Mohon tunggu...
Fatimah
Fatimah Mohon Tunggu... Pendidikan Sosiologi - UNJ

Mahasiswi aktif Pendidikan Sosiologi - UNJ

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Paradigma-paradigma dalam Teori Sosiologi Kontemporer

6 September 2022   17:02 Diperbarui: 6 September 2022   17:05 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Istilah paradigma pertama kali diperkenalkan oleh seorang fisikawan asal Amerika, Thomas Samuel Kuhn, dalam bukunya The Structure of Scientific Revolution (1962) yang kemudian dipopulerkan oleh Robert Frederich dalam bukunya Sociology of Sociology (1970). Menurut Kuhn, Paradigma adalah cara mengetahui realita sosial yang dikonstruksi oleh mode of thought atau mode of inquiry tertentu, yang kemudian menghasilkan mode of knowing yang spesifik. Pada karyanya ini, Kuhn mengemukakan bahwa ilmu tidak selalu berjalan linear, oleh karena itu perkembangan ilmu tidak benar jika dikatakan kumulatif. Penolakan Kuhn atas ketidakkumulatifan perkembangan ilmu ini didasarkan dari hasil analisis Kuhn sendiri terhadap perkembangan ilmu itu sendiri. Dari sanalah Kuhn menjelaskan bahwa perkembangan ilmu itu sangat berkaitan dengan dominasi paradigma keilmuwan yang muncul pada periode tertentu atau dalam satu waktu. Dengan kata lain, setiap ilmuwan memiliki pandangan yang berbeda-beda dalam menafsirkan suatu fenomena  sosial.

            Mengapa terjadi perbedaan paradigma? Menurut Ritzer, hal ini disebabkan oleh 3 faktor.

  • Perbedaan pandangan filsafat yang mendasari pemikirannya
  • Berbagai pandangan filsafat saling berbeda antara satu sama lain.
  • Konsekuensi logis dari pandangan filsafat yang berbeda, kemudian para ilmuwan sosial juga membangun dan mengembangkan teori-teori yang berbeda juga. Jika aliran filsafatnya sudah beda, maka teori yang digunakan juga akan berbeda. Hal ini yang membuat ilmuwan sosial satu dengan yang lainnya akan menggunakan teori yang berbeda dalam melihat suatu fenomena.
  • Metode yang digunakan untuk memahami dan menerangkan substansi ilmu berbeda antar komunitas ilmuwan lain.

Perbedaan paradigma ini tidak melahirkan suatu hal yang negatif, melainkan menjadi sebuah keragaman dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Dalam keilmuan Sosiologi pun terjadi perbedaan paradigma pada dimensi objek kajian. Dengan adanya perbedaan pandangan ini, menurut Ritzer, Sosiologi merupakan ilmu yang berparadigma ganda. Setiap paradigma memiliki objek kajian, teori, dan metode analisa yang berbeda.

Tiga Paradigma Utama Sosiologi:

  • Empirisisme/Positivisme
  • Konstruktivisme/Interpretatif
  • Kritisisme/Realisme Kritis

Ritzer mengatakan bahwa ada tiga paradigma yang mendominasi Sosiologi:

  • Paradigma Fakta Sosial, Emile Durkheim membangun konsep fakta sosial sebagai dinding pemisah antara objek kajian sosiologi dengan filsafat. Pada studi fakta sosial, Durkheim membagi ranah fakta sosial menjadi dua bentuk, yaitu material (sesuatu yang ada di dunia dan tidak imajinatif) contohnya seperti, bentuk bangunan, hukum, peraturan, dan perundang-undangan. Dan yang kedua adalah fakta sosial non material (hanya muncul dalam kesadaran manusia) contohnya seperti, moralitas, kesadaran, egoisme, dan opini. Teori-teori yang mendukung paradigma fakta sosial tergabung pada paradigma seperti, teori fungsionalisme struktural, teori konflik, teori sistem, dan teori sosiologi makro. Yang dominan adalah teori fungsionalisme struktural dan teori konflik. Metode yang digunakan dalam paradigma fakta sosial biasanya berupa interview dan kuesioner.
  • Paradigma Definisi Sosial, dilandasi oleh pemikiran Max Weber mengenai tindakan sosial. Analisa Weber dan Durkheim sangat terlihat jelas, jika Durkheim memisahkan struktur dan institusi sosial sebagai bagian dari fenomena sosial yang terjadi di masyarakat, sebaliknya Weber melihat bahwa antara struktur sosial dan institusi sosial justru saling memiliki satu kesatuan yang membentuk tindakan manusia yang penuh arti atau makna. Paradigma ini disebut juga sebagai Sosiologi Interpretatif. Teori-teori yang mendukung paradigma definisi sosial adalah teori aksi, teori interaksionisme simbolik, teori fenomenologi, dan teori etnometodologi (cabang dari fenomenologi). Metode yang digunakan para penganut paradigma definisi sosial lebih banyak menggunakan penelitian empiris yang cenderung ke arah penelitian observasi atau pengamatan (verstehen). Menurut para penganut paradigma ini, dengan observasi akan didapatkan tindakan subjek yang wajar dan tidak dibuat-buat atau spontan. Berbeda dengan paradigma fakta sosial yang menggunakan interview dan kuesioner.
  • Paradigma Perilaku Sosial, paradigma ini memusatkan perhatian pada hubungan antar individu dan juga hubungan antara individu dengan lingkungannya. Paradigma ini menyatakan bahwa objek studi sosiologi yang konkrit dan realistis adalah perilaku manusia atau individu yang nampak dan memungkinkan untuk berulang, Menurut paradigma ini, tingkah laku seorang individu mempunyai hubungan dengan lingkungan yang mempengaruhi ia dalam bertingkah laku. Dalam paradigma ini, perilaku sosial dari individu dan masyarakat mempengaruhi atau merubah struktur sosial dan institusi sosial. Oleh karena itu, tingkah laku manusia menurut paradigma ini lebih ditentukan oleh sesuatu di luar dirinya, seperti norma, nilai, atau struktur sosialnya. Teori yang tergabung dalam paradigma perilaku sosial adalah teori behavior sosiologi dan teori pertukaran. Metode yang digunakan dalam paradigma perilaku sosial adalah metode kuesioner, interview, dan observasi. Dalam prakteknya, para penganut paradigma perilaku sosial ini menggunakan metode eksperimen untuk penelitiannya. Variabel pada penelitian ini cenderung ke individual.
  • Paradigma Integratif, menurut Ritzer, dari ketiga paradigma sebelumnya mempunyai nilai positif dan negatif. Supaya tidak menjadi bahan perdebatan, maka bisa digunakan paradigma integratif. Jadi para ilmuwan tidak harus terpaku pada satu paradigma saja, melainkan mereka bisa menggunakan di antara paradigma tersebut dan tidak menganut salah satu dari paradigma sebelumnya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun