Mohon tunggu...
fatil Fusillah
fatil Fusillah Mohon Tunggu... Mahasiswa - 23107030026 UIN sunan Kalijaga

ilmu komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Kilas Balik Hari Raya Idul Fitri: Makna, Bentuk Perayaan dan Tradisi di Dalamnya

12 April 2024   00:02 Diperbarui: 14 April 2024   08:40 1217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi keluarga yang tengah merayakan Idufitri dengan bersalaman (Kadarkudus,Jawa post)

Pada tahun ini umat muslim diseluruh dunia telah merayakan hari raya Idulfitri pada 1 Syawal. Umat muslim di Indonesia salah satunya, telah merayakan Idulfitri dengan waktu yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Dikutip dari detikcom, Kementerian Agama (Kemenag) RI menjabarkan posisi hilal dari seluruh wilayah Indonesia dalam menetapkan 1 Syawal 1445 Hijriah atau Idul Fitri 2024. Kemenag menyebut hilal 1 Syawal 1445 Hijriah sudah memenuhi kriteria. serta Jakarta Pusat, Kominfo - Pemerintah menetapkan 1 Syawal 1445 Hijriah/2024 Masehi jatuh pada hari Rabu, 10 April 2024.

 

Idul fitri merupakan hari  berakhirnya waktu puasa selama 29 atau 30 hari yang telah dilaksanakan oleh umat muslim, hari  Raya idul Fitri bertepatan pada 1 syawal, ditentukan oleh Pemerintah dengan memperhatikan posisi hilal. Bagaimana cara pemerintah dalam menentukan 1 syawal? dikutip dari stecom.ac.id, Pemerintah melalui Kementerian Agama (Kemenag) akan melaksanakan rukyatul hilal pada Selasa, 9 April 2024, sebagai salah satu metode penentuan 1 Syawal 1445 H. 

Umat muslim juga Sering mengartikan idul Fitri sebagai hari kemenangan. Pada saat merayakan hari raya idul fitri, pada pagi hari umat muslim akan melaksanakan sholat Ied. 

Setelah itu umat muslim akan saling mengucapkan Selamat Idul Fitri dengan berjabat tangan dan berpelukan formal sebagai bentuk berbagi kebahagian dan saling memaafkan. 

Tidak sampai disitu saja, di Indonesia memiliki tradisi yaitu Setiap rumah-rumah akan menyediakan hidangan-hidangan manis serta makanan berat, untuk tamu dan kelurga yang berkunjung ke rumah. dan juga hadiah-hadiah yang kerap dibagikan kepada anak-anak dan orang-orang yang membutuhkan.


 

sholat Idulfitri di Kantor Bupati  Dompu, Nusa Tenggara Barat (Facebook/pesona bima dompu)
sholat Idulfitri di Kantor Bupati  Dompu, Nusa Tenggara Barat (Facebook/pesona bima dompu)
Dilansir dari kompas.com, Selain diartikan sebagai hari kemenangan, idul fitri juga diartikan sebagai hari lebaran, lebaran merupakan istilah lain dari idul fitri. Lebaran berasal dari kata lebar yang ditambahkan imbuhan-an, "Lebar" yang bermakna lapang. Maknanya, tentu agar di hari raya umat muslim harus berlapang dada. Sifat lapang dada ada untuk meminta dan sekaligus memberi maaf antarasesama.

 

Sedangkan, dari KBBI memiliki arti melimpah, meluap. Dengan kata lain, melewati batas daripada patas yang ditentukan. Luber maafnya, luber rezekinya, dan luber pula pahalanya setelah ramadhan. untuk itu , maka luber-an bertransformasi menjadi lebaran.

Selain itu, dalam merayakan idul fitri umat muslim  memiliki tradisi mengenakan baju baru, bahkan tak jarang mereka juga membeli pakaian seragam keluarga untuk dipakai di hari Idul fitri. Memakai baju baru pada hari yang istimewah dan penuh kebahagian ini rasa-rasanya sudah menjadi keharusan untuk di lakukan. salah satunya ketika saya mewawancarai kerabat saya aura.

Aura menyatakan bahwa, Setiap tahun di keluarganya selalu mengenakan pakain seragam pada hari raya Idulfitri. namun alasan mengapa mamanya selalu membeli baju baru yang seragam, dia kurang mengetahuinya. 

Tradisi ini memiliki makna yang mendalam dalam konteks perayaan lebaran, bahwa mengenakan pakaian yang terbaik merupakan wujud penghargaan dan kebahagian atas berakhirnya bulan ramadhan yang penuh kebaikan, serta sebagai bentuk syukur atas nikmat Allah SWT yang diberikan kepada umat-nya.

Namun, bagaimana hukum dalam islam menggunakan baju baru saat lebaran?. dilansir dari sumber, berikut Medcom.id, Dalam islam, Tradisi didasari oleh anjuran yang diambil dari salah satu hadis Rasulullah SAW dan ternyata tradisi ini juga sudah berlangsung sejak zaman Nabi Muhammad SAW, Rasulullah SAW menganjurkan untuk memakai baju terbaik di Hari Raya sesuai dengan hadis berikut: "Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu 'Anhuma berkata: "Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam menyuruh kami agar memakai pakaian terbaik dan wewangian terbaik yang kamu miliki pada dua hari raya." (HR. Imam Al-Hakim).

Ilustrasi suasana perayaan Idulfitri(Media Indonesia)
Ilustrasi suasana perayaan Idulfitri(Media Indonesia)

Idul fitri  adalah waktu untuk berhias dan berpenampilan sebaik mungkin untuk menampakkan kebahagian di hari yang berkah itu, Berhias bisa dilakukan dengan membersihkan seluruh tubuh, serta dianjurkan untuk memakai pakaian yang berwarna putih, kecuali bila selain putih ada yang lebih bagus, maka lebih utama mengenakan pakaian yang lebih bagus.

