Mohon tunggu...
fatil Fusillah
fatil Fusillah Mohon Tunggu... Mahasiswa - 23107030026 UIN sunan Kalijaga

ilmu komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Kilas Balik Hari Raya Idul Fitri: Makna, Bentuk Perayaan dan Tradisi di Dalamnya

12 April 2024   00:02 Diperbarui: 14 April 2024   08:40 1138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi keluarga yang tengah merayakan Idufitri dengan bersalaman (Kadarkudus,Jawa post)

Selain sebagai sunah bagi umat muslim yang merayakan Idulfitri, berikut penjelasan mengenai tradisi ini dalam prespektif sosiologi, Di lansir dari kompasiana.com, secara sosiologis, membeli atau memakai baju baru menjelang Lebaran dalam konsep Roland Barthes tentang gaya berpakaian sebagai alat komunikasi yang memancarkan identitas. meski kedua konteks ini mungkin terlihat berbeda, namun ada kesamaan dalam pandangan tentang pentingnya dalam bentung mengekspresikan identitas, individu, dan kultural.

Roland Barthes Berpendapat mengenai makna pakaian, dalam konsepnya yaitu "semiotika fashion" atau "semiotika pakaian". Menurutnya, gaya berpakaian bukan sekadar pilihan pribadi, tetapi juga merupakan bentuk komunikasi yang kuat. Pakaian bukan hanya untuk menutupi fashion, tetapi juga menyampaikan pesan tentang si pemakai, termasuk identitas, status sosial, dan nilai-nilai budaya yang mereka anut.

Pakaian baru menjadi sebuah "sinyal" yang menunjukkan kepada orang lain bahwa kita merayakan momen penting ini dengan penuh kebahagiaan dan kebanggaan. Hal ini sejalan dengan konsep Barthes tentang pakaian sebagai "tanda-tanda" yang membentuk makna sosial dan kultural di dalam masyarakat.

Pada saat hari perayaan Idulfitri,  umumya umat muslim mengenakan pakaian yang menunjukan identitas keislamian yaitu pakaian-pakaian yang sesuai dengan syariat islam, yaitu pakaian yang tertutup dan sopan. perlu untuk digaris bawahi bahkan sudah dalam berpakaian baru saat Idulfitri itu bukan hanya baru saja, namun harus memperhatikan bagaimana berpakaian yg benar dalam syariat islam.

Yang terakhir adalah tradisi ziarah kubur, Tradisi ini telah terjadi  dalam rentangan waktu yang sangat lama dan tentu bermula  ketika Islam mulai berkembang di Nusantara. Para wali, khususnya walisongo adalah orang yang pertama mengembangkan tradisi nyekar atau tradisi ziarah kubur.

Di Nusantara, tradisi ini tentu sudah berkembang pada waktu kerajaan Hindu atau Budha,  namun kemudian memperoleh sentuhan baru yang bersesuaian dengan ajaran Islam. Di dalam Islam, ziarah kubur semula dilarang oleh Nabi Muhammad saw, ketika akidah umat Islam belumlah kuat. 

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun