Lalu ketika ia terbangun pagi harinya di dunia satunya---apartemen lantai 28---ia melihat email:
"Final pitch with executive board moved up to 11AM sharp. Good luck."
Tanggal 28.
Pukul 11.00.
Dua dunia. Dua waktu.
Satu tubuh.
Satu jiwa.
***
Pilihan
Di kantor, ia duduk di ruang tunggu. Rambut disanggul. Lipstik merah gelap. Suara detak hak sepatu lain mengisi lorong.
Di rumah, ia berdiri di dapur, pisau di tangan, kue cokelat buatan sendiri menunggu di atas meja. Anak-anak bernyanyi pelan di ruang tengah.
Kedua dunia saling menariknya seperti benang yang siap putus.
Ia menutup mata.
Jam berdentang.
11.00.
Gelap.