Kesunahan ini berlangsung bagi siapapun, meski bagi orang yang tidak bisa ikut serta melaksanakan salat Idulfitri sekalipun, Dan khusus perempuan, anjuran berhias tetap harus memperhatikan batas-batas syariat, seperti tidak membuka aurat, tidak mempertontonkan penampilan yang memikat laki-laki lain yang bukan mahramnya dan lain sebagainya.(Syekh Zakariya al-Anshari, Asna al-Mathalib, juz 1, hal. 281).

Sehingga perlu di pahami bahwa tradisi ini merupakan sunah dalam syariat islam bukan merupakan kewajiban, mengenakan baju baru tidak boleh dijadikan tujuan utama dalam merayakan Hari Raya Idulfitri. karena, tujuan utama dari perayaan Idulfitri adalah untuk memperkuat hubungan dengan Allah SWT dan sesama manusia, serta meningkatkan kualitas hidup.

Di dalam agama islam juga diajarkan untuk tidak berlebihan dalam melakukan dan melaksanakan segala hal, salah satunya berlebihan dalam mengeluarkan biaya untuk kepribadian, Sebagaimana Allah SWT mengingatkan hambanya untuk selalu berbuat bijaksana dalam menggunakan harta yang telah diberikan.

Sehingga tidak perlu menjadikan tradisi ini sebagai kewajiban saat hari raya Idulfitri, alangkah baiknya dalam melakukan salah satu tradisi ini jika tidak memberatkan dan memaksakan diri, dengan mempertimbangkan kemampuan finansial yang ada, Seperti yang tertuang dalam Al-Qur'an surah Al-Isra ayat 27 berikut, yang dikutip dari cnnindonesia. yang Artinya: "Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya."

Dalam konteks ini islam hanya menganjurkan untuk di lakukan bukan memaksakan untuk mengikuti sunah ini. apa lagi hanya  sehingga tidak perlu hanya mengutamakan memakai baju baru pada saat hari raya Idulfitri bukan lagi tujuan utama dan penting dalam hari raya tersebut.

Karena yang paling penting bukanlah pakaian yang serba baru, namun untuk memperkuat hubungan dengan Allah SWT dengan memperkuat keimanan dan katakwaaan, serta memperkuat hubungan dengan sesama manusia dengan mensucikan hati dan pikiran, serta kerendahan hati untuk saling memaafkan kesalahan yang lalu dan beramal dalam bentuk apapun pada hari tersebut.

karena memaksakan diri dan mengutamakan pakaian baru pada saat hari raya lebaran, akan menimbulkan berbagai pikiran untuk melakukan hal yang tidak baik, apa lagi sampai memaksakan sehingga mencari berbagai cara yang tidak baik. seperti mengutang uang pada rentenir hanya untuk membeli baju baru yang kaan dikenakan pada hari raya Idulfitri.

Selain sebagai sunah bagi umat muslim yang merayakan Idulfitri, berikut penjelasan mengenai tradisi ini dalam prespektif sosiologi, Di lansir dari kompasiana.com, secara sosiologis, membeli atau memakai baju baru menjelang Lebaran dalam konsep Roland Barthes tentang gaya berpakaian sebagai alat komunikasi yang memancarkan identitas. meski kedua konteks ini mungkin terlihat berbeda, namun ada kesamaan dalam pandangan tentang pentingnya dalam bentung mengekspresikan identitas, individu, dan kultural.

Roland Barthes Berpendapat mengenai makna pakaian, dalam konsepnya yaitu "semiotika fashion" atau "semiotika pakaian". Menurutnya, gaya berpakaian bukan sekadar pilihan pribadi, tetapi juga merupakan bentuk komunikasi yang kuat. Pakaian bukan hanya untuk menutupi fashion, tetapi juga menyampaikan pesan tentang si pemakai, termasuk identitas, status sosial, dan nilai-nilai budaya yang mereka anut.

Pakaian baru menjadi sebuah "sinyal" yang menunjukkan kepada orang lain bahwa kita merayakan momen penting ini dengan penuh kebahagiaan dan kebanggaan. Hal ini sejalan dengan konsep Barthes tentang pakaian sebagai "tanda-tanda" yang membentuk makna sosial dan kultural di dalam masyarakat.

Pada saat hari perayaan Idulfitri,  umumya umat muslim mengenakan pakaian yang menunjukan identitas keislamian yaitu pakaian-pakaian yang sesuai dengan syariat islam, yaitu pakaian yang tertutup dan sopan. perlu untuk digaris bawahi bahkan sudah dalam berpakaian baru saat Idulfitri itu bukan hanya baru saja, namun harus memperhatikan bagaimana berpakaian yg benar dalam syariat islam.

Yang terakhir adalah tradisi ziarah kubur, Tradisi ini telah terjadi  dalam rentangan waktu yang sangat lama dan tentu bermula  ketika Islam mulai berkembang di Nusantara. Para wali, khususnya walisongo adalah orang yang pertama mengembangkan tradisi nyekar atau tradisi ziarah kubur.

Di Nusantara, tradisi ini tentu sudah berkembang pada waktu kerajaan Hindu atau Budha,  namun kemudian memperoleh sentuhan baru yang bersesuaian dengan ajaran Islam. Di dalam Islam, ziarah kubur semula dilarang oleh Nabi Muhammad saw, ketika akidah umat Islam belumlah kuat. 

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun