Mama, Bangun...
Malamnya, ia tertidur di sofa, kelelahan sehabis berlatih presentasi.
Lalu membuka mata lagi---di tempat lain.
Kasur tipis. Sprei berwarna pastel dengan motif bunga pudar. Bau nasi goreng. Suara televisi pagi menayangkan lagu anak-anak.
Dan tangan mungil menarik-narik lengan bajunya.
"Mamaaa, bangun! Hari ini ulang tahun Kakak!"
Seorang bocah laki-laki tersenyum riang. Pipinya montok. Tubuhnya hangat.
Adra terdiam. Tangannya menyentuh rambut si kecil, ragu. Ruangan ini... rumah ini... bukan apartemen kaca dan baja. Ini rumah sederhana, plafon rendah, rak piring dari kayu tua, dan tirai bunga yang setengah robek.
Seorang pria muncul dari dapur, membawa dua cangkir teh.
Wajahnya akrab, meski asing.
"Sayang, kamu tidur pulas banget. Aku udah siapin sarapan. Nanti siang kita potong kue, ya?"
Adra hanya menatap, lidahnya kelu. Jari-jarinya gemetar kecil. Ia berdiri, mencari ponsel---tak ada sinyal. Tak ada alarm. Tak ada email dari Alistair.
Dan tidak ada blazer putih di lemari. Hanya daster sederhana dan baju anak-anak.
***