaldy yang juga bertetangga dengan Abang Guru Curup, sapaan tersebut termasuk jenis “Kedekatan” dalam artikel beliau yang berjudul 7 Alasan Tersembunyi di Balik Sapaan.

Oh iya, kembali lagi berbicara tentang Opa Tjip dan Oma Rose. Di Kompasiana, saya belajar dari cara beliau menebar kasih dengan memberikan nilai dan komentar positif di artikel siapapun, baik itu pada Kner yang baru atau lama, tua atau muda, junior atau senior, dan juga pada jenis artikel apapun.

Meski hal tersebut terlihat sederhana, namun siapa yang tahu jika komentar tersebut membuat si empu tulisan merasa senang dan bahkan menjadi salah satu alasan dia untuk terus menulis di platform ini.

Seperti pengalaman saya. Salah satu penyebab saya saat itu memutuskan untuk melanjutkan menulis di Kompasiana ini adalah karena komentar dari Opa dan Oma. Karena dari beliau berdua saya tahu, bahwa platform menulis ini bukan platform individualis, bahkan sangat hangat dengan saling sapa di kolom komentar. Saya pernah menuliskannya disini.

Menebar kasih yang dilakukan oleh Opa dan Oma tak hanya dengan konsisten memberikan nilai dan berkomentar di artikel para Kner, kita semua sudah sangat mengetahui dan tentunya mengambil banyak hikmah dari kisah perjalanan hidup yang tak henti-hentinya dituliskan dan dibagikan oleh beliau berdua.

Salah satu yang membuat saya terkesan adalah tulisan berseri Oma yang berjudul “Pernak-Pernik dalam 18 Kali Pindah Rumah”. Beliau menceritakan perjalanan pindah-pindah rumah dimulai dari pernikahan dengan Opa. Begitu sangat tulus dan setianya seorang pasangan suami dan istri ini membingkai perjalanan rumah tangga yang begitu banyak liku, termasuk perihal tempat tinggal.

Saya terkesan dengan kisah tersebut, karena saya sendiri pernah mengalami beberapa kali pindah rumah bersama kedua orangtua saya yang saat itu masih mendiami rumah kontrakan dan harus pindah beberapa kali, hingga saat ini syukur Alhamdulillah sudah bisa berteduh di rumah sendiri. Tentunya rumah ayah dan ibu saya, bukan rumah saya, hehe.

Dan saat ini saya senang sekali, Opa dan Oma kembali menebar kasih dengan memberikan buku kenang-kenangan bersama 150 Kompasianer. Betapa saya bahagia sekali bisa menjadi salah satu dari 150 Kompasianer tersebut. Terima kasih banyak, Opa dan Oma. Salam sayang dari Firda :)

Ditulis dengan hangat dari Kota Kecil nan Dingin, 5 Januari 2021.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun