Mohon tunggu...
Fathurrahman Helmi
Fathurrahman Helmi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis Sepakbola

Jika Menulis Bisa Membuatmu Abadi, Kenapa Masih Berdiam Diri. Ambil Penamu dan Goreskan di Kertas Putih Itu. | Kontak: Fathur99mbo@gmail.com fathurhelmi (Instagram) @fathoerhelmi (twitter)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Atjeh Pungo Pisan? (Atjeh Gila Banget?)

9 Mei 2015   11:14 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:13 676
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1431145588501188931

Kembali lagi ini muncul di daerah Aceh Utara dan Lhokseumaweu yang memang dulunya satu daerah sekarang terpisah dua. Sebelumnya ada juga qanun tentang dilarang duduk ngangkang di atas motor buat perempuan dan juga larangan untuk naik motor berboncengan dengan non muhrim karena tidak sesuai syariat Islam. Bagaimana dengan Ojek (kalau di Aceh di sebut RBT/Rakyat Banting Tulang) ? Anehnya lagi mereka tidak memberikan mekanisme seperti apa sih agar duduk bisa sesuai syariat Islam.

Bahkan di sekolah pun ada qanun yang mengaturnya bahwa tidak boleh dalam satu kelas di campur antara laki-laki dan perempuan yang mengartikan kelasnya dipisah. Saya sempat mengalami ini di kelas 1 SMP. Berlebihan? Banget? karena katanya biar tidak terjadi pergaulan bebas. Bagaimana caranya mereka tahu dan kan itu institusi pendidikan ya di ajarkan ya ilmu pengetahuan bukan ilmu esek-esek. Jikapun ada yang melakukan hal tersebut kenapa harus sistem seperti ini yang diterapkan kan bisa dikasih penyuluhan dan diberikan punishment yang sesuai. Memang sih mencegah lebih baik daripada mengobati tapi mencegahnya selebay ini repot atuh.

Ada juga qanun yang mengharuskan ketika di tempat wisata ada dan diharuskan memisahkan pengunjung perempuan dengan lelaki. Ini udah kayak di Masjid saja. Lebay! yang paling parah adalah qanun yang tentang manekin tadi. Masak sih manekin bisa mengundang birahi? Katanya untuk kemaslahatan tapi visi atau pemikiran sendiri saja sudah terlalu liberal dan berlebihan. Visioner itu baik tapi jangan melewati batas pemikiran dan persepsi orang bahkan melewati takdir Tuhan.

Itu kegilaan orang Aceh dalam membuat peraturan. Mereka (oknum) yang memunculkan qanun itu menjadikan syariat islam sebagai pembenaran. Berlindung di balik agama dan bilang kalau tidak ikut anda akan berdosa. Yang tahu kita dosa atau gak siapa sih? para stakeholder di Aceh tidak berkaca dari daerah asal Agama Islam seperti timut tengah sana. mereka tetap memberikan porsi kepada non muslim dan juga tidak sampai mengurusi privatisasi masing-masing orang bahkan otak orang juga.

Yah jika anda tahu bahwa tahun baru 2015 kemaren tidak diijinkan dirayakan karena katanya itu budaya barat dan non muslim tapi mereka membuat namanya visi Kota Madani buat Banda Aceh yang lucunya dilanggar sendiri. Lainnya adalah ketika umat non muslim diharuskan merayakan acara keagamaan cuma di lingkup gedung peribadatannya sendiri. Jangan sampai ke jalan dan menganggu ketertiban umum karena daerah ini syariat Islam.

Konsep kota Madani kan dari Rasulullah SAW yang membuat kota Madinah sebagai tempat bernaung apapun agama dan suku tanpa adanya friksi sama sekali. Padahal daerah Madinah dipimpin Nabi yang notabene menerapkan konsep Khilafah. Tapi agama lain dipersilahkan beribadah tidak hanya di dalam lingkungan mereka saja dan interaksinya lebih nyaman karena memang tidak ada friksi. Jika memang memakai konsep Madani. Pelajari dengan benar baru pakai. Lucunya lagi kota tempat saya dibesarkan ini atau Banda Aceh selama 6 tahun seingat saya kepemimpinan petahana ini selalu gonta ganti visi. Mulai dari Bandar Wisata Islami, Cyber City sampai dengan Madani dan tidak ada satupun yang saya rasakan sebagai warga yang sudah mencapai ke visi tersebut. Mungkin menurut para pejabat sudah tapi kita sebagai warga? TIDAK!

Saya mau lanjutin tulisannya tapi mungkin di part 2 ya masih tentang Atjeh Pungo Pisan. Bukan mengejek suku atau daerah saya tapi untuk menjelaskan realitas yang ada bahwa memang ada orang tertentu yang membuat semua semakin ribet di Aceh. Salah satu yang membuat saya gerah ya karena memang peraturannya nyeleneh dan berlebihan makanya saya tekad kuliah di luar karena sudah muak sebenarnya.

Atjeh Pungo Pisan sebenarnya juga bukan hanya dalam hal negatif tapi juga ada positif selayaknya Cut Nyak Dhien hingga dalam hal pemberian emas dari Teuku Markam untuk puncak monas. Nanti bakalan saya share mungkin di part 2 atau 3 ya? untuk saat ini mungkin Atjeh Pungo Pisan sedikit berbau negatif tapi dengan begini saya semakin terpacu membuat perubahan di Aceh walau itu sedikit ya walau hanya dengan tulisan ini :)

Ditulis oleh Fathurrahman Helmi. Jiwanya untuk Aceh, Fisiknya Oriental tapi Hatinya berlabuh di Bandung. Lahir untuk mengamati dan diamati orang lain. Salah satu Atjeh Pungo versi modern tapi positif :) . Penulis Buku Kumpulan Puisi “Aku, Bola dan Sepatu”. Moderator Bedah Buku dan Seminar di Universitas Telkom. Menyukai dan Terpengaruh oleh Karya Kahlil Gibran dan Imam Al-Ghazali. Menulis Opini tentang Filsafat, Komunikasi, Politik hingga Komedi. Mahasiswa Konsentrasi Marketing Komunikasi, S1 Ilmu Komunikasi, Universitas Telkom.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